Tanya, bagaimana kalian bisa nemuin cerita ini?Dana menatap Irene sendu. Ia tak habis pikir kenapa kekasihnya begitu mudah dikelabui Gana. Padahal jelas-jelas sifat mereka berbeda.
"Irene, kenapa kamu bisa begitu percaya pada Gana?" tanyanya dengan nada putus asa.
"Setahuku Gana itu memiliki tato, jadi aku memanggilnya dengan namamu terus karena tidak ada tato di pergelangan tangannya. Tapi, tiba-tiba bundamu dan Adeline memanggilnya Gana dan katanya selama ini aku salah memanggilnya, jadi kukira aku berkencan dengan Gana selama ini," jelas Irene masih terus menunduk, tak berani menatap Dana. Ia berdoa dalam hati Dana tak murka padanya, "tapi ini bukan salahku juga. Gana menghubungiku dengan nomormu dan mengatakan ia menganti nomor karena ada orang yang menganggunya."
Dana memegang dagu Irene agar menatapnya, ia tatap gadis itu lekat. Lalu, memegangi kedua bahunya. Dirinya berujar lembut, "Irene, kamu itu polos sekali. Itulah yang aku sukai darimu, tidak seperti perempuan lain. Tapi, kamu juga harus berhati-hati perempuan sepertimu mudah ditipu. Gana itu licik," tegas Dana seraya menstabilkan emosinya. Ia tidak boleh meluapkan amarahnya ke Irene karena ini juga salahnya yang tidak segera menghubungi Irene setelah mereka berdebat waktu itu. Ia juga dengan tergesa-gesa menerima projek sehingga tidak sempat berpamitan dan naasnya ponsel miliknya hilang entah ke mana.
"Lalu aku harus gimana, Dana?" Irene meremas ujung bajunya. Detak jantungnya berdegup tidak beraturan sekarang.
"Kamu batalkan persiapan pernikahanmu dengan Gana," putus Dana dengan nada tegas. Ia benar-benar tidak rela kekasihnya dicuri oleh saudara kembarnya. Meski ia sulit menampakkan rasa cintanya ke Irene, tapi dirinya benar-benar mencintainya.
Irene mengembuskan napas. Ia bingung sekarang karena pasalnya tidak semudah yang dikatakan Dana. Semua persiapan pernikahan mereka sudah hampir 100 % sempurna karena Gana mengurusnya dengan cepat. Lelaki itu menghubungi semua koneksinya sehingga semua bisa diurus dengan waktu singkat.
Irene juga ragu Dana masih bisa menerimanya kalau tahu dirinya sudah tidak perawan lagi. Apalagi, Dana tidak pernah memberi kepastian pernikahan untuknya. Belum lagi sifat Dana yang tidak sehangat dan seromantis Gana membuatnya ragu untuk bertahan kalau lelaki itu tidak kunjung berubah, meski hatinya milik Dana seorang.
"Lalu, kalau aku membatalkan pernikahan ini kamu akan menikahiku?" Irene menatap Dana penuh harap.
Dana terdiam sejenak. Ia tidak mau kehilangan Irene. Namun, di satu sisi dirinya tidak bisa menikahi Irene.
"Sejujurnya aku belum siap tapi apa pun aku lakukan asal tidak kehilanganmu. Tentu aku akan menikahimu secepatnya," balasnya, meski ada keraguan di sana.
"Sebenarnya ada yang ingin kukatakan," Irene memejamkan matanya sejenak, ia takut Dana benar-benar marah padanya, "ta ... tapi ... aku--" Irene menangis lagi. Ia tak dapat membendung air matanya.
"Jangan menangis lagi. Aku tidak ingin melihat kamu menangis."
"Tapi kamu janji jangan marah, ya."
Dana mengangguk.
"A ... aku sudah ti--" Belum sempat Irene bicara, ada panggilan telepon masuk ke telepon Dana.
"Aku angkat dulu, ya," izin Dana langsung menerima panggilan. Tak sampai lima menit, panggilan telepon itu selesai.
"Aku ada urusan mendadak, kita lanjut besok lagi. Kamu jangan nangis, semua akan baik-baik aja," terang Dana seraya menepuk pundak Irene.
Irene hanya bisa mengiyakan, sebelum lelaki itu pergi, dipeluknya Dana sebentar untuk menenangkan hatinya.
***
Adeline datang ke apartemen milik Irene yang berpapasan dengan Gana. Adeline ingin menemui Irene untuk mengirimkan satu contoh gaun pengantin buatannya yang menurutnya cocok dengan Irene karena perempuan itu menambah gaun yang akan dipakai di resepsi. Sedangkan Gana ia baru saja selesai rapat di Bandung, lalu terburu-buru menemui Irene karena gadis itu menelpon menanyakan kabar dengan terisak, lalu menutup telepon.
Irene membuka pintu dengan mata memerah. Ia berusaha untuk tetap tersenyum meski perasaannya kacau balau. Diliriknya Gana sekilas yang membuat hatinya perih menghadapi kenyataan kalau pria di depannya bukan sang kekasih.
"Silakan masuk," ujar Irene mempersilakan seraya mengandeng tangan Adeline yang hangat, tidak seperti tangannya yang dingin.
Adeline yang melihat wajah Irene yang sembab menjadi kebingungan. Ia ingin bertanya tapi merasa bukan ranahnya. Sementara Gana menjadi gusar. Ini pertama kalinya ia melihat langsung seorang wanita menangis di hadapannya.
"Ini contoh gaun yang sudah jadi," kata Adeline dengan lembut seraya mengeluarkan gaun dari paper bag-nya.
Gana hanya diam. Ia akan menanyakan kondisi calon istrinya setelah Adeline selesai membahas gaunnya.
"Cantik sekali," puji Irene dengan raut wajah senormal mungkin. Ia berencana mengikuti permainan yang Gana buat.
"Iya dan gaun ini akan lebih cantik lagi dipakai olehmu," sahut Gana dengan tulus.
"Terima kasih atas pujiannya, Sayang," balas Irene lembut. Ia akan berperan menjadi calon istri Gana yang baik untuk sementara waktu.
"Itu bukan pujian, tapi fakta."
Adeline berdeham. Ia merasa dunia hanya milik Gana dan Irene. Sementara dirinya tidak terlihat di antara mereka.
"Kamu sakit?" celetuk Irene spontan. Dirinya pikir Adeline sakit tenggerokan.
"Iya, aku terlalu banyak gorengan, jadi batuk."
Gana ingin tertawa tapi ia tahan.
"Aku coba dulu gaunnya, ya," izin Irene seraya berdiri untuk berganti pakaian di kamarnya.
"Iya." Adeline membalas dengan santai.
Begitu Irene pergi meninggalkan Gana dan Adeline. Mereka langsung saling menatap.
"Gana, ada yang aneh dengan Irene," ceplos Adeline yang mengamati raut wajah Irene sedari tadi.
"Iya, apa yang membuatnya menangis sampai raut wajahnya seperti itu," sahut Gana gusar.
"Kamu tidak melukainya, kan?" Adeline memastikan karena Gana suka bercanda.
"Enggak, dia sudah menangis sejak menelpon tadi. Nanti aku tanyakan dia kenapa."
"Apakah mungkin dia sudah tahu kalau kekasihnya adalah Dana, bukan kamu."
Gana membelalakkan matanya. Ia tidak berpikiran kalau Irene sudah mengetahui kebenaran itu.
Bersambung...
Hayo, tim Dana angkat tangan
Tim Gana kasih emoticon love
Aku sedang bingung, gimana caranya naikin viewers bukan makin banyak yang baca, tiap hari makin turun. Apakah ceritaku membosankan?
Yang mau beli pdf bisa via bank bri, pulsa atau shopeepay, ya. Hub 087825497438. Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Night
RomanceIrene yang tidak ingin diputuskan oleh Dana Hartanto, ia ingin menjebak kekasihnya itu agar segera dinikahi tapi naasnya dia malah salah sasaran. Ternyata seseorang yang bercumbu dengannya adalah saudara kembar dari Dana yaitu Gana yang sifatnya jau...