"Saya pikir Anda akan benar-benar meminta maaf, tapi malah membuat masalah baru," cerocos Haris yang baru datang setelah kepergian Salju.
"Aku udah minta maaf."
"Tapi ini bikin Nona Salju makin kesal pada Anda, Paaaaak!" geram Haris sambil mengetuki uang di Salju tadi.
"Setidaknya Anda nggak perlu nyuruh dia bayar minumannya, Pak! Mana ini masih kembalian. Terus gimana cara Anda kembaliin duitnya?" desak Haris yang masih meluapkan emosinya.
"Uang segitu nggak ada apa-apanya buat dia. Ngapain kau pikirin!" Sky kembali menyesap kopinya, tidak begitu memedulikan kekhawatiran
Haris menggelengkan kepala, menatap pria itu sangat keheranan. "Kalau kayak gini terus gimana Anda bisa dapetin hatinya?"
Hampir saja Sky menyemburkan kopi yang belum sempat ia telan saat mendengar ucapan sekretarisnya.
"Siapa yang kau maksud mau dapetin hatinya!" sergah Sky seketika.
"Anda, 'kan?"
"Gila aja!" Sky bersandar kesal. "Otakku masih terlalu waras buat milih cewek yang pantas mendapatkanku."
Haris menyebik dengan lirikan meremehkan. "Susah emang musuh pohon pisang. Orang lain jatuh cinta pake hati, dia cuma punya jantung doang." Ia meneguk minuman Salju yang masih utuh, lalu kembali mengomel, "Otak terus yang kerja, orang punyanya cuma jantung."
"Telepon HR pusat, buka lowongan buat sekretaris. Syaratnya, pinter dan nggak banyak bacot!"
Glek!
Haris meletakkan gelasnya di meja. "Enggak perlu dooong, Pak."
"Buruan telepon!"
"Enggak. Semua jabatan sudah terisi penuh. Kita nggak butuh karyawan baru!" tolak Haris.
"Aku butuh karyawan baru."
"Tidak, Pak! Saya adalah manusia paling cerdas dan paling sabar yang bisa bertahan di sisi Anda."
"Kau banyak omong!"
"Saya minta maaf untuk itu." Haris menipiskan bibir dan mengerjap. Berharap belas kasihan Sky.
"Bayar minumannya!" perintah Sky.
Haris mengambil uang yang masih tergeletak di atas meja itu. Namun Sky langsung merebutnya sambil berkata, "Jangan pakai ini!"
"Anda suruh saya bayar pakai uang sendiri?" tanya Haris memelas.
"Ck!" Sky memasukkan uang itu ke dalam dompet kemudian mengeluarkan sebuah debit cardnya. "Nih!"
Pria berkacamata itu sumringah mengambil kartu dari Sky dan pergi menuju kasir.
Karena tidak bisa menikmati kopinya lagi, Sky putuskan untuk pergi. Ia menunggu Haris di lobi. Di sana ia melihat Salju sedang berdiri di teras depan pintu masuk. Tidak sendiri, sedang berbincang dengan pria yang merangkul wanita berpakaian seksi.
Sky tak bisa mendengar pembicaraan di antara mereka, yang bisa Sky tangkap hanya tatapan Salju yang terlihat benci pada kedua orang itu.
"Waah ... bagaimana bisa aku bertemu miliader muda di tempat seperti ini?" sapa Fagan ketika Sky berjalan melewati mereka.
Sky tidak peduli dan hanya berdiri di sisi lain untuk menunggu mobilnya datang.
"Kenapa kau selalu berjalan sendirian, Sky? Aku punya banyak kenalan wanita yang cocok mendampingimu."
Sky masih bergeming.
"Seharusnya kau sudah menikah, kasihan wajah tampan dan tubuh indahmu tidak pernah tersentuh wanita. Setidaknya—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanskara Sky [END]
Romance"Menikahlah denganku, aku membutuhkanmu untuk bahagia." -Sanskara Sky