Beautiful Layla - Bagian 6

714 134 1
                                    

Sore hari ini cuaca berbeda dari sore kemarin dan kemarinnya, langit tampak gelap di iringi hujan yang begitu deras pun angin berhembus cukup kencang, hingga membuat sebagian karyawan Sęnja memilih bertahan di kantor karena cuaca tidak cukup baik jika memaksa untuk pulang. Berbahaya.
Salah satunya adalah Layla dan Aurin, meskipun pekerjaan mereka sudah sama-sama selesai, keduanya memilih menunggu hujan reda dilobi kantor sembari menikmati susu jahe hangat yang sebelumnya mereka seduh dari dapur kantor. Sangat pas kalau dinikmati di hari dingin seperti ini.

"Untung bawa jaket, gak kebayang gimana dinginnya pas di jalan nanti." Layla mengangguk menyetujui perkataan Aurin.

Biasanya meskipun hujan reda tapi hawa-hawanya tidak akan hilang begitu saja. Dinginnya masih tetap akan menusuk ke dalam kulit dan Layla kurang suka itu. Dia takut asmanya kambuh karena cuaca yang cukup dingin.

"Haaah ... kapan gue bisa beli tas kayak gitu, ya?"

Layla berdehem membuat Aurin menunjuk seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka dan kontan mengikuti arah pandangan Aurin.
Itu adalah staff senior, yang usianya juga jauh lebih tua dan kebanyakan senior mereka itu sudah menikah. Penampilan wanita tersebut memang tampak modis meskipun sudah tidak semuda dirinya dan Aurin, sepertinya dia sedang menunggu jemputan.

"Bagus banget tasnya, La. Itu keluaran terbaru dari brand kesukaan gue." Kening Layla berkerut dalam.

"Apa bedanya sama tas punya lo? Bukannya lo juga punya, ya? Tas yang dari brand itu?" Layla melemparkan pertanyaan ketika berhasil melihat tanda sebuah brand tas yang seniornya kenakan.

Aurin berdecak sebal, bibirnya memanyun dan dia menyerongkan tubuhnya ke arah Layla. "Gue cuman punya dua, La. Itu pun udah lama banget, gue belinya harus kumpul-kumpul dan mikir berulang kali supaya gak ketauan bokap. Kadang gue suka iri sama kehidupan senior-senior kita tau," tuturnya dengan nada sedih. Wajahnya semakin tertekuk dalam.

"Mereka itu hidupnya udah tertata, udah punya suami yang juga nafkahin tapi tetep cari duit. Pemasukan mereka jadi nambah dan gak akan begitu pusing ketika mau sesuatu karena seenggaknya punya tambahan. Lah, gue? Pengen beli parfumnya aja, kadang suka gelut sama diri sendiri dulu, antara beli parfum apa sepatu? Itu pun nunggu gajian, hidup mereka itu udah perfect banget, Laa!"

Sempurna? Layla tidak tahu apa itu definisi sebenarnya dari kata 'sempurna'. Apakah ketika hidup kita banyak uang dan kita bisa makan enak atau membeli apapun tanpa melihat bandrol harganya. Bisa keliling luar negeri bersama orang yang kita cintai, mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar, atau menikah bersama pria mapan yang menjanjikan. Apa itu bisa dikatakan sempurna seperti yang Aurin maksud?

Layla terkadang masih bingung meskipun usianya sudah terbilang dewasa, tapi masih banyak hal yang belum dia pahami. Kata ayahnya sempurna adalah saat kita mampu bersyukur, tapi kata Aurin sempurna adalah saat kita bisa membeli apapun yang kita mau. Untuk secara fisik pada manusia, sempurna itu harus cantik atau tampan dan sehat. Sedangkan yang Layla tahu dari guru mengajinya dulu, didunia ini tidak ada yang sempurna. Jadi, apa itu sempurna?

"Gajian kali ini gue gak bisa beli kemauan gue dulu karena harus bayar kontrakan. Ya Tuhan, kebutuhan lebih segalanya dibanding kemauan."

"Ya iyalah, emangnya lo mau di usir cuman gara-gara telat bayar kontrakan karena uangnya dipake beli tas baru?" Aurin tergelak, menatapnya dengan jenaka lalu menyenggol lengannya.

"Lo mah enak tinggal di rumah sendiri, duit gajian gak akan dibayarin kontrakan. Listrik juga dibayar sama bokap, 'kan? Makan juga gak setiap hari beli." Layla terkikik pelan, benar juga sebenarnya. Dia hidup bersama ayahnya dirumah sendiri jadi ketika gajinya cair tidak akan langsung habis untuk bayar ini dan itu karena dia tidak memiliki utang.

Beautiful Layla | Apa Itu Cantik Yang Sesungguhnya? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang