Kejadian kemarin benar-benar menghancurkan ibu kota Negara Neustria, Albarama. Pemerintah pusat hancur total, seluruh dunia sekarang menyiarkan satu berita yang sama yaitu berita tentang robot-robot yang entah darimana datangnya itu menghancurkan Negara paling maju di dunia. Pemerintah dunia sekarang mewajibkan setiap rumah untuk ada ruang bawah tanah, mereka semua mengantisipasi kedatangan robot-robot yang jumlahnya terus bertambah setiap jam, setiap jam pasti ada robot baru yang turun dari langit.
"Sayang?" Tzuyu membangunkan istrinya itu yang masih tidur.
"Eumm." Sana membuka matanya, masih mengantuk karena semalaman dirinya tidak bisa tidur.
"Makan dulu, ayamnya udah mateng." Tzuyu tersenyum lembut. "Cuci muka dulu."
Sana mengangguk dan hanya menuruti perkataan suaminya itu. Setelah itu keduanya makan bersama.
Sana melirik kearah ponselnya. "Sayang?" Panggil Sana kepada Tzuyu.
"Kenapa?"
"Aku boleh telepon tidak?"
Tzuyu terkekeh. "Kenapa kamu minta izin? Telepon saja, tidak apa-apa."
Sana mengangguk. Dirinya lalu menelepon Mina, sambil memakan ayam bakar yang dibuat suaminya.
"Mina? Kamu masih hidup?" Ucap Sana begitu telepon tersambung.
"Kau berharap aku mati hah?" Jawab Mina.
San terkekeh pelan. "Nggak. Btw gimana? Pemerintah pasti bakal nyelesain ini secepatnya kan?"
Tidak ada jawaban dari Mina.
"Mina?"
"Ahh iya. Tenang saja Sana. Kami akan berusaha untuk menyingkirkan robot-robot itu."
"Ahh oke, aku matikan teleponnya ya?"
Sana mematikan telepon tersebut. Dirinya masih dengan tenang menyantap ayam bakar.
***
"Noona?" Pemuda yang kemarin menyelamatkan Mina. Namanya Son Chaeyoung, seorang ilmuan muda sekaligus mantan Mina waktu masih bersekolah dulu.
Mereka berdua berhasil selamat dan sekarang berada diruang bawah tanah milik Militer. Tidak ada banyak orang diruangan ini. Bahkan sebagian besar adalah kenalan Mina.
"Bodohnya aku yang ingin menyelamatkan dunia tapi malah berakhir bersembunyi seperti ini," ucap Mina sambil melepas jarum infus tangannya.
"Noona," panggil Chaeyoung sekali lagi.
Mina menoleh kearah Chaeyoung. "Kau!"
Emosi Mina tiba-tiba naik, entahlah mungkin karena keadaan yang sangat rumit dan mengetahui sahabatanya Sana yang sedang hamil masih berusaha bertaham hidup bersama suaminya ditengah serangan robot berbahaya.
"Tidak perlu teriak-teriak nona menteri yang terhormat," ucap seorang pria. Ya, bisa dilihat dia adalah Kapten dari pasukan tentara, terlihat dari pangkat dibajunya.
Mina menatap tajam kearah tentara itu. Dia membaca nametag nya 'Yoo Jeongyeon'. Lalu dia kembali menatap Chaeyoung, mantannya itu.
"Kau seorang ilmuan bukan? Apa otak genius mu itu tidak bisa kau pakai? Apa kau tidak bisa membuat sesuatu untuk menghancurkan robot-robot itu!"
"Nona Mina!" Bukan Chaeyoung yang berteriak, melainkan Jeongyeon.
Mina memberikan tatapan tajam kepada Jeongyeon. "Aku hanya ingin ilmuan ini berguna!"
"Nona Mina." Kali ini bukan Jeongyeon. Sersan Mayor Kim Dahyun mendekat kearah Mina. "Kondisi diluar sana sedang sangat buruk, jika anda emosi seperti ini, itu akan semakin memperburuk keadaan."
"Apa yang Dahyun katakan benar Mina," ucap seorang dokter muda cantik bergigi kelinci. Panggil saja Dokter Nayeon.
Nayeon dan Mina saling mengenal. Nayeon adalah teman Tzuyu, mereka berdua bertemu saat pernikahan Sana dan Tzuyu.
Disebelah Nayeon ada Dokter cantik bermata besar bernama Park Jihyo. Disebelah Jihyo ada seorang perempuan yang saat ini sedang sibuk melihat salah satu bagian kecil dari robot yang tidak sengaja ditembak oleh robot lainnya, nama perempuan itu adalah Hirai Momo. Mina mengenalnya, Momo adalah teman dekat Chaeyoung.
Mina menghela napasnya kasar. "Kita tidak bisa diam saja seperti ini bukan?"
"Tentu saja tidak." Momo melepas kacamata nya. "Aku dan mantanmu sedang merakit senjata, ya walaupun bukan senjata besar tapi ini dapat memudahkan kita bergerak diluar sana."
Momo bergerak berjalan menuju Mina. "Mantanmu sangat berguna Mina, tidak seperti dugaanmu."
Mina mendengus kesal.
"Kalau begitu, kita bisa memulai misi penyelamatan secepatnya?" Jeongyeon menatap Momo.
"Tentu Kapten, secepatnya senjata ini akan segera selesai dibuat."
Jeongyeon menghela napas lega, setidaknya ada harapan untuk bisa menyelamatkan banyak orang.
"Dahyun," panggil Jeongyeon.
"Ya Kapten!"
"Persediaan makanan masih ada untuk beberapa hari bukan?"
Dahyun melihat sekilas persediaan makanan mereka. "Masih ada Kapten. Mungkin untuk 3 hari kedepan."
Jeongyeon menganggukkan kepalanya. Diruangan ini hanya terdapat 7 orang.
"Persediaan obat-obatan bagaimana Nay?" Jeongyeon menatap kekasihnya itu.
"Persediaan sangat kurang, kan Jihyo?"
Jihyo menganggukkan kepalanya. "Benar, obat-obatan tidak lengkap."
"Bukannya didekat sini ada rumah sakit?" Mina menatap yang lainnya.
"Benar Noona, mungkin 5 menit jalan kita sudah sampai," ucap Chaeyoung.
"Jika rumah sakit itu masih utuh, kita bisa membawa obat-obatan dari sana," ucap Jeongyeon.
"Nay, tolong list obat-obatan apa yang dibutuhkan. Aku dan Dahyun akan keluar mencarinya," ucap Jeongyeon.
Nayeon menatap ragu, tapi dia tetap menuliskan obat-obatannya.
"Diluar sangat berbahaya, apa kalian yakin?" Momo menatap ragu.
"Diluar sana banyak orang yang sedang berjuang bertahan hidup, seperti orang yang ditelepon Menteri Mina tadi, kita tidak bisa terus diam disini," ucap Dahyun.
"Kalau begitu kembalilah kesini dengan bernyawa. Masih banyak orang yang memerlukan kalian berdua," ucap Nayeon.
Jeongyeon dan Dahyun keluar dari ruang bawah tanah itu, dengan harapan bisa membawa obat-obatan dan kembali dengan selamat.
"Aku akan menelepon kedutaan kita yang berada diluar Negeri untuk memberi penemuan senjata dari Chaeyoung dan Momo," ucap Mina.
***
Special thanks to niarben

KAMU SEDANG MEMBACA
Can We Survive? 《ON HOLD》
FanfictionKetika kehidupan manusia terancam dengan adanya robot-robot yang entah darimana datangnya. Original Story milik : @niarben