[019]

1.4K 187 75
                                    


DON'T DIE!

copyright, 26 September 2022

.
.
.


UNTUK beberapa saat, Cale merasa dirinya terlempar ke suatu tempat. Menembus lapisan demi lapisan dimensi yang ia sendiri rasakan seperti harus memakan waktu yang sangat lama sampai akhirnya ia menyadari bahwa itu hanyalah satu atau dua detik berlalu.

Tak ada apa pun yang ia rasakan tetapi, ketika samar-samar ingatan seseorang menghantam kepalanya ia tahu bahwa dirinya tengah mengalami perubahan. Entah perubahan apa namun, semakin lama ingatan-ingatan itu semakin terlihat jelas.

Penampakan seorang anak laki-laki berambut hitam, berlari terengah-engah dari kejaran beberapa orang di tengah hujan badai tanpa alas kaki. Wajahnya yang babak belur menunjukkan ekspresi ngeri namun, penuh tekad untuk melarikan diri. Manik cokelat kemerahannya yang memerah memancarkan kepercayaan akan kekuatannya sendiri yang kini berdiri di tepi jembatan sungai Han.

Laki-laki berambut hitam itu sudah menguatkan tekad, untuk yang terakhir kalinya ia menoleh ke beberapa orang yang masih mengejarnya lalu dengan senyum miring ia pun meloncat terjun ke derasnya air sungai di tengah ributnya badai. Tentu saja, ia tidak bermaksud untuk bunuh diri karena mati atau sakit adalah hal yang paling ia benci namun, setidaknya itulah yang bisa ia lakukan untuk mengelabuhi para pengejar agar berhenti mengikutinya.

Setelah tubuh kecil dan ramping laki-laki yang sekiranya berusia 13 atau 14 tahun itu tenggelam dalam derasnya air sungai Han (ini adalah apa yang terlihat dalam ingatan Cale) sebuah sentakan kecil mengaliri tubuh Cale bagaikan sebuah sengatan listrik. Napasnya secara tak beraturan terengah-engah, mencekik pernapasannya yang kini terasa seperti berhenti bernapas.

Cale merinding. Merasakan tubuhnya menggigil saat ingatan seorang anak laki-laki yang terjun ke sungai di tengah hujan badai ternyata adalah dirinya sendiri di kehidupannya yang lain. Ia tercekat, kehilangan kata-kata kala pikirannya berubah kosong. Tanpa sadar, ia memeluk dirinya sendiri ketika perasaan teror yang seakan-akan menggerogoti mengikis habis kesadarannya yang dipenuhi ketakutan juga ketidakpercayaan.

Apakah saat itu aku mati? Cale tak bisa untuk tidak berpikir demikian sebab, hei! Siapa yang akan tetap bertahan hidup jika dirimu dengan sengaja menjatuhkan diri sendiri ke sungai yang mengalir deras di tengah ributnya hujan badai? Namun, setelah berulang kali dipikirkan, sepertinya itu bukan akhir dari kehidupannya karena dirinya masih bisa mengingat saat-saat ia bertemu dengan dua orang paling berharga dalam hidupnya di kehidupan itu.

Itu berarti... aku selamat, ‘kan? Cale tak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi padanya setelah dirinya tenggelam namun, yang pasti, ia ingat bahwa hidupnya terus berlanjut bahkan ketika dua orang itu mati saat monster tanpa peringkat tiba-tiba menyerang.

Aku enggak bisa mengingat semuanya dengan jelas tapi, Cale menyentuh kepalanya lalu secara perlahan mencengkeramnya guna meredakan sakit kepala yang tiba-tiba mendera akibat dirinya terlalu memaksakan diri dan saat itulah ia mendengar suara Kim Namwoon yang dipenuhi keterkejutan.

“Cale-nim?!

Cale yang masih berusaha meredakan sakit kepalanya menoleh, meski ia tak bisa melihat namun, dari apa yang ia dengar sudah pasti ada sesuatu yang terjadi padanya sekarang ini.

“Apa?”

“Rambut Anda...”

“Hah?” Cale mengernyit bingung, tanpa sadar memiringkan kepala saat Namwoon hanya menatap ke arah Cale dengan mata membulat tak percaya.

DON'T DIE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang