[023]

1.6K 202 60
                                    


DON'T DIE!

copyright, 06 Oktober 2022

.
.
.

NIAT awal Joonghyuk kembali ke stasiun lebih awal adalah karena mendapat firasat tidak mengenakan setelah mengalami mimpi yang bisa dibilang sangat buruk. Di tengah perjalanannya dalam berburu—entah monster atau item—ia berisitirahat sejenak namun, hal yang tak disangka-sangka ia tertidur tanpa sadar.

Entah itu memang hanya sekedar bunga tidur atau sebuah ‘penglihatan’ pada sesuatu tetapi, ia tidak bisa begitu saja menganggapnya enteng. Tidak ketika mimpi itu sendiri berisi tentang Cale yang diseret oleh beberapa preman ke tempat gelap di sudut terjauh stasiun Gumho.

Kemarahan melonjak seketika dalam dirinya saat ia tersentak bangun. Keringat dingin yang menetes sebesar biji jagung mengalir deras dari dahi ke pelipis dan membasahi pipi. Mengiringi napasnya yang terengah-engah kala bayangan Cale yang cengkeram di sana-sini dengan tangan-tangan kurang ajar menggerayangi sekujur tubuhnya yang mungil.

Ia menelan ludah, menggertakkan gigi karena amarah. Mencoba menekan rasa mual di perutnya dan menepis apa yang dilihatnya di dalam mimpi ketika satu persatu dari mereka mulai melucuti pakaian indah Cale dan rasa pusing karena gejolak jijik memenuhi pikirannya saat teriakan histeris si rambut merah yang diperkosa secara bergiliran membangkitkan rasa haus membunuh yang begitu kental.

Meskipun hanya mimpi tetapi, jika hal itu berhubungan dengan Cale maka ia tidak bisa untuk tidak mengabaikannya. Jadi, atas dasar itulah ia yang sedang dalam perburuan memutuskan untuk kembali stasiun. Walaupun jelas dirinya masih belum mengetahui di mana Cale berada namun, wajah-wajah yang memperkosa Cale di dalam mimpinya ada di sana.

Jadi, demi untuk meredakan rasa hausnya yang membara bahkan pada kemungkinan yang ia sendiri tak mau membayangkannya memilih untuk mencabut akarnya sejak dini. Itu lebih baik dari pada ia harus menghadapi kenyataan menjijikkan yang mungkin, akan membuatnya semakin membenci dirinya sendiri yang lagi-lagi gagal melindungi cintanya.

Tepat ketika ia sampai di stasiun, matanya yang tajam memindai sekitar. Menajamkan inderanya ke titik maksimal agar tidak melewatkan satu hal kecil pun.

Tanpa ia sadari, jantungnya mulai berdebar. Bertalu kencang dalam irama yang tidak menyenangkan. Saraf-saraf di setiap persendian uratnya menegang, aliran darahnya berdesir hebat karena ketidaknyamanannya yang secara aktif berseru—meneriakkan alarm berbahaya sehingga insting yang selalu ia percayai membawanya ke suatu tempat paling terpencil dan gelap.

Ada remang-remang cahaya, meski kegelapan masih tetap namun, samar-samar suara mulai terdengar dari dalam sebuah ruangan.

Jantungnya semakin keras berdetak seolah-olah akan melompat keluar dari tempatnya. Napasnya tercekat saat kemarahan yang tak berdasar mulai merangkak menyelubungi setiap inci dari bagian terkecil tubuhnya. Aura hitam pekat secara alami menguar, matanya menggelap saat aroma manis yang ia kenal tercium oleh inderanya yang mengenal baik siapa pemiliknya.

Tanpa bertanya apalagi melihat, disertai ketakutan juga kemarahan yang membumbung ia dengan keras membanting pintu hanya dengan satu kepalan tangan.

Tepat ketika suara dobrakan yang membuat pintu terkoyak dan lepas dari engselnya, Joonghyuk yang saat ini berdiri merasa seluruh dunianya jatuh tanpa terkendali saat melihat tubuh kecil yang pucat bergetar hebat tengah dirajam oleh beberapa bajingan brengsek yang tidak tahu tempatnya.

“Dasar bajingan! Apa yang sedang kau lakukan padanya, hah?!”

Setiap tetes dalam satu huruf yang keluar darinya mengandung racun mematikan. Aura gelapnya semakin pekat, menunjukkan betapa marahnya ia sekarang ketika melihat sosok yang mati-matian ia jauhkan dari bahaya sejak pertemuan pertama (terlepas dari sikap pengecutnya di regresi ke-2 namun, sebelumnya ia tidak pernah membiarkan Cale tergores oleh hal kecil yang bisa membuatnya terluka bahkan jika itu hanya sekedar selembar kertas) merasakan amarahnya mendidih.

DON'T DIE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang