DON'T DIE! [000]—copyright, 13 Agustus 2022—
.
.
.Mati.
Itu adalah hal yang terlintas dalam benaknya saat ini.
Perasaan dingin dan hampa yang memeluk erat tubuhnya terasa begitu nyata. Membawa serta dirinya yang sudah lelah akan dunia.
Embusan napas yang menyertai denyut nadi juga detak jantungnya yang kian melemah lambat laun menghentikan pekerjaannya.
Semuanya berhenti. Tanpa terkecuali.
Yang tersisa hanyalah asa yang berjalan dalam kegelapan tanpa cahaya. Tak ada jalan. Tak ada tujuan. Tak ada bimbingan.
Menelusuri lorong panjang dengan penglihatan yang tak memindai apa-apa.
Ia sendiri. Benar-benar sendiri. Terpisah antara ruang dan waktu yang hanya berjalan untuk dirinya yang entah akan pergi ke mana. Tak ada siapa pun yang memberitahunya.
Melangkah dalam bidak yang tak bisa dipijak, ia terus menjejakkan kakinya pada setapak jalan.
Semuanya hitam. Namun, entah kenapa ia bisa berjalan bebas tanpa tersandung atau pun tergelincir. Seolah sudah menjadi hal wajar baginya yang tak bisa melihat apa-apa untuk menyusuri ruang.
Hanya ia sendiri. Tanpa tujuan.
Tanpa menghitung waktu, ia terus menggerakkan tungkainya yang memimpin hingga setitik kecil cahaya di ujung jalan tertangkap inderanya.
Ia mengerjap, secara otomatis menghentikan langkah kakinya. Menatap lurus pada cahaya itu yang terasa begitu jauh untuk disentuh.
Terdiam dalam kebingungan, ia memutuskan untuk tak melanjutkan perjalanan.
Keraguan yang tak seharusnya ia rasakan secara perlahan merayap kala gemerisik angin sayup-sayup terdengar oleh inderanya yang sudah lama tak mendengar apa-apa selain kesunyian juga kehampaan.
Keningnya berkerut gamang ketika sebuah dorongan menuntunnya untuk kembali berjalan, mendekat ke arah cahaya yang entah mengapa semakin lama semakin terlihat besar.
Tak mengerti akan perasaan dituntun yang tiba-tiba setelah sekian lama sendiri, dengan ragu ia pun menggerakkan kedua kakinya yang entah kenapa kali ini terasa ringan untuk digerakkan.
Saat dirinya mendekat, ia berhenti. Refleks menghalangi kedua matanya dengan sebelah tangan ketika silau cahaya terasa begitu membutakan.
Tak tahu apa yang terjadi namun, satu hal yang dapat ia pastikan adalah suara bisikan seseorang di telinganya merupakan hal terakhir yang ia ingat sebelum cahaya yang ada di depannya meledak dan menelannya tanpa peringatan.
—
.
.
.Halo kalian semua para penumpang kapal Yoo Joonghyuk dan Cale Henituse, sini absen dulu! 🙋🏻♀️🙋🏻🙋🏻♂️
Hyahaha! Setelah baca ff sana sini aku akhirnya kecantol sama kapal ini, wkwk dan akhirnya, jeng-jeng-jeng, aku memutuskan buat bikin sendiri ceritanya, haha.
Btw, base on story yang membuat cerita ini tercipta terinspirasi dari ff MEMOIR OF THE MESSENGER milik akun 01LuNa08 ya, ges, ya. Jadi, kalo kalian nanti ngerasa kok masa lalu Cale begini atau begitu, oh jelas, soalnya kan patokan dari semua masa lalu Cale adalah dari cerita ini di mana, di cerita Memoir of The Messenger Cale adalah orang buangan yang dilupakan oleh semua orang dan bukan seorang pahlawan:")
So, kalo kalian ngerasa gak cocok sama ceritanya, gak papa, aku gak maksa kalian buat baca tapi, seenggaknya boleh lah kalian nyoba siapa tau aja suka, hehe.
Dan, untuk selebihnya, nanti bisa nyusul nanti ya, ges, ya.
Ditunggu suporternya kalian semua (≧▽≦)
#DON'TDIE!
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T DIE!
FanfictionDua jiwa putus asa dari dunia berbeda bertemu dan merajut cinta di tengah Skenario yang menghancurkan dunia. Di mana Cale Henituse yang selalu lelah dan mengeluh ingin 'istirahat' serta Yoo Joonghyuk yang selalu berusaha untuk membuat Cale tetap 'hi...