Beautiful Layla - Bagian 7

674 126 3
                                    

Semuanya masih terasa seperti sebuah mimpi. Dimana saat Layla membuka mata maka mimpi itu akan ikut berakhir. Layla paling takut jika bermimpi buruk dan hal yang membuatnya semakin ketakutan adalah mimpi dia kehilangan sang ibu, diusianya yang masih begitu belia.

Saat itu Layla kecil sedang tertidur lelap setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, meluncur kealam mimpi seorang diri didalam kamar sebelum akhirnya bibinya masuk kedalam. Kebetulan sudah seminggu lamanya dia tinggal ditemani Bi Sri, karna ayahnya harus menemani sang ibu yang tengah dirawat di rumah sakit akibat penyakit asma yang kambuh. Layla berpikir dia sedang bermimpi saat bibi menangis mengusap kedua pipinya sembari mengatakan, "Layla harus kuat! Layla harus jadi anak yang kuat!"

Kening kecilnya hanya mampu berkerut, menurut saat bibi dan paman memboyongnya ke rumah sakit dimana tempat yang sudah tidak asing bagi Layla karena sering menemani ibu cek up.

Di sana dia melihat kakek dan neneknya menangis, memeluk ayah yang juga tengah menangis seperti mereka. Layla bingung, dia tidak tahu apa yang terjadi sampai akhirnya ayah menghampiri dan memeluknya begitu erat.

"Ibu udah tenang, Neng. Sekarang Ibu gak akan kesakitan lagi. Allah lebih sayang sama Ibu. Eneng jangan takut, ada Ayah disini." Detik itu juga Layla menyadari bahwa sang ibu telah meninggal dunia. Tangisan yang tumpah ruah dilorong rumah sakit, adalah tanda duka atas kehilangan orang paling berharga dalam hidup Layla.

Layla harus rela kehilangan kasih sayang dari sang ibu, sejak usianya sepuluh tahun. Dan sekarang, setelah dua belas tahun terlewati Layla merasa itu masih seperti mimpi. Kehilangan orang yang paling berharga dalam hidup, adalah sebuah ketidaksiapan yang harus Layla hadapi.

Malam ini dirumah Layla akan diadakan acara haolan ibu dan kakek nenek. Setiap tahunnya Dewa memang selalu mengadakan haolan atau mengirim do'a kepada para ahli kubur terutama keluarga mereka, dan seolah mendapat ikatan batin, Layla selalu merasa sedih setiap kali Dewa acara itu disiapkan.

Layla menekan air panas dari dispenser untuk menyeduh susu jahe miliknya. Pandangannya terlihat menatap kosong kedepan, membayangkan kenangan manis selama sang ibu masih ada disisinya. Yang paling melekat dalam ingatan Layla adalah, ketika ibu membuatkan tas rajut berwarna ungu muda untuknya. Tas kesayangannya yang masih Layla gunakan sampai sekarang.

"Jangan melamun, La!" Lamunan Layla berhasil dipecahkan oleh suara seorang lelaki yang baru saja mematikan tombol merah pada dispenser, kedua bola mata Layla membulat ketika melihat gelas berisi susu jahenya sudah penuh dan nyaris tumpah.

"Ya ampun!" Layla menatap Donny yang membawa gelas mug tersebut lalu meletakannya keatas kitchen sink.

"Mikirin apa sih, La? Untung gak kena tangan kamu, bahaya lho!" Donny masih setia menegur karena tingkah ceroboh yang hampir melukai diri Layla sendiri, gara-gara fokus pada rasa sedih Layla tidak menyadari kedatangan lelaki itu kedapur kantor.

"Maaf, Mas. Gak fokus!"

Donny berdehem, mengambil sesuatu dari dalam laci dan memberikannya kepada Layla. "Minum ini aja. Yang tadi udah gak bisa diminum," katanya menyerahkan sebungkus minuman sereal rasa kacang hijau.

Layla dengan senang hati menerimanya, karena kondisi diluar sedang hujan jadi dia membutuhkan minuman hangat. Dia sudah menghangatkan tubuh dengan jaket dan turtleneck, tapi itu belum cukup karena dia butuh sesuatu untuk menghangatkan tenggorokan.

"Makasih, maaf jadi repotin Mas Donny."

Donny tersenyum kecil sembari menggelengkan kepala, dia mulai mengambil cangkir dan menuangkan bubuk kopi hitam kedalamnya. "Kerjaan jangan sampai buat bengong, santai aja, La." Lelaki itu masih menyinggung soal keterdiaman Layla, membuat perempuan itu hanya tersenyum samar.

Beautiful Layla | Apa Itu Cantik Yang Sesungguhnya? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang