Olivia's POV
"Sam, gua keluar!" Seruanku membuat Sam yang ada di dapur langsung menyembulkan kepalanya.
"Ke mana?!" tanyanya tidak kalah lantang dari suaraku sebelumnya.
"Keluar!"
Sam terlihat kesal dengan jawabanku yang singkat dan ambigu sehingga dia kembali menyahut, "Trus pengawal lu gimana?"
Sebelum Sam menyelesaikan ucapannya, aku sudah keluar rumah dan membanting pintu keras-keras. Dengan begitu dia pasti tau dan sadar kalau aku sudah tidak ada di rumah dan tidak mau mendengarkan ucapannya lagi. Aku juga sudah tau reaksi apa yang akan dia berikan ketika aku kembali nanti. Bukan hanya cacian saja yang pasti dia lontarkan. Mungkin karena aku sudah terbiasa akan hal seperti itu aku tidak terganggu sama sekali.
Kematian Laurena mengejutkan seluruh sekolah selama beberapa saat, tapi hanya dalam hitungan minggu, semua sudah kembai seperti biasa. Termasuk Rachelle yang nampaknya sudah bisa menerima kenyataan bahwa gadis itu sudah tiada. Berada di kelas dua belas tidak menguntungkan bagi mereka sehingga aku sering kali ditinggal sendirian. Rasanya seperti mereka melupakanku.
Tau aku sendirian saja membuat suasana hatiku semakin buruk. Pemikiranku terus dipenuhi oleh anak yang bernama RenJiao. Dia terlihat seperti anak yang baik, namun di saat bersamaan sungguh mencurigakan. Ada yang aneh darinya meski aku tidak bisa menjelaskan apa yang salah. Mungkin Rachelle bisa menebaknya dengan mudah, mengingatkan kalau dia pintar menilai orang lain.
"Sudah lihat video terbaru RenJiao? Katanya dia akan melakukan tur sekolahnya!"
"Denger-denger dia pindah ke daerah sini, kan? Kalo gitu ke sekolah yang terkenal itu, dong?"
"Bukannya yang paling terkenal itu Cornation? Gua denger taon lalu ada kasus bunuh diri di sana."
Rumor tersebut sontak membuatku menatap anak-anak yang menggosip. Entah dari mana mereka mendengar rumor tersebut. Salah satu dari mereka menyadari tatapanku dan langsung memperingati yang lainnya lalu segera pergi. Di mata orang, pandanganku itu sungguh mengerikan. Padahal, aku hanya menatap mereka biasa saja. Tetap saja ada yang berkata kalau tatapanku seperti ingin membunuh seseorang. Nyatanya, aku tidak pernah memiliki niatan seperti itu.
Karena rasa penasaran yang begitu besar, aku membuka ponsel dan membuka media social yang jarang kusentuh. Aku menulis nama RenJiao untuk menemkannya berada di paling atas dengan akun lain mengatas namakan dirinya di bawah-bawah pemilik akun asli. Tidak sampai di situ, bahkan akunnya memiliki centang biru layaknya dia adalah artis yang besar. Aku memerhatikan postingannya sembari mencari tempat duduk. Banyak dari fotonya adalah foto dirinya dengan keluarganya, tersenyum lebar.
Melihat kedua orangtuanya membuatku merasa yakin kalau aku pernah melihat mereka ketika ayah memaksa kami ikut dengannya untuk makan malam. Tidak heran bila dia jadi seterkenal ini. Sikapnya juga mirip dengan Kiara, bedanya, terlihat jelas kalau dia tidak menyukai kerumunan yang ada. Sedangkan Kiara sungguh menikmati kerumunan dan spotlight yang didapatkan. Perbedaan yang sangat jelas membuat segalanya jadi lebih rumit.
"Huh, another beauty queen." Selama beberapa saat aku hanya bisa memandangi akun social media-nya. Beberapa foto membuatku merasa iri, bagaimana dia masih memiliki ibu dan sangat dekat dengan ayahnya. Tapi, sebagian dari diriku berkata untuk tidak mempercayai apa yang ditampilkan di sini.
"Inget gak sama anak yang main piano di sini?"
"Ih, yang cewek itu, ya? Katanya dia dapet kesempatan buat kontes antar negara, tapi dia nolak!"
Sebuah helaan napas terdengar dari lawannya. "Gila. Kalo gua jadi dia langsung terima!"
Tanpa perlu mendengar nama disebutkan, aku sudah tau bahwa orang yang mereka maksud adalah Rachelle. Semenjak kompetisinya, dia menolak untuk bermain di kota kembali. Dia juga sudah jarang bermain di sekolah, seperti itu mengingatkannya akan sesuatu yang buruk. Tidak ingin mendengar ungkapan aneh mereka lagi, aku bangkit dari tempatku duduk dan menghampiri mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
STYB 2: Survivors
Teen FictionRahasia tanpa akhir membuat semua menjadi buta. Mereka yang berusaha untuk terlihat baik-baik saja menjadi seorang pejuang. Kematian Laurena Llyod bukan menjadi akhir untuk mereka semua bertanding menjadi yang paling sempurna. Dunia yang keras hany...