Release

111 20 4
                                    



SINNER EGO
T A E G Y U




¤¤¤¤¤







Manik hitam yang selama 10 tahun tak pernah berubah keindahannya, manik hitam menawan yang selalu jadi kesukaan sang bidadara.

Sayang telah kehilangan gemerlap sinarnya, manik itu tak secemerlang dulu.

Ditatapnya bulan dihamparan langit malam yang hitam, seorang diri. Apakah demikian dengan kekasihnya?

"Ayah, ayah menangis lagi?" suara bocah kecil yang memunculkan kepalanya dari balik pintu menyita perhatiannya, buat kegiatan menatap sendu pada bulan terjeda.

"Tidak, ada apa kemari Ziel?" pria itu mengangkat dan membawanya berada diatas pangkuannya. Diajak menatap hamparan langit dimana hanya terdapat satu bulan disana.

"Ayah Ziel mau cerita."

"Go ahead boy."

"Tadi ketemu kakak ganteng yang cantik."

"Ganteng yang cantik tuh gimana ceritanya?"

"Kakaknya manis yah, kecil, rambutnya panjang sampai mau ke leher. Dia itu tamu undangan yang ngajar menggambar."

"Bagus donk, dari kemarin kamu ingin ada pengajar gambar kan?"

"Iya, habis ayah ga mau ajari Zel."

"Bukan tidak mau, ayah gak bisa. Ayah udah pernah kasih tahu alasannya kan, maaf ya boy."

Azriel mengangguk paham, ia tahu akan ketakutan dan trauma sang Ayah. Dulu ayahnya adalah pelukis yang hebat, ia tahu sebab melihat puluhan karya yang terpajang digalerynya.

Namun karena satu alasan ayahnya berhenti, bahkan merasa takut hanya dengan menyentuh kuas.

"Oh ya siapa namanya kakak itu?"

"Kak.. B.. B.. aaa Zel lupa yah, tadi sampai mobil Zel bobo."

Taehyun tertawa ringan sembari mengusak surai sikecil, "Iya gapapa, besok diajak kenalan lagi. Sambil minta maaf kalo Zel lupa nama kakak itu, oke?"

"Roger that."

"Sekarang tidur ya, Mama kamu pasti udah selesai sama kerjaannya."

Tidak, Azriel tidaklah lupa. Hanya sengaja.
Sebab satu foto seseorang yang melekat tak pernah absen disisi ranjang sang Ayah, begitu mirip adanya.



*****





Saat itu adalah hari dimana Bandung dan cintanya tersenyum, langit biru yang cerah ditambah senyuman menawan.

Kombinasi luar biasa yang pernah ada didalam semesta.

Taehyun enggan melewatkan momen satu sekon jika itu tentang Beomgyu.

Tangannya terus membawa mengarahkan kamera untuk menangkapnya, mengabadikan permata paling indah didunia.

"Tae... Disana ada yang main skateboard, ayooo cepat~~"

Sederhana, Bandung raya dan cintanya, sungguh sederhana. Kebahagiaan dunia tak muluk-muluk sebesar semesta.

Cukup tatap buat dia sellau berada didekatnya, terus berada dalam jangka pandangannya.

"Ihh, bagus hasil foto kamu. Kameranya buat aku aja ya."

Taehyun terkekeh dengan ucapan tidak nyambung kekasihnya. Meminta dengan cara memujinya.

"Sayang kamu gak usah kode atau muji dulu, kalau emang mau aku kasih bahkan belikan baru loh."

"Gamau baru, mau yang ini, punya Taehyun."

Taehyun mengusap surai hitam yang sedikit memanjang itu pelan, penuh dengan sayang.

"Misi kak, boleh minta bantu kita foto berdua engga? Terimakasih."

Momentum terakhir, yang sempat diabadikan kala itu, sebelum semua pergi dari hidupnya.





*****





"Kaya biasa ya, hari ini dijemput pak Hong. Nanti pulang mau langsung rumah atau kantor ayah?"

"Kalau Zel ijijn pulang agak lama boleh? Zel gak kemana-mana kok, cuman temani kakak kemarin ditaman, Zel sudah janji."

"Okey, berarti pulang langsung kerumah ya. Ayah bilangin pak Hong untuk jemput 1 jam lebih lama."

"Roger. Thank you ayah."

"Baik-baik little boy."





*****




Obrolan panjang lebar, ditemani banyak cemilan dikedua sisi. Membahas banyak hal sekenanya.

Beomgyu, tak henti tersenyum sepanjang jam ini. Berkat bocah laki-laki asing yang menyapanya dihari pertama.

"Kalau ayah Zel paling suka sama bulan. Tapi ayah selalu sedih tiap lihat bulan, kadang Zel diam-diam lihat ayah nangis. Zel tanya ayah pasti jawab gak ada apa-apa, Zel belum pernah lihat ayah senyum atau ketawa lepas yang sangat bahagia."

"Kenapa? Kamu gak tanya soal kenapa ayahmu sedih tiap lihat bulan?"

"Pernah sekali jawab, itu keceplosan. Kata ayah. Bulan cantik tapi pergi terlalu jauh, ayah gabisa genggam bulannya lagi. Ayah khawatir bulannya kesepian, langit terlalu luas, dan bintang sangat jarang mau berdekatan."

Apakah cerita seorang anak kecil perihal ayahnya semenyedihka ini?

Lagi-lagi bocah disampingnya buat rasa aneh dalam degupan jantungnya, buat rasa sesak yang amat sakit itu hadir kembali.

Buat Beomgyu ingat masa lalu pilu.

"Beomgyuku, bulanku, bidadaraku, duniaku, milikku. Kamu, satu-satunya milikku."

Perkataan lama yang terus membekas lekat.

Tanpa sadar tangan kecil itu sudah menempel diwajahnya, haouskan derai air mata yang entah kapan tiba.

"Kakak jangan nangis, Zel gabisa lihat orang nangis."

Beomgyu tersenyum, genggam tangan kecil itu.

"Iya. Bilang ayahmu kalau dia sedih lagi, Bulannya pasti baik saja. Bulannya tak akan pergi kemanapun, ia selalu ada disatu tempat itu."







#####








Seikhlasnya ~





Sinner Ego [Taegyu] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang