Day 1

244 42 3
                                    

Tzuyu kembali setelah mengambil belanjaan Sana, beberapa pakaian, kain, dan ranting-ranting. Sana langsung memeluk suaminya itu, dia sangat khawatir tadi.

"Kenapa sangat lama," ucap Sana. Sana melihat bawaan suaminya itu. "Darimana pakaian dan kain itu? Bukankah rumah kita hancur?"

"Tentu aku mendapatkannya dari rumah yang belum hancur. Bagaimanapun juga kau butuh ini untuk menghangatkan tubuhmu," ucap Tzuyu.

"Kau mencuri." Tzuyu tertawa mendengar penuturan istrinya itu.

"Bagaimana keadaan diatas sana?"

"Robot yang tadinya hanya satu bertambah banyak. Jika terus begini, satu negara ini bisa saja hancur atau bahkan satu dunia ini," jelas Tzuyu.

"Apa militer atau pemerintah tidak terlihat?"

"Aku tadi melihat militer mencoba menghentikan robot itu, tapi sayangnya senjata mereka tidak mempan sama sekali," jelas Tzuyu.

Sana menganggukan kepalanya. Dia mengambil beberapa makanan yang dibelinya di minimarket.

"Bagaimana kita memasak ramyun dan telur ini?" Sana menatap suaminya yang tengah sibuk menyalakan api.

"Aku akan keluar mencari apa saja yang bisa digunakan untuk memasak," ucap Tzuyu setelah berhasil menyalakan api.

Tzuyu melihat kesekitar. Dia menemukan sebuah pipa air. Tzuyu mengambil sesuatu dan melubangi sedikit pipa air itu.

"Ini bisa kita gunakan untuk minum atau cuci muka. Aku harap airnya terus mengalir," ucap Tzuyu. Dia menatap kearah istrinya yang terlihat kurang nyaman.

"Kenapa sayang?" Tzuyu mendekat kearah Sana.

"Bagaimana jika ada serangga atau tikus Tzu. Kamu tau aku takut dengan hal-hal seperti itu," ucap Sana.

Tzuyu mengangguk paham. "Aku akan buatkan sesuatu nanti untuk melindungimu dari serangga atau tikus."

Sana memeluk suaminya itu. "Padahal tadi pagi semuanya berjalan dengan normal. Kenapa sekarang malah seperti ini, seperti kita menghadapi kemusnahan masal."

Tzuyu mengelus punggung istrinya. "Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi. Aku berharap situasi ini cepat selesai."

***

Mina sekarang berada diruang bawah tanah dari kantor pemerintahan. Dirinya bersama pejabat yang masih tersisa sedang bersembunyi dari serangan robot.

"Jika kita terus disini, kita juga akan mati kelaparan. Bahan makanan disini tidak cukup untuk waktu yang lama," ucap Mina sambil melihat yang lainnya.

Sekedar informasi Mina adalah seorang menteri Pendidikan.

"Rakyat sedang membutuhkan kita. Membutuhkan perlindungan, tidak mungkin kan jika kita terus berada disini?" Mina sekali lagi berucap.

"Presiden dan wakilnya sudah tewas terbunuh. Kini hanya kita yang bisa rakyat andalkan," ucap Mina, tapi dia tidak mendapat jawaban apa-apa.

"Apa kalian bisu? Atau tuli? Kenapa kalian diam saja!!!" Mina sangat kesal saat ini.

***

"Tzuyu," panggil Sana.

Tzuyu menoleh, dia sedang membakar frozen food yang dibeli Sana. Ya walaupun tidak tau bagaimana rasanya nanti.

"Kenapa sayang?"

"Bakar ayamnya jangan kebanyakan sayang, kita harus hemat." Sana menyimpan ayam lainnya.

"Ayam ini jika tidak dimasak nanti tidak bisa kita konsumsi untuk besok sayang," ucap Tzuyu.

"Besok pagi kita masih bisa mengkonsumsi nya kan? Sekarang tidak perlu banyak makan sayang," ucap Sana.

"Kenapa?"

"Ya pokoknya sekarang jangan di bakar semua ayamnya," kekeh Sana.

Tzuyu akhirnya menyerah, tidak mau berdebat lagi dengan istrinya itu. "Kamu ngidam ya?"

Sana menggeleng. "Tidak tau."

Tzuyu terkekeh, istrinya itu kesal dengannya. Tzuyu mengambil kain dan membasahinya.

"Sayang?"

"Hm."

Sana masih kesal. Dirinya hanya sibuk memandang ayam yang sedang dibakar.

Tzuyu terkekeh pelan. Gorong-gorong ini tidak luas, namun cukup panjang. Tzuyu tadi menutup sisi kanan dan kiri gorong-gorong dengan batu. Sehingga sekarang gorong-gorong itu seperti sebuah ruangan, namun sempit.

Tzuyu mendekat kearah Sana. Dan mengelap lengan istrinya. "Lap dulu tubuhnya sayang."

Sana mengangguk dan mengambil kain itu. Mengelapnya ke tubuhnya.

Tzuyu menggeleng pelan ketika Sana dengan santainya melepas bajunya. Tzuyu fokus ke ayam yang sudah terlihat matang. Tzuyu mengambil ayam yang dia tusukkan ke kayu itu, lalu meniupnya.

"Sayang?"

Sana menoleh. "Iya kenapa?"

Tzuyu memberikan ayam yang sudah matang itu kepada Sana. "Makan dulu, tapi maaf gak ada nasi."

Sana menggelengkan kepalanya. "Gak apa-apa kok."

Sana memakan ayamnya dengan nikmat. Sedangkan Tzuyu mengambil sisanya lalu menaruhnya di daun. Ya, tadi Tzuyu keluar cukup lama dan membuat Sana panik tidak karuan. Dengan suara suara teriakan orang diatas, dan suara gedung yang runtuh tentu membuat Sana panik. Dan ternyata Tzuyu lama karena mencari daun pisang atau daun yang cukup lebar, katanya buat alas makan. Tzuyu juga mengambil kaleng-kaleng, dan bebatuan. Bebatuan itu digunakan untuk menutup kedua sisi gorong-gorong, kaleng digunakan untuk memasak.

"Lumayan lah rasanya," komentar Tzuyu.

Sana hanya mengangguk dan masih menikmati Ayamnya.

"Ngomong-ngomong, kamu kok belanja banyak banget gitu?"

Sana melirik kearah belanjaanya. "Bawaan bayi."

Tzuyu menggeleng pelan dan terkekeh.

***

Mina keluar dari ruang bawah tanah yang berisi orang-orang menyebalkan. Jantung Mina berdegup sangat kencang. Tentu dia sangat khawatir dan takut jika robot-robot menyerangnya.

"Nona awas!" Seorang pemuda mendorong tubuh Mina saat reruntuhan bangunan hampir menimpa tubuhnya.

"Nona tidak apa-apa?" Pemuda itu melihat kearah Mina. "Noona???"

***

Special thanks to niarben

Can We Survive? 《ON HOLD》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang