Amia Rechlouse POV
Kekaisaran Arburght, sebuah negeri dimana para petualang mendominasi masyarakat, dan juga menjadi pusat perdagangan baru ketika Kerajaan Ruides yang sebelumnya memegang gelar itu runtuh dan hancur.
Semua orang tahu apa yang terjadi.
Sudah 1 tahun berlalu semenjak portal dan menara itu muncul dari langit. Meskipun tidak ada tanda-tanda jika Naga besar itu akan bergerak, tetapi semua orang tetap siaga, dan berusaha mempertahankan benteng Heil-- sebuah benteng perbatasan yang secara mendadak dibuat untuk membasmi para monster dan mutan dari arah kerajaan Ruides.
Meskipun begitu, para masyarakat Ruides yang dievakuasi tidak putus asa dan terpuruk. Sebagai gantinya, mereka bergabung menjadi prajurit sukarelawan dibawah pimpinan ketua mereka, pangeran Rogue Volga Ivysaar dan putri Gloria Moon Ivysaar. Kedua orang itu membantu lini depan, tepat diantara benteng Heil yang berhadapan langsung dengan laut Rouphiedhn.
Di sisi lain, tidak hanya kekaisaran Arburght yang mendapatkan ancaman dari para monster itu. Mereka menyerang kerajaan terdekatnya, dan itu adalah Telmour.
Disebelah utara, kerajaan itu sedang berjuang memukul mundur para pasukan monster yang berasal dari arah kerajaan Ruides.
Raja muda mereka, Yang Mulia Maiden, ia naik keatas takhta tepat setelah ia keluar dari akademi. Atau lebih tepatnya, akademi Dyron akhirnya dibubarkan satu setengah tahun yang lalu.
Karena situasi mulai memburuk, keempat kerajaan itu mendesak untuk mengadakan pertemuan darurat di kekaisaran Arburght.
"Laut Frahncert. Sudah lama sekali." Aku menatap laut itu, lalu mendongak.
Sebuah menara tinggi yang menjulang ke permukaan langit memenuhi pandanganku, tampak menakutkan dan misterius, sebuah Dungeon. Aku ingat jika didepannya, tak jauh dari menara itu adalah Guild petualang. Tempat yang akhirnya berubah menjadi tempat berkumpulnya para prajurit sukarelawan yang mendaftar untuk membela negaranya.
Air ombak yang menabrak sisi kapal terdengar ditelingaku. Angin laut menerpa dan menerbangkan helaian rambut, di siang hari, kapal yang ku naiki hampir sampai di pelabuhan Braumward.
"Amia, tolong periksa ini."
Aku menoleh pada seorang pria disebelahku. Ia memiliki kulit yang eksotis dan mata emas, dari kerajaanku, Horgein. Tubuhnya bahkan tidak lebih tinggi dariku, terlihat kekanakkan, namun ia cukup kuat. Namanya Louise, pangeran kedua kerajaan Horgein.
Surai putih diatas kulit eksotisnya itu mengingatkanku pada seseorang. Yah, lagipula dia adiknya Pangeran.
"Kenapa anda tidak melakukannya sendiri?"
Ia mengedikkan bahu dengan malas. "Kau tahu aku. Aku tidak suka melihat gulungan dokumen seperti ini. Huh, hanya karena ada anggota baru di Party¹-ku, bukan berarti mereka harus melaporkannya sepanjang waktu!"
"Meskipun begitu, itu tanggung jawabmu, Louise."
Kami menoleh pada suara itu, dan itu membuat Pangeran Louise terdiam. Pria itu bertubuh besar dan tinggi --layaknya beruang. Ia menatap Pangeran yang lebih pendek darinya dengan tatapan sangarnya-- meskipun itu adalah ekspresi alaminya. "Amia memiliki tugasnya sendiri. Tinggalkan dia."
Pangeran Louise mendecih, ia mengambil gulungan itu lalu berjalan pergi dan menghentakkan kakinya dengan kesal. "Baik, baik!"
Pria bertubuh besar itu bernama Tarc. Ia kemudian berdiri disampingku di geladak² kapal bagian samping kanan. "Louise sering merepotkanmu, maafkan dia."
Aku tertawa kecil. "Tidak apa."
"Kau bisa menolaknya ataupun memukulnya jika dia melakukannya lagi."
Aku diam sesaat, menatapnya, lalu menggeleng. "Yah, jika aku melakukannya, kami hanya akan membuat keributan. Dan anda tahu ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Eternity | Book II : Epilogue
Fantasi[High Fantasy : Book II] "War, blood and love." •Epic fantasy, adventure, kingdom, magic, action• 3 tahun telah berlalu sejak penyerangan terhadap kerajaan Ruides dan kepergian Theressa Reis dari kekaisaran Arburght. Kini, gadis itu kembali dengan e...