09

796 50 2
                                    

Sky tidak mungkin menolak peluang yang sudah Salju berikan padanya. Karena itulah ia dan sekretarisnya sekarang tiba di rumah beraksitektur Belanda tersebut.

Ini kedua kalinya Sky masuk ke rumah itu. Salju mempersilahkan mereka menggunakan kamar mandi dan menyiapkan kemeja baru untuk mengganti kemeja milik Sky yang kotor.

Usai kembali bersih, Salju mengajak kedua tamunya untuk kembali ke toko roti. Siang hari di akhir pekan membuat keadaan toko sangat ramai. Sebuah meja dan kursi di dekat jendela baru saja terlihat kosong, Wanita itu mempersilakan Sky dan Haris untuk duduk di sana.

"Anda mau teh atau kopi?" tanya Salju sebelum pergi.

"Teh," jawab Sky singkat.

"Sama, Nona." Haris lekas menjawab ketika pandangan Salju mengarah padanya.

Salju mengangguk kemudian pergi dan Sky mulai mengamati keadaan toko yang semakin ramai. Pandangannya terhenti pada pria tua bertubuh bungkuk dan seorang anak kecil laki-laki yang masih berusia sekitar lima tahunan. 

Di antara para pengunjung, mereka berdua yang terlihat berbeda. Pakaiannya bukan seperti pengunjung. Lebih pada pakaian sehari-hari dan sedikit kumal.

Sky terus memperhatikan dari kejauhan bagaimana pengunjung lain merasa risih dengan kehadiran mereka. Sedangkan sang kakek hanya mengikuti langkah cucunya di depan showcase kue ulang tahun.

Terjadi perdebatan antara kakek dan cucunya. Sky bisa menduga apa yang sedang terjadi di sana. Anak kecil itu berlari keluar toko meninggalkan kakeknya sedangkan pria tua itu hanya berjalan perlahan mengejar cucunya.

Sky berdiri menghampiri pegawai Salju yang berdiri di balik showcase kue tempat kakek dan cucu tadi berdebat. Ia meminta agar membungkus kue yang di minta anak kecil tadi. Setelah mendapat apa yang dimau, Sky menghampiri kedua orang tadi.

Mereka sudah berjalan menjauh dari halaman toko. Sky memanggil dan menghampiri mereka.

"Ya, Nak. Ada apa?" tanya pria tua beruban  dengan badan sedikit bungkuk itu pada Sky.

"Saya salah membeli kue. Toko itu nggak menerima pengembalian, tapi saya nggak mungkin memakannya. Apa Anda mau menikmatinya?"

Kakek itu diam berpikir, sedangkan anak kecil di sampingnya pun mematung.

"Saya harus ganti berapa kue ini, Nak?"

"Anda mau menggantinya?" Sky memperjelas.

"Bisa saya minta setengah dari barga toko ini, Nak?" pinta kakek itu. Kemudian wajahnya ragu.

"Boleh. Seratus dua puluh ribu," jawab Sky. Ia tahu, itu terlalu mahal. Namun, memberinya secara percuma hanya akan menjatuhkan harga si kakek.

Benar saja, kakek itu semakin resah. Menatapi anak kecil di sampingnya sambil merogoh saku di kemejanya yang kumal. Ia mengeluarkan semua uang yang ada di sana. Hanya beberapa lembar uang puluhan dan ribuan. Saat kakek menghitung, Sky juga ikut menghitung. Jumlahnya tidak cukup dan kakek itu kembali memasukkannya ke dalam saku.

"Apa kamu nunggu saya, Nak? Saya akan ambil uang dulu," tanya kakek.

"Kakek nanti bohong. Nggak kesini lagi. Izan mau di sini aja!" rengek anak kecil itu semakin merajuk.

Sanskara Sky [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang