"Hatcchuuuh!"Entah sudah keberapa kalinya Sky membuat udara di kamarnya tercemar oleh bersinnya. Ia merasa kedinginan meskipun sudah berselimut tebal.
Salju sudah meminjaminya baju ganti lagi sebelum ia pulang. Beruntung wanita itu memiliki baju dan celana yang pas untuknya. Jadi, dia bisa pulang dalam keadaan kering.
Akan tetapi, menghabiskan banyak waktu dengan Salju masih tidak membuahkan hasil. Wanita itu masih tetap pada pendiriannya. Dan setelah mendengar alasan yang diutarakan Salju, ia bisa memahami dan sepertinya memang harus menyudahi usahanya. Sky akan berusaha mencari ganti yang jauh lebih sempurna untuk menggantikan proyek di Sonogiri.
"Papa lagi ada di mana, Ris?" tanya Sky ketika Haris datang membawa obat dan segelas air putih.
"Pak Langit masih ada pertemuan dengan pak Singgih di kota Batu, kemungkinan beliau baru akan pulang besok." Haris memberikan obat dan air putih pada Sky. "Kita aman malam ini, Pak!" bisiknya.
"Kau sudah kasih laporan ke Papa?" tanya Sky usai menelan obat pemberian Haris.
Haris mengangguk. "Karena itu saya bilang kita aman malam ini. Kalau besok pagi, entahlah ...." Haris bergidik membayangkan nasibnya besok pagi.
Baiklah. Sky akan menerima konsekuensinya. Apapun itu, bahkan mendapat hujatan di depan para petinggi jabatan akan ia terima. Sebab, ia tidak mau memaksakan kehendak lagi.
***
"Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu tiba juga."
"Lihatlah nanti, apa dia masih bisa menyombongkan diri."
"Anak kemarin sore kok masih sok-sok'an nantangin kita."
"Belum tahu dia sesusah apa kerjasama sama Sonogiri."
"Kayaknya dia nggak datang. Katanya lagi sakit."
"Alasan aja kayaknya."
"Ehem!" deheman Haris keluar juga setelah sedari tadi mendengar para direksi perusahaan sedang bergunjing sambil menuju ke ruang rapat.
Pagi-pagi tadi Sekretaris Papa memberi informasi jika pemilik perusahaan yang masuk jajaran sepuluh sepuluh besar di Asia itu ingin mengadakan meeting.
Beberapa orang berpakaian rapi itu mendadak panik saat menyadari keberadaan Sky di belakang mereka. Membungkuk setengah badan dan menyapa ramah adalah cara mereka menyelamatkan diri.
Mulut para pria tua itu terkatup dengan sendirinya ketika Sky melewati mereka. Namun, kali ini mereka terlihat tidak terlalu takut seperti sebelumnya, sebab mereka sudah merasa menang dari tantangan yang Sky buat.
Ruang meeting berisikan lima belas kursi sudah terisi penuh ketika owner sekaligus CEO Actmedia Corporation datang memasuki ruangan itu. Semua berdiri memberi sapaan dan pria paruh baya itu duduk diam memperhatikan putranya.
Semua penghuni ruangan duduk dan hanya Sky yang tetap berdiri, membuat orang-orang di sekitarnya semakin bertanya-tanya.
"Saya ... meminta maaf atas kegagalan yang saya lakukan," ucap Sky penuh penyesalan.
"Tidak perlu meminta maaf, Pak Sky," sahut Chandra menanggapi penyesalan Sky.
"Kegagalan apa yang Anda maksud?" tanya Papa memicing heran.
"Mungkin yang dimaksud Pak Sky perihal perkebunan teh Sonogiri, Pak Langit. Kami sudah sangat tahu bagaimana sulitnya kerjasama dengan Sonogiri. Jadi, bukan hal baru mendapati hasil seperti ini. Setidaknya, Pak Sky sudah berusaha cukup keras untuk hal ini." Candra bukan sedang berempati, tetapi lebih pada menyindir kegagalan Sky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanskara Sky [END]
Romance"Menikahlah denganku, aku membutuhkanmu untuk bahagia." -Sanskara Sky