Langit jingga kini disapa oleh sang rembulan,
Disapu dalam gemerlap malam berkabut hitam nan pekat,
Kutulis sebuah rentetan padika sebagai pengganti dama yang tak kunjung datang,
Rinduku telah mencekam dalam saban hari hingga saban waktu.
Entah mengapa,
Intuisiku tak dapat mengetuk hatimu yang sedang lara,
Apakah boleh jika kudawaikan setengah dari sepuluh guritan ?
Berharap batinku tak lagi bersembunyi dalam bayangan kalbu,
Berharap sudah tersiratungkapan sajak tanpa membancang harsa yang terbuai.
YOU ARE READING
Dialah yang Kuanggap Fiksi
Poetry[KUMPULAN PROSA] -Dialah yang Kuanggap Fiksi- Dulu, kita seringkali bercengkerama dengan untaian kata penuh rahsa. Dulu, kita seringkali melantunkan syair bersama dengan penuh harsa. Sekarang, kita terpisahkan oleh kisah-kisah klasik yang tentunya m...