Chapter 66: From A Faraway Lands

1.4K 218 21
                                    

Note : Chapter ini adalah flashback.

Theressa Reis POV

1 tahun yang lalu.

Rasa dingin menjalari seluruh tubuhku. Aku menyadari jika mereka menggigil dengan mati rasa dan pandangan buram yang parah. Badai salju menerjang tubuhku, tidak ada yang bisa kulihat selain bidang putih tanpa batas yang tersebar disekelilingku dan juga langit gelap berbintang di sore hari. Untuk tahun pertama aku hidup disini, aku sangat kesulitan oleh salju dan badai. Tapi, setelah dua tahun aku tinggal di desa itu, aku mulai terbiasa. Sedikit demi sedikit ...

Bertahan hidup di desa bernama Aroac, tempat dimana para Viking berbadan besar hidup dan berlatih untuk menyatukan diriku dengan sihir es.

Yah, dua tahun waktu yang cukup lama.

"Nona Kesatria kembali!"

Aku mendengar sambutan, lalu mendongak dengan lesu.

"Ah ..."

Aku terdiam dengan kaki teredam oleh tanah salju yang tebal, membuatku kesulitan melangkah, dan punggungku berat disaat aku menyeret sesuatu seperti jaring ikan raksasa yang diisi oleh bahan makanan untuk desa itu ...

Puluhan rusa.

Aku melepaskan jaring itu, yang kemudian terjatuh diatas tumpukkan salju dengan kuat beserta dentuman. Bayangan hitam bergerak di belakang tubuhku, menampakkan jalan bersalju yang ku buat dan dipenuhi bercak darah para rusa yang telah mati.

Aku menghela nafas berat dengan kepulan asap dari mulutku, lalu tersenyum. "Aku kembali, Viking."

.•°

Barat Daya dari wilayah kerajaan Telmour di Utara, di sebuah desa terapung yang hanya dipisahkan oleh jembatan kayu diatas laut. Aku tinggal di sebuah desa kecil yang dihuni oleh manusia-manusia besar yang berbeda dari manusia biasa, para Viking. Mereka besar, kasar, dan suka berburu. Dan bahkan di cuaca ekstrim kerajaan Telmour yang dingin, mereka tidak terpengaruh sedikitpun layaknya itu hal yang biasa.

Aku ingat ketika aku pertama kali tinggal di desa itu, Aroac, yang berdiri di atas air pantai sedingin es. Desa itu seperti desa terapung yang akhirnya menyebar ke permukaan daratan.

"Akhirnya ..." Menghela nafas lega, aku membersihkan tanganku yang penuh darah binatang, lalu berjalan kearah gerbang desa.

Tepat ketika aku sampai di gerbang kayu raksasa dengan obor api diatasnya, aku disambut oleh sorakan keras yang gembira. Gerbang itu lalu terbuka, menampilkan orang-orang besar yang tengah memukul-mukul tangan mereka, berirama seolah tengah menyanyikan sebuah melodi yang kasar.

"Kerja bagus, nak!"

Seseorang menghampiriku, bersedekap dengan senyuman bangga. Aku lalu melepaskan tudung mantel musim dingin yang kotor, bernafas lega, lalu membalas senyumannya. "Terima kasih. Apa dengan ini aku lulus?"

Ia mengangguk puas. "Ya! Kau lulus dalam pelatihanmu!"

"Selamat, Nona!"

"Kau harus mentraktir kami! HAHAHA!"

Aku tersenyum, berjalan melewati para Viking bertubuh raksasa yang sesekali menyapaku. Aku duduk didepan api anggun kecil didepan rumah dari kayu yang ramai, menikmati api hangat yang membuat kulitku meremang.

"Syukurlah. Itu bagus, bukan?" Seorang wanita tersenyum ramah seraya menawarkan semangkuk sup hangat padaku. "Kau menyelesaikan permintaan suamiku padamu."

Aku menyambut tawarannya. "Terimakasih."

"Tapi ... apa setelah ini kau akan pergi?"

"Entahlah, Yean. Mungkin setelah pesta Iirkha, aku akan pergi ke kerajaan seberang."

The Last Eternity | Book II : EpilogueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang