Day 3

218 37 9
                                    

Tiga hari sudah berlalu semenjak kejadian mengerikan itu. Banyak perubahan di Neustria, bukan perubahan baik melainkan perubahan buruk. Gedung-gedung runtuh, kendaraan yang biasanya membuat kemacetan pun terlihat sudah terbakar. Neustria seperti negeri mati sekarang, dengan tidak ada tanda-tanda kehidupan diatas tanah.

"Tzu," panggil Sana kepada Tzuyu.

Tzuyu menolehkan kepalanya, dia baru akan tidur. Semalaman penuh Tzuyu terbangun untuk menjaga istrinya itu.

"Kenapa?"

"Apa keadaan akan membaik? 3 hari sudah serangan robot ini terjadi, tapi masih tidak ada tanda-tanda perubahan baik," ucap Sana.

Tzuyu mengubah sedikit posisinya untuk bisa menatap istrinya dengan lebih jelas.

"Semua akan membaik. Sementara menunggu pertolongan, kita bisa bertahan disini. Persediaan makanan kita cukup banyak sayang, aku kagum pada istriku yang selalu siap sedia dalam keadaan apapun," ucap Tzuyu dengan sedikit bercanda.

Sana tersenyum tipis mendengar candaan suaminya itu. "Kamu ini."

***

"Jihyo! Aku rasa kita harus mengoperasi orang ini," ucap Nayeon sambil menatap Jihyo.

"Kau gila?!"

"Dia akan mati jika kita tidak mengoperasi nya." Nayeon berucap sambil mengambil Betadine, kain kasa, pisau bedah, dan lainnya.

Jihyo nampak sangat tidak menyangka dengan Nayeon saat ini. Jihyo menatap kearah Jeongyeon. "Kekasihmu ini benar-benar sudah gila!"

Tapi walaupun begitu Jihyo tetap melakukan apa yang Nayeon minta, yaitu mengoperasi pasien.

"Jeong, aku minta pencahayaan yang banyak," pinta Nayeon.

Jeongyeon mengangguk, melirik sebentar kearah Dahyun. Lalu keduanya mengambil beberapa senter.

"Segini cukup?"

Nayeon mengangguk. "Kurasa sudah."

"Jihyo? Bagaimana?" Nayeon menatap sahabat sekaligus rekan dokternya itu.

"Aku tetap merasa kau gila. Kita akan melakukan operasi tanpa peralatan yang memadai, dan diruangan yang kurasa tidak cukup steril ini," ucap Jihyo sambil memakai sarung tangan.

Nayeon tersenyum tipis.

Sementara itu disisi lain. Mina tengah berdebat dengan beberapa petinggi negara lain melalui ponselnya.

"Bastard! Stupid!" Mina sangat kesal sekarang. Sepertinya petinggi negara lain harus berhadapan langsung dengan robot itu baru bisa membantunya.

"Ruang bawah tanah ini sangat mengaggumkan. Disisi sini ada yang sedang mengoperasi pasien, disisi sini ada seorang Menteri yang sedang memaki pejabat dari negara lain," ucap Momo kepada Chaeyoung yang saat ini sedang sibuk merakit senjata.

"Dan ditengahnya ada kita yang sedang merakit sebuah senjata," balas Chaeyoung.

Pasien yang sedang dioperasi Jihyo dan Nayeon adalah orang yang dibawa Jeongyeon dan Dahyun tadi pagi sekali setelah membuat khawatir karena pergi semalaman hanya untuk mengambil obat.

***

"Sana," panggil Tzuyu.

"Aku kira kamu udah tidur." Sana menatap suaminya itu dengan senyum.

Tzuyu membalas senyuman Sana. "Bagaimana kamu bisa tersenyum begitu manis dan cerah disaat kejadian mengerikan ini?"

"Karena setidaknya walaupun kejadian ini sangat buruk, aku tetap melaluinya bersamamu," ucap Sana.

Tzuyu terkekeh. "Kenapa kamu pandai menggoda?"

Sana tertawa. "Kenapa manggil?"

"Aku mau keluar."

Senyum Sana luntur. "Kenapa? Persediaan makanan kita ada, air ada, kain-kain juga ada untuk menghangatkan tubuh."

Tzuyu tersenyum tipis. "Aku tidak mau kau tidur diatas bebatuan kasar. Aku ingin keluar untuk mengambil apa saja yang cukup nyaman untuk kau tidur."

Sana menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa begini."

"Hanya sebentar."

"Tzu...,"

"Sayang?"

Sana menghembuskan napas kasar. "Baiklah-baiklah. Tapi berjanjilah untuk kembali dengan selamat."

"Dikeadaan seperti ini, janji bisa saja menjadi kebohongan. Tapi aku akan berusaha untuk kembali untukmu dan anak kita."

***

"Nayeon benar-benar sudah tidak waras," ucap Jihyo sambil membersihkan tangannya. Operasi telah selesai dan mereka berhasil menyelamatkan pasien. Saat ini mereka hanya menunggu pasien sadar untuk mengetahui keberhasilan operasinya.

"Sepertinya Nona Menteri Mina lah yang sudah tidak waras disini," ucap Nayeon sambil menggelengkan kepalanya ketika melihat Mina yang terus memaki itu.

Jihyo melirik sebentar. "Aku kira dia kalem, ternyata bar-bar juga."

Mina saat ini sedang berbicara dengan orang-orang yang dia tinggalkan dua hari yang lalu. Para pejabat yang hanya menjabat karena jalur uang atau keluarga itu. Mina sudah berhasil menjelaskan tentang penemuan Momo dan Chaeyoung kepada para Petinggi diluar Negeri, mereka sedang mencoba mengembangkan penemuan Momo dan Chaeyoung.

"Hey bodoh! Aku tidak peduli jabatanmu sebagai apapun! Kau hanyalah orang bodoh! Aku hanya memintamu untuk menghubungi koneksi luar biasa keluargamu untuk menyelamatkan Negeri ini tapi kau dan teman-teman pejabat tikus mu itu malah menggunakannya untuk melarikan diri keluar negeri!"

Orang dari telepon itu hanya terkekeh. "Bilang saja kau iri Mina."

"Yoon Jiyoung bangsat!" Mina berteriak saking kesalnya. "Apa kau pikir dengan melarikan diri bisa menyelamatkanmu dari robot itu?!!!!"

"Mina mina, kau pasti menyesal karena telah pergi waktu itu. Andai tidak kau pasti sudah hidup aman dan nyaman disini," ucap Jiyoung.

"HEY BANGSAT! AKU TIDAK PEDULI SOAL MELARIKAN DIRI! AKU SANGAT INGIN MENGINJAK NGINJAK WAJAH TIKUS MU ITU! RAKYAT KITA SEDANG MEMBUTUHKAN KITA! SEHARUSNYA KAU MENGUTAMAKAN RAKYAT KITA BRENGSEK!! SEHARUSNYA KAU MENGEVAKUASI RAKYAT! BUKANNYA KABUR SEPERTI BANCI!" Mina menutup panggilannya. Dia ingin membanting Hp nya, tapi mengingat saat ini dia tidak bisa membeli yang baru dia mengurungkan niatnya.

"Noona tenanglah." Chaeyoung memberikan segelas air kepada Mina.

"Ya benar. Kau sudah berhasil membujuk para Petinggi Negara lain tanpa menggunakan uang. Kau sudah hebat Mina, tidak perlu membuang tenagamu untuk orang menyebalkan seperti itu," ucap Momo.

Momo berjalan kearah Dahyun, dia memberikan minum kepada Dahyun.

"Apa kalian yakin tidak berpacaran?" Jihyo menatap Momo dan Dahyun bergantian.

"Kami hanya teman dekat," jawab Dahyun.

***

Tzuyu terengah-engah. Dia bertemu dengan salah satu robot dan sekarang dirinya menjadi sasaran robot itu.

"Sana." Tzuyu terus menggumamkan nama istrinya itu. Dirinya sekarang sedang bersembunyi dibalik sebuah bangunan runtuh. Dia tau ini percuma, dan dia tau ini akan menjadi akhir hidupnya.

"Sana maafkan aku." Tzuyu meneteskan air matanya.

***

Special Thanks to niarben

Can We Survive? 《ON HOLD》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang