10

1.6K 186 16
                                    

Dua tahun yang lalu.

Jimin yang baru selesai latihan buru-buru pergi ke toilet karena panggilan alam. Ia berharap di toilet tidak ada siapapun agar dia bisa mengeluarkan segala beban di perut yang membuatnya harus pergi ke toilet.

Sayangnya setelah sampai toilet, Ia harus melihat seseorang yang sedang berusaha mempertahankan Kesadarannya. Jimin benar-benar terkejut melihat salah satu member yang duduk lemas menyandar dinding dengan wajah yang pucat, mimisan dan terlihat berkeringat.

"Jin Hyung!" Jimin yang terkejut reflek berteriak dan langsung mendekati Seokjin. "Hyung,kau kenapa?" Jimin menangkup wajah seokjin dengan khawatir.

Seokjin melihat Jimin dengan mata yang hampir memejam tanpa mengatakan apapun.

"Hyung, hei, jangan tutup mata mu" ucap Jimin dengan suara gemetar seraya menepuk pelan wajah Seokjin.

Seokjin hanya diam, mata yang hampir memejam pun perlahan menutup sempurna membuat Jimin panik. Karena panik Jimin memutuskan untuk membawa Seokjin ke dorm dan menelfone dokter pribadi seokjin untuk memeriksanya.

____________ ooo ____________

"

Kanker otak stadium tiga?" Gumam Jimin setelah mendengar ucapan dokter Choi.

Dokter Choi adalah dokter yang member kenal karena seokjin sering memanggilnya ke dorm saat ia sakit dan menurut member itu sedikit berlebihan.

Sebenarnya Member tidak akan mengangapnya berlebihan kalau seokjin jujur tentang penyakitnya, karena yang member tau seokjin hanya migren dan dokter choi adalah dokter umum. Padahal faktanya seokjin sakit kanker otak dan dokter choi adalah dokter spesialis.

Setelah mendengar semua penjelasan dokter, Jimin melihat Seokjin yang baru saja membuka mata. Rasanya ia begitu marah pada Seokjin, namun hatinya tidak bisa melakukannya dan memeluklah yang akhirnya dia lakukan. Seokjin yang bingung dengan sikap Jimin, perlahan melepaskan pelukannya.

"Kau ini kenapa? Kenapa tiba-tiba saja menangis seperti ini?" tanya Seokjin.

Jimin menghapus air matanya, lalu menatap Seokjin dengan sedih. "Apa rasanya sakit, hyung?" tanyanya membuat seokjin bingung mendengarnya.

"Apa maksud mu?"

"Aku tanya, apa rasanya sakit?" Ulang Jimin, namun kali ini disertai air mata yang jatuh ke wajahnya.

"Jim, kau ini bicara apa? Akuu" Seokjin menghentikan ucapannya karena Jimin memotong dengan bentakan.

"Aku Tanya, Apa Rasanya Sakit, Hyung?!" Bentak Jimin disertai tangisan.

Seokjin yang bingung dengan sikap Jimin, perlahan melihat dokter Choi yang ada di samping jimin. Seolah mengerti, dokter Choi hanya mengangguk sebagai jawaban atas tatapannya.

"Sudah tau, ya?" Seokjin mengulum senyum getir, kemudian kembali melihat Jimin yang menangis. "Rasanya sakit, Jim. sangat sakit" Lanjutnya membuat Jimin semakin menangis mendengarnya.

"Kenapa kau tidak pernah bilang, hyung? Kenapa kau menyembunyikan sakitmu sendirian? kenapa kau tidak mau berbagi sakit mu pada kami?

kenapa kau senang sekali menutupi semua rasa sakit dengan topengmu yang selalu tersenyum dan bersikap baik-baik saja, hyung? kenapa hyung? Kenapa?!" Jimin menangis seperti anak kecil di depan seokjin, membuat dokter Choi memilih keluar dan tidak mau ikut campur urusan mereka.

Seokjin menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Jimin. "Aku tidak mau membuat kalian khawatir, aku tidak mau kalian hanya fokus mengurusku dan mengabaikan pekerjaan.

Yours ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang