Part 15

7.4K 844 144
                                    

Semester baru datang. Sudah saatnya membenahi diri untuk lebih serius dalam menuntut ilmu di dunia perkuliahan ini. Selama liburan tiga bulan lamanya, kami para mahasiswa diberi surga dunia untuk mengistirahatkan sejenak otak yang sempat penat oleh tugas yang tiada henti seperti neraka. Dan sekarang, kami sudah kembali, berkumpul di tempat tongkrongan paling cozy--area payung depan kantin Universitas Cakrawala. Anak-anak di area payung ini semakin membaur antar angkatan dan fakultas.

"Ngelamunin apa lo?" tanya Levin yang duduk tepat di sebelahku. Aku melirik ke arahnya lalu menggeleng singkat.

"Setiap tahun ajaran baru, naik ke semester ganjil lo ngelamun terus perasaan. Jangan bilang lo ngelamunin maba kayak tahun lalu?" tebak Deon sambil terkekeh, menyikut Zora dan Aira yang duduk di sebelahnya.

"Basi, kalo tahun kemaren dia nyari mangsa, noh mangsanya," sahut Aira sambil melirik ke arah Khamga yang duduk di sebelah payung kami, seperti biasa.

Mereka tertawa, kompak menertawaiku. Aku hanya bisa menurunkan bahu sambil mendesis ngeri pada mereka bertiga. "Kacau dah kebongkar semua, kacau!" racauku.

"Lo kena cengan ya, Kak?" tanya salah satu anak di payung sebelah, sepertinya salah satu teman junior yang duduk tidak jauh dari kami. Mencoba mengikuti arah pembicaraan kami.

Aku meringis. Teman-temanku yang lain mengangguk mantap menyahuti cowok yang duduk membelakangi Deon. "Biasa, Atania lagi ngelamunin mahasiswa baru kayak tahun kemaren," sahut Deon, bocor.

"Iya lah, namanya rejeki gak boleh ditolak." Dan seperti dugaanku, tawa mereka memenuhi area payung ini--termasuk Khamga yang duduk menghadap langsung ke arahku dengan smirk menyebalkan.

"Lo gak nge-OSPEK anak orang, Bang?" tanya Khamga saat dia tiba-tiba sudah berada di antara kami, mengambil alih bangku kosong di samping Levin.

Levin menggeleng. "Udah pensiun, lah. Bosen banget gue ngerjain anak orang terus. Gantian angkatan lo dong sekarang yang maju."

"Ah, sedap nih. Iya bener, Bang. Biarin tuh anak yang maju ke BEM kerja," sahutnya sambil menepuk pundak Levin. "By the way, lo gak ada sosialisasi penyiaran radio kampus kayak tahun kemaren, Kak?" tanya Khamga, mengarah padaku.

Aku menepuk keningku, baru menyadari perkataan Khamga. "Eh iya, gue lupa. Untung lo ingetin. Sosialisasinya sih bukan gue lagi sekarang, tapi gue sama Zora harus ke aula fakultas sebagai penyiar inti senior," sahutku. Kulirik Zora sekilas, ia hanya menggeleng sambil tersenyum masam. Dia seharusnya memberitahuku, bukan malah diam saja!

Zora mulai bangun dengan sedikit enggan dari kursi besi yang ia tempati, sambil mematikan batang rokok--entah  yang keberapa. "Yuk ah, keburu mulai nanti kita telat, gak enak sama anak BEM," ajaknya, mengulurkan tangannya agar aku membalasnya dan segera beranjak dari sini.

***

Khamga Al-altin
Lo harus tau, gue baru masuk udah disuruh bikin project film tentang perdamaian. Gokil nih kampus. 😭🔫

Atania Romaria
Namanya juga kuliah, hari pertama masuk udah dapet macem-macem. Nikmatilah~🙈

Khamga Al-altin
Kacau banget ya😔😔 dan lo harus tau juga dosennya gak asik semua.

Atania Romaria
Masa sih? Baru juga masuk lo udah nilai kayak gitu.

Khamga Al-altin
Seriusan gue. Eh, udah dulu ya, gue lagi ada urusan nih sama temen gue. Jangan lupa, pulang nanti bareng gue ya, jangan sama Zora! Inget😘😚

DAR! Khamga paling pandai membuat jantungku berdetak kencang hanya karena sebuah chat singkat. Aku bergidik ngeri saat menyadari dirinya terlalu sering flirting melalui chat basi seperti tadi.

OreologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang