1 Week

253 37 4
                                    

"Bagaimana keadaannya Noona?" Tzuyu menatap cemas. Dia sangat mengkhawatirkan istrinya.

"Istrimu baik-baik saja Tzu," ucap Nayeon sambil membantu Sana bangun dari tidurannya.

Tzuyu menghela napas lega. Dirinya menoleh kearah sekitar. Beberapa orang yang terluka sedang diobati oleh Jihyo, dan seorang Menteri—Mina—yang sepertinya menjadi asisten dadakan Jihyo.

Tzuyu menghela napas bersyukur. Dirinya dan Sana masih bisa selamat dari robot-robot itu.

***

"Kapten!" Dahyun memanggil Jeongyeon yang sedang memeriksa keadaan sekitar.

Jeongyeon menolehkan kepalanya, "kenapa? Kau menemukan seseorang?"

Dahyun menunjukkan telunjuknya. Kearah robot besar yang perlahan mendekat.

"Astaga." Jeongyeon kaget.

Cahaya merah dari robot itu tampak sangat menakutkan. Dan jangan lupakan tentang bagaimana robot itu tidak membuat suara padahal bergerak, dan dengan ukuran robot yang besar. Pembuat robot itu pasti sudah sangat niat menghancurkan dunia.

Jeongyeon dan Dahyun mengangkat senjatanya.

"Tembak tepat dimatanya. Bersama, setelah hitungan ketiga," perintah Jeongyeon.

Dahyun mengangguk.

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

Dorrrr

Tepat sasaran. Robot itu tumbang. Alat yang diciptakan Chaeyoung dan Momo berfungsi dengan sangat baik.

Jeongyeon dan Dahyun segera berlari menuju robot itu. Ditengah itu mereka menemukan sepasang kekasih atau suami istri yang sedang saling memeluk, dengan tubuh sang pria yang melindungi wanita dari serpihan robot yang berjatuhan.

"Dahyun! Ada orang!" Jeongyeon mengarahkan senternya.

Mereka berdua berlari mendekati dua orang itu. Mereka adalah Sana dan Tzuyu.

"Tuan! Nona! Kalian tidak apa-apa." Jeongyeon menyentuh pundak Tzuyu yang sepertinya terluka.

Tzuyu tersenyum lebar sambil menatap Jeongyeon. Dirinya masih memeluk Sana.

"Kita selamat Sana!"

***

Kemarin Jeongyeon dan Dahyun keluar. Mereka menemukan beberapa orang yang terluka dan membawa mereka semua ke ruang bawah tanah militer.

"Seharusnya kamu tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku malah lebih khawatir padamu, lihat punggung dan lenganmu terluka," ucap Sana sambil menyentuh wajah suaminya itu.

"Bagus. Dua tentara bodoh itu malah membawa banyak orang kesini, dia pikir ruangan ini lebar apa," ucap Pak tua.

"Bisakah kau diam? Sedari tadi terus mengoceh tidak jelas. Aku dan Chaeyoung sedang melakukan penelitian ulang!" Momo sudah hilang kesabaran. Dirinya yang biasanya suka bercanda kini berubah menjadi menyeramkan ketika marah.

"Ruangan ini benar-benar warna-warni sekali," komentar Sana.

"Ya, ini masih mending. Kamu belum melihat ketika diruangan ini ada yang sedang rapat negara, ada penelitian, ada operasi. Ruang ini benar-benar ajaib," ucap Mina, dirinya lalu memeluk Sana. "Aku senang kau baik-baik saja."

"Bagaimana perkembangan untuk bencana ini?"

"Buruk. Pemerintah dunia ketakutan untuk bertindak dan memilih bersembunyi," jujur Mina.

Sana menghela napasnya. Dia sudah menduga inilah yang akan terjadi.

"Noona tidak perlu khawatir. Aku dan Momo Noona bisa membuat beberapa senjata lagi," ucap Chaeyoung tiba-tiba disamping Mina.

Sana menaikkan alisnya. "Chaeyoung? Chaeyoung mantannya Mina?"

Mina memutar bola matanya malas.

Sementara itu Tzuyu tersenyum melihat istrinya. Dia senang Sana bersama dengan Mina, dan Tzuyu juga senang dokter yang merawat istrinya adalah Nayeon dan Jihyo temannya.

"Awhh." Ringis Tzuyu saat sepertinya dengan sengaja Jihyo menepuk lukanya.

"Oh astaga! Sayang kenapa? Apakah lukamu makin parah?" Sana yang tadi sedang asyik bercanda dengan Mina dan Chaeyoung langsung mendekati Tzuyu dengan raut wajah khawatir.

Tzuyu tersenyum melihat betapa pedulinya istrinya itu. Tzuyu mencium cepat bibir Sana. "Aku baik-baik saja."

"Astaga! Cobaan apalagi ini! Setelah melihat beberapa pasang kekasih kemarin sekarang aku harus melihat sepasang suami istri. Malangnya aku yang jomblo ini," ucap Jihyo sambil mengambil kapas dan betadine.

Ruangan bawah tanah ini semakin terlihat ramai dan unik. Seolah mereka melupakan robot-robot yang sedang berusaha menghancurkan dunia.

Tugas Mina sekarang bertambah. Dia harus mencatat setiap orang yang ada diruangan. Ruangan ini sekarang berisi 15 orang, sudah terlihat cukup penuh.

"Kita harus segera pindah dari sini. Jika ingin menangani beberapa pasien atau orang lagi, kita memerlukan ruangan yang luas," ucap Mina.

Jeongyeon mengambil peta kota dari atas lemari. Lalu dia membukanya tepat dimeja depan Mina.

"Kita harus kesini. Itu ruang bawah tanah yang paling luas disekitar sini," tunjuk Jeongyeon. Peta kota memang sangat lengkap dan detail.

"Kau gila!" Mina menatap Jeongyeon dengan tatapan tidak percaya.

"Jodoh adalah cerminan dari diri kita. Tidak Jeongyeon tidak Nayeon keduanya sama-sama gila," timpal Jihyo yang sedang mengobati pasien.

"Jeongyeon?" Tzuyu menggumam.

***

Special thanks to niarben

Maaf kalo gaje

Can We Survive? 《ON HOLD》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang