BAB 1

60.9K 2K 57
                                    

Mungkin pandangan orang lain status duda atau janda itu begitu miris sehingga dianggap tidak layak untuk dimiliki. Kenyataannya banyak jaman sekarang duda atau pun janda bahkan hidup lebih bahagia setelah mereka menjalani rumah tangga dengan orang yang salah lalu mencari orang baru.

Namun, hal itu sama sekali tidak berlaku untuk sosok duda yang satu ini. Dia tetap memilih single setelah mantan istrinya meninggal. Zia adalah mantan istrinya yang telah melahirkan putera mereka lalu meninggal dunia. Sudah 5 tahun ia melajang dan tidak ada niat mencari wanita baru sebagai pendampingnya atau memang pria itu belum niat? Entahlah.

Wajah Zia selalu terbayang di kelopak matanya siang dan malam. Cara Zia memperlakukannya sangatlah telaten, sabar dan lembut. Bahkan Farraz menjamin tidak akan wanita selembut dan setelaten Zia dalam melayani dan membuat rumah tangga itu selalu disertai tawa di dalamnya.

Saat ini Farraz sedang menunggu puteranya yang bersekolah di Jakarta Intercultural School. Sekolah terkenal yang melahirkan anak-anak berbakat dengan biaya yang tidak kecil.

Ia menyewa antar jemput puteranya karena memang dirinya benar-benar sibuk. Bekerja sebagai dosen dan dokter sekaligus, lalu belum lagi perusahaan yang hendak diturunkan kepadanya oleh orang tuanya membuat Farraz sama sekali tidak ada waktu bersama puteranya. Sebab itulah kedua orang tuanya menyuruhnya untuk segera menikah.

Pintu depan terbuka lebar dan puteranya yang berusia lima tahun masuk dengan wajah tampan sambil tersenyum lebar. “Daddy!”

Farraz tersenyum kecil. Hal yang membuatnya bahagia adalah melihat puteranya yang sangat mirip dengan Zia. Wanita cantik, baik, dewasa, dan juga shalehah. Hidung mancung Aziz mungkin turunannya, selebihnya adalah milik Zia membuat lelaki itu sangatlah tampan di usianya sejak dini.

Hello boy.” Ia mengacak rambut puteranya dengan gemas. “Ayo, ganti baju karena Daddy ingin mengajakmu makan.”

I love food, Daddy.”

Farraz tertawa pelan lalu segera memanggil babysitter yang merawat Aziz. Setelah perempuan itu tiba, Farraz langsung bergumam. “Kamu ganti pakaian dia lalu bawa dia ke dapur.”

“Baik, Pak.” Gadis bernama Irma itu menatap Aziz dengan senyumnya. “Ayo, kita ganti baju.”

Aziz menurut. Sejak kecil dia memang sudah bersama Irma yang menjaga dan selalu mengasuhnya. Gadis itu kemungkinan berusia 25 tahun saat ini karena ia bekerja ketika umurnya 20 tahun. Kedekatannya dengan Irma seperti adik dan kakak. Walau diam-diam Irma menyimpan rasa yang seharusnya tidak boleh ia rasakan kepada majikannya ini.

Lagi pula, siapa yang tidak jatuh cinta kepada perangainya Pak Farraz? Terkenal dengan wajah tampan, hidung mancung yang sedikit banyaknya keturunan Arab, lalu kulitnya yang putih serta badannya yang begitu gagah di usianya yang sangat matang.

Semua wanita akan jatuh hati pada pria itu hanya dalam sekali pandang saja. Irma segera menarik Aziz untuk masuk ke dalam kamar dan mengganti pakaian lelaki kecil itu sebelum membawanya ke dapur bertemu dengan papanya.

*

“Pak Farraz ngasih materi nggak nanggung. Selalu sulit nggak pernah yang mudah.”

Neina mengendikkan kedua bahunya tidak acuh mendengar sahabatnya Jihan memprotes tingkah salah satu dosen yang terkenal killer.

“Gue heran, kalo laki-laki wajah tampan itu emang suka begitu ya. Seenaknya dan semaunya.”

Memutar bola matanya malas, Neina langsung menjawab. “Jangan samakan Pak Farraz sama mantan lo.” Karena Neina tahu bahwa Jihan sedang menyindir mantannya. Ia menipiskan bibirnya sejenak. “Lagian selama ini Pak Farraz menduda, dia sama sekali belum niat tuh cari istri baru.”

My Husband is Duda (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang