Chapter 13

1.5K 158 14
                                    

Jisung terbangun pada pukul 6 pagi. Ia melirik kearah samping saat dirasakan lengan seseorang tengah memeluknya, ia lalu memperhatikan penampilannya yang tampak mengenakan baju kaos putih kebesaran dengan celana training hitam.

Entah dari mana orang yang tengah memeluknya ini mendapatkan pakaian yang ia kenakan sekarang.

Jisung melepas pelukan lelaki tampan yang tengah memeluknya itu, lelaki tampan yang sudah kembali menjadi kekasihnya, Na Jaemin. Lalu dengan perlahan bergerak turun dan berjalan pelan kearah kamar mandi yang berada pada penginapan yang tepat satu lokasi dengan pemandian air panas milik keluarganya.

Ia memasuki bilik kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah itu beranjak kembali kedalam kamar namun Jaemin masih saja terlelap.

"Aku akan memesan makanan terlebih dahulu saja sambil menunggunya bangun." Gumam Jisung lalu mengambil ponselnya yang berada diatas meja tidur dalam kamar itu.

Jisung duduk pada sisian ranjang sambil mengotak-atik ponselnya, memikirkan makanan apa yang ingin ia dan Jaemin makan untuk sarapan pagi.

"Apakah Jaemin masih menyukai makanan ini?" Jisung berucap pelan.

"Apapun yang kau ketahui tentangku tetaplah sama sayang, aku masih menyukai makanan itu. Pesankan saja, aku akan memakannya." Suara serak yang terdengar serta lengan kekar yang melingkar pada pinggang ramping itu membuat sang pemilik sempat tersentak kaget.

"Kau mengagetkan ku Jaemin." Protes Jisung.

Lelaki tampan itu hanya tertawa kecil. Tanpa ragu menarik lengan sang submissive untuk berbalik kearahnya lalu menjadikan paha pemuda manis itu sebagai bantalan.

"Apa yang kau lakukan? Lebih baik kau bangun dan bersihkan dirimu." Ucap Jisung menatap lelaki tampan yang sialnya sedang tersenyum tampan kearahnya.

Jaeminpun meraih lengan Jisung yang tidak sedang memegang ponsel lalu menaruhnya dirambutnya, meminta Jisung untuk memberi usapan lembut disana.

"Kau seperti anak kecil." Jisung mencibir.

"Aku hanya ingin bermanja-manja dengan kekasihku. Apa itu salah, hmm?" Tanya Jaemin, ia lantas tersenyum saat Jisung mengusap rambut hitamnya itu dengan sangat lembut.

"Rasanya sangat nyaman, seperti dulu." Ungkap Jaemin, ia lalu memejamkan matanya meresapi usapan lembut dari sang kekasih.

"Jangan tidur lagi. Kita harus sarapan dan bersiap ke sekolah kalau kau lupa."

Jaemin berdecak. Ia lantas semakin menyamankan posisinya, melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Jisung lalu menenggelamkan wajahnya pada perut rata sang kekasih.

"Apa yang kau lakukan?"

"Panggil aku dengan sebutan yang lebih manis lagi sayang, kalau tidak .. aku tidak akan bergerak dari posisi ini. Biarkan saja kita tidak sarapan dan tidak ke sekolah."

"Ya ampun Jaemin, kau benar-benar seperti anak kecil." Jisung tidak habis pikir dengan tingkah Jaemin.

"Aku bukan anak kecil, memangnya ada anak kecil sepertiku yang bisa membuatmu mendesah sampai pingsan?!"

Plak !!!

Jisung memukul lengan Jaemin, ia merasa kesal sekaligus malu mendengar ucapan kekasihnya itu.

Tok tok tok !!!

"Permisi tuan muda Jisung .. pesanan anda sudah tiba."

Suara dari pelayan disana membuat Jisung berusaha melepas pelukan Jaemin.

"Iya, sebentar ..."

"Jaemin .. lepaskan dulu." Rengek Jisung.

Jaemin menggeleng, ia malahan semakin memeluk Jisung erat.

"Panggil aku dengan sebutan yang lebih manis lagi. Seperti Sayang, Honey, Darling atau Daddy Jaemin." Suara Jaemin sedikit teredam karena wajahnya yang berada pada permukaan perut Jisung.

"Tidak mau Jaemin."

"Baiklah kalau kau tidak mau, kita akan tetap seperti ini. Biarkan saja pelayan itu menunggu berjam-jam."

Jisung menghela nafas lelah, dengan semburat merah pada kedua pipi gembilnya ia lantas mengikuti permintaan Jaemin.

"Sayang .. lepaskan sebentar. Aku harus mengambil sarapan kita didepan." Jisung menggigit bibir bawahnya, ia merasa sedikit malu.

Jaemin yang mendengar itupun tersenyum lebar, ia lantas melepas pelukan eratnya lalu dengan cepat mencuri ciuman pada bibir penuh kemerahan milik Jisung.

"Pacarku manis sekali."

"Diamlah. Dan cepat bersihkan dirimu." Jisung menuruni ranjang, menyentakkan kakinya lalu dengan wajahnya yang semakin memerah kentara berjalan kearah pintu untuk mengambil makanan.

Mark dan Jeno serta Haechan dan Renjun sempat berpikir kalau mereka berhalusinasi saat Jisung keluar dari mobil Jaemin, berjalan bersama dengan Jaemin yang sudah seperti lem menempel pada Jisung. Dengan tidak peduli keadaan sekitar, melingkari tangannya pada pinggang ramping pemuda manis itu.

"Apa kita melewatkan sesuatu?" Tanya Mark yang di hadiahi oleh anggukan Jeno.

"Sepertinya begitu. Lihat saja sahabat buaya mu itu, dia tidak berhenti tersenyum sama sekali." Jeno menunjuk kearah Jaemin yang sedang berjalan kearah mereka dengan dagunya.

"Apa mereka memutuskan untuk kembali bersama?" Haechan mengernyitkan dahinya.

"Tidak mungkin. Bagaimana dengan Xiaojun? Dia kan kekasihnya Jie."

"Benar juga yang kau katakan Renjun. Sebenarnya apa yang terjadi disini? Apa kita bertanya saja kepada mereka?" Haechan meminta pendapat dari ketiga orang itu.

"Tentu saja, hanya mereka yang tau jawaban dari semua ini."

Jeno melempar senyum, lalu menyambut kedatangan Jaemin. Jisungpun lebih memilih berdiri didekat kedua sahabatnya, sedikit menjauh dari Jaemin saat lelaki tampan itu melepaskan rengkuhan pada pinggangnya.

"Kau tampak bahagia sekali hari ini Jaemin. Dan kami terkejut saat kau datang bersama Jisung, berjalan dengan sangat mesra layaknya pasangan kekasih." Mark langsung melontarkan apa yang dari tadi ia pikirkan.

"Tentu saja aku bahagia. Apa yang sudah menjadi milikku sejak lama, telah kembali kepadaku. Dan aku tidak akan melepaskannya lagi sampai kapanpun." Jaemin berucap dengan serius.

"Yang kau maksud Jisung?" Renjun tidak bisa menahan rasa ingin taunya.

"Tentu. Siapa lagi kalau bukan dia." Jaemin menjawab pertanyaan Renjun lalu memandang Jisungnya.

Renjun dan Haechan pun melempar tatapan bertanya kepada Jisung.

"Lalu bagaimana dengan Xiaojun Ge?" Tanya mereka berdua serempak.

"Tentu saja Jisung tetap milikku. Dan tak ada yang bisa mengambilnya dariku, bahkan Jaemin sekalipun."

Suara itu. Suara Xiaojun yang baru saja datang, tampak berjalan santai sambil memainkan kunci mobilnya.

"Benarkan baby?" Xiaojun berujar tepat ditelinga Jisung.

"Tentu saja Ge." Jisung menjawab seraya tersenyum manis.

Ucapan yang dilontarkan Jisung membuat Jaemin mengeraskan rahangnya.

"Apa maksudmu? Lalu yang terjadi diantara kita kemarin itu apa?" Suara Jaemin terdengar dingin.

"Bersenang-senang. Mungkin ..." Jisung menjawab santai.

Jaemin mengepalkan tangannya kuat, berusaha sekuat tenaga untuk tidak berkata kasar atau melukai orang yang ia cintai itu.

"Kau mempermainkan ku?" Tanyanya lagi.

"Tentu saja Jisung mempermainkanmu. Itu ide ku, dan kau sepertinya begitu percaya diri kalau kekasih manisku ini telah memaafkan dirimu." Xiaojun menjawab pertanyaan Jaemin, membuat lelaki tampan itu dengan cepat menarik kerah seragamnya dan mencengkramnya kuat.

"Hentikan Jaemin! Kau tidak boleh menyakitinya."

Sebuah suara terdengar dilorong lantai 1 sekolah itu, seorang lelaki tampan berdiri disana menatap tak suka kearah Jaemin.

TBC.

Kutukan MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang