Day 6

216 32 14
                                    

Hari keenam. Keadaan semakin memburuk, robot-robot itu mulai menghancurkan bukan hanya negara tetangga, tapi negara lainnya juga. Tapi pemerintah belum melakukan apapun, mereka terlalu takut.

"Orang ini sungguh merepotkan," jujur Momo kepada pria tua ber jas putih yang kemarin teriak-teriak minta tolong.

"Aku setuju," timpal Mina.

Pria tua itu langsung menatap Mina. "Hey, bukannya kau seorang menteri? Kenapa begitu kepada rakyat!"

Mina menatap malas. "Aku menteri pendidikan."

"Ya tetap saja kau pejabat pemerintah! Haishhh! Hey dua dokter sini. Kepalaku pusing setelah bicara," ucap Pria tua itu.

Jihyo dan Nayeon tidak merespon. Mereka malas menanggapi pria tua itu. Nayeon sedikit menyesal karena kemarin dia mendengar suara teriakan itu lebih dulu, lalu menyuruh Jeongyeon keluar menyelamatkannya.

"Haisshhh! Hey dua tentara! Suruh dua dokter tidak berguna dan menteri ini keluar dari sini!" Pria tua itu menatap pasien yang sedang berbaring. "Hey! Gantian dong."

Nayeon yang melihat itu menjadi hilang kesabaran. "Maaf Pak Tua! Pasien ini baru dioperasi beberapa hari yang lalu. Kau! Sampah masyarakat yang merepotkan sebaiknya jauh-jauh dari pasien ini!"

Pria tua itu tertawa. "Kau cuma dokter murahan! Tidak ada hak melarangku."

Plakkk

Jeongyeon menampar keras pria itu. "Dengar, kita semua disini kesusahan. Dan jika anda disini hanya untuk menyusahkan kita silahkan keluar!!"

"Kapten." Dahyun mencoba menenangkan Jeongyeon.

"Wahh tentara yang makan dari uang pajak yang kuberikan ternyata kelakuannya seperti ini kepada rakyat biasa."

***

"Sayang." Tzuyu memanggil Sana yang sedang sibuk berusaha untuk tidur.

"Hm."

"Aku sudah tau arah jalan ke pangkalan militer," ucap Tzuyu.

"APA?!" Sana menatap tajam suaminya itu. "Kapan kamu keluar?!"

Tzuyu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Eum itu."

"Kapan?!"

"Semalam, waktu kamu tidur."

Sana langsung memeluk Tzuyu. "Jangan lakukan hal itu lagi. Aku tidak mau kehilanganmu."

Tzuyu membalas pelukan Sana. "Aku tau, maafin aku ya."

Sana hanya mengangguk dipelukan Tzuyu.

"Kita bisa kesana nanti malam. Saat malam aktivitas robot tidak seaktif saat siang, jadi lebih aman jika kita pergi saat malam," ucap Tzuyu.

"Bagaimana jika disana tidak ada orang?"

"Pasti ada. Berharap saja ada Kapten Yoo Jeongyeon. Aku sangat ingin menyerahkan benda milik Sersan Soohyun kepadanya."

Sana mengangguk. "Kita kesana nanti malam ya."

Tzuyu mengangguk. "Untuk jaga-jaga, mari kita bawa air. Dan makanan sisa."

Sana melepaskan pelukannya. "Tapi makanan kita tinggal sosis aja Tzu."

"Tidak apa-apa."

***

"Kau yakin akan keluar?" Nayeon berusaha menghalang kekasihnya itu.

"Setelah melihat Pak tua itu aku yakin masih banyak orang yang membutuhkan bantuan kita," ucap Jeongyeon sambil melihat Pria tua yang sekarang terikat. Jeongyeon dan Dahyun mengikatnya karena pria tua itu terlalu banyak tingkah dan sangat menyebalkan.

Disisi lain terlihat Momo yang sedang berusaha membujuk Dahyun untuk tidak keluar. Momo khawatir Dahyun akan kenapa-napa.

"Dubu."

Dahyun menatap tajam Momo. "Jangan memanggilku begitu!"

"Kenapa? Aku biasanya juga manggil gitu."

Dahyun melirik kearah Jeongyeon lalu yang lainnya. Berusaha memberi kode Momo.

"Ahh? Kau malu?"

Dahyun mengeraskan rahangnya. Kalo saja Momo bukan bestie nya, dia pasti sudah merobek-robek mulut Momo itu.

"Aku tanya sekali lagi, kalian yakin tidak berpacaran?" Jihyo menatap Dahyun dan Momo bergantian.

"Percuma tanya. Mereka akan menjawab, kami hanya teman," timpal Chaeyoung.

***

Malam hari

"Tzu, aku takut." Sana berpegangan erat pada suaminya itu.

"Ssttt tenanglah." Tzuyu terus berjalan sambil menuntun Sana. Jalanan sangat gelap. "Sebentar lagi sampai."

Dorrrr

Terdengar suara ledakan. Sana memejamkan matanya sambil masih memegang erat tangan Tzuyu. Sana menyentuh perutnya.

***

Special thanks to niarben


Can We Survive? 《ON HOLD》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang