Part 11

10K 868 56
                                    

"Selamat pagi sahabat muda. Pagi ini bersama Atania Romaria."

"Dan gue Zorama Gerandika."

"Yang akan menemani pagi kalian hingga jam sepuluh nanti," ujar kami bersamaan.

"Berhubung sekarang masih jam delapan, gimana kalo kita mulai dengerin lagu-lagu yang bikin semangat buat pagi ini?" tanya Zora padaku.

"Boleh banget tuh. Mau puterin lagu apa nih?"

"Gue punya lagu Relax Take It Easy by Mika, sama ada juga lagu Don't Wake Me Up by Chris Brown. Kira-kira lagu apa yang mau diputer duluan?"

"Terserah lo aja deh," kataku jengah, Zora terlalu bertele-tele.

Dia terkekeh geli. "Seperti biasa, kali aja ada yang mau request boleh banget kok. Silahkan kirim request-an kalian ke kita, formatnya nama, fakultas atau kota dan lagunya apa."

Sembari menunggu Zora, aku mengotak-atik komputer dan mencari lagu yang akan diputar sesuai keinginan Zora tadi.

"Kita tunggu kalo ada yang mau request sampai jam sembilan nanti. Kalo gitu, langsung aja nih ya?" tanyaku, siap-siap untuk meng-klik lagu yang akan kami putar.

"Relax Take It Easy by Mika. Check It Out!" ujar kami serempak setelah meng-klik lagu yang diputar lalu alunan intro dari lagu itupun mengalun dengan asik.

Tadi pagi Zora membangunkanku saat aku masih terlelap. Dia menarik-narik selimut yang aku gunakan dan membiarkanku kedinginan. Mau tak mau aku bangun karena ulahnya. Dia tertawa geli saat melihat wajahku yang masih terdapat air liur.

Tapi saat kesadaranku terkumpul, aku justru terpaku pada Zora. Aku seperti melihat Om Rerian di dalam kamarku. Astaga, bagaimana tidak? Bulu halus yang tumbuh disekitar dagu hingga pipi mulai tumbuh dan justru membuat Zora terkesan tua. Aku sedikit risih dengan penampilannya saat ini. But ... not bad, dengan jenggot tipisnya itu dia jadi terlihat sedikit macho.

"Ta?" panggil Zora, menyadarkanku dari lamunan mengenai dirinya tadi pagi.

Akupun menengok ke arahnya. "Iya, kenapa?"

"Ada yang lagi lo pikirin ya? Kok bengong?"

Aku menggeleng sambil tersenyum meyakinkan. "Gue inget tadi pagi, gue pikir yang ngebangunin gue Om Rerian, gak taunya elo. Sumpah ya, itu jenggot bikin lo jadi tua," ledekku.

Dia meraba jenggotnya, sedikit melihat bayangannya melalui pantulan kaca di sampingnya. "Ganteng gini. Kan gue jadi keliatan macho."

Aku mendengus, Zora terlalu percaya diri. "Whatever, deh."

Lalu tawanya mengisi ruangan siaran ini. Membuat senior yang berada di balik sekat kaca itu menengok singkat pada kami.

"Nanti mau balik bareng gak?" tanya Zora tiba-tiba. Membuatku teringat kalau nanti sepulang kuliah Khamga mengajakku pergi ke suatu tempat.

Akupun menggeleng samar. Sedikit ragu dengan ajakannya. Sebenarnya aku ingin pulang bersama Zora, aku ingin makan es krim bersamanya. Sudah dua minggu kita tidak menghabiskan waktu bersama. Tapi rasanya sangat tidak sopan membatalkan janji pada Khamga yang lebih dulu mengajakku pulang bersamanya.

"Gak dulu deh, gue udah ada janji," kataku, menolak secara halus tawarannya.

"Janji sama siapa? Cie sekarang udah mulai punya banyak janji."

Aku mengerutkan dahi sambil tersenyum miring. "Suka-suka dong, kan gue lagi jomblo ... Jadinya bebas!"

Zora mencapit hidungku dengan kedua jarinya. "Ngomong gitu lagi gue kawinin lo biar gak jomblo lagi!"

OreologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang