02

41.3K 5.1K 960
                                    

Kenyataan pahit yang diterima Sky kembali membawanya pada alasan pertama kenapa bisa mengenal seorang wanita bernama Salju Bumixela.

"Papa udah bicarakan semua ke Pak Zain. Dia setuju dengan kerjasama yang kita tawarkan," tutur pria paruh baya bertubuh tinggi tegap.

Sky sedang berdiskusi dengan Papanya mengenai salah satu anak perusahaan di Malang yang sedang bobrok. Papa memintanya untuk memperbaiki perusahaan itu.

Karena akan berada di Malang untuk jangka waktu yang lama, Sky juga mendapat tambahan pekerjaan. Mengajak salah satu kawasan industri wisata yang dikelola perorangan untuk bisa bekerja sama dengan perusahaannya. Dan dari sinilah, seorang Sanskara Sky mulai menjalani sebuah takdir yang cukup menggelitik.

"Nanti malam Aga akan bawakan berkas-berkas yang harus kamu serahkan ke anaknya Pak Zain, Sky."

"Ke anaknya?" ulang Sky. "Kupikir akan menemui Pak Zain buat urus semuanya."

"Pak Zain nggak akan ikut campur urusan seperti ini, Sky. Dia cuma akan fokus sama kesehatannya sekarang. Temui saja putrinya, follow up semuanya. Pastikan kamu bisa ajak dia kerjasama, Sky. Sekalipun kita dapat lampu merah dari Pak Zain, kalau tanpa persetujuan putrinya itu tidak akan berarti apa-apa," tutur Papa.

"Oke! Aku pastiin dapat tanda tangannya." Sky memutar bolpoin dengan jari-jarinya, kemudian ia mengetuk lembaran kertas berisi nama-nama petinggi jabatan di kantor bobrok yang akan ia pimpin. "Gimana dengan mereka?"

"Temui mereka dulu. Setelah itu, lakukan sesukamu. Perusahaan itu ada di bawah kepemimpinanmu besok.

Sky mengangguk, matanya memicing dengan menyunggingkan senyum sinis.

***

Sky menuruni anak tangga dengan sedikit tergesa. Ia mengancingkan lengan panjangnya dan mengedarkan pandangan ke luar rumah yang tidak terlalu besar itu.

Sudah beberapa waktu ia dan keluarganya berada di Malang. Mereka tinggal di rumah almarhum nenek yang sekarang ditempati oleh adik Mama. Mungkin dalam waktu dekat, Papa dan Mamanya akan kembali ke Jakarta. Sedangkan Sky, akan butuh waktu lama di kota dingin ini untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah diemban.

"Maaa!" teriaknya mencari keberadaan Mama.

"Mama di dapur!" terdengar suara mamanya dari arah dapur.

"Sky mau berangkat, nih." Ia duduk di sofa dan memperbaiki sneakers yang sudah terpasang rapi di kakinya.

"Iya sebentar!"

Beruntung rumah peninggalan neneknya ini tidak terlalu besar. Tidak perlu mengeluarkan tenaga besar untuk memanggil atau mencari seseorang.  Lain halnya dengan tempat tinggalnya di Jakarta. Untuk mencari seseorang, akan lebih mudah menghubunginya lewat telepon dibanding dengan berkeliling atau bertanya pada asisten rumah tangga yang ditemui.

"Udah kamu pelajari 'kan, isi kontrak kerjasamanya?" tanya Papa yang baru keluar kamar dan duduk di sofa ruang tamu.

"Udah, Pa." Ia mengambil berkas yang ada di atas meja kemudian berdiri. "Sky berangkat dulu ya, Pa." Ia meraih tangan Papa dan menciumnya.

"Semoga nggak ada kendala ya, Sky."

"Aamiin."

Mama yang baru menghampiri putranya bertanya, "Haris nggak ikut?"

Sanskara Sky [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang