[002]

2.6K 347 19
                                    


DON'T DIE!

copyright, 14 Agustus 2022

.
.
.

ITU adalah ruang yang dipenuhi oleh bau obat-obatan. Berbagai macam alat medis tertata rapi di sana-sini. Embusan angin yang masuk melalui celah gorden dari jendela yang dibuka memberikan sensasi sejuk yang menenangkan.

Seorang anak yang terbaring di bangsal nampak tertidur dengan damai. Masker oksigen yang menutupi hidung dan mulut menjadi penunjang kehidupannya. Beberapa kabel yang terhubung pada alat-alat medis menancap di beberapa bagian tubuhnya.

Seolah tak terganggu, anak itu tetap tidur tanpa ada sedikit pun tanda-tanda pergerakan.

Suara dari Elektromagnetik (EKG) yang terdengar menjadi satu-satunya yang memecah kesunyian.

Tak ada seorang pun di sana.

Hanya anak itu. Seorang diri, tanpa ada yang menemani.

Desiran angin yang bernyanyi seolah-olah tengah meninabobokan anak itu, sentuhan lembut cahaya matahari membelai. Menghantarkan rasa hangat ke tubuhnya yang mendingin. Kicauan burung-burung yang bertengger di pagar balkon terdengar seperti sedang menyampaikan sebuah cerita. Mengajak sang anak mengobrol agar dalam tidur panjangnya, anak itu tak merasa sendirian dan kesepian.

Nyanyian-nyanyian lembut dan halus itu saling bersahutan dengan alat pendeteksi jantung yang saat ini menggambarkan keadaannya melalui diagram yang ada di layar. Tetes infus yang ada pun tak tertinggal, seolah menegaskan bahwa ia pun ikut membantu dalam menjaga sang anak.

Kesunyian yang menenangkan itu memberi ketenangan yang damai pada anak itu yang telah lama terlelap dalam tidur. Mengarungi mimpi yang entah sampai kapan akan berakhir. Mengakhiri keputusasaan yang dirasakan oleh para penunggu yang senantiasa memanjatkan doa untuk kesembuhannya.

Namun, seakan tak peduli akan orang-orang yang menunggunya bangun dari mimpi panjang, anak itu tetap bergeming seolah-olah dirinya terlalu betah untuk bangkit dari alam mimpi yang mungkin terlalu indah untuk ditinggalkan.

🍁

Seperti hari-hari sebelumnya, anak yang terbaring tidur di bangsal itu belum memberikan tanda-tanda akan bangun.

Kedua matanya masih terpejam, embusan napasnya yang lambat tak pernah lepas dari bantuan tabung oksigen yang terhirup melalui masker di wajahnya. Detak jantungnya yang terukur tergambar jelas di layar pendeteksi jantung yang menunjukkan bagaimana diagram itu menjelaskan bahwa kondisinya belum berubah.

Sapuan lembut dari angin yang masuk membelai kerapuhannya, cahaya matahari yang hangat merengkuh kerentanannya. Kicauan burung menemani kedamaiannya yang tenang.

Ia terlelap. Semakin jauh menyelami alam mimpi seolah-olah tak pernah berniat untuk beranjak. Membangunkan tubuhnya yang telah lama kaku karena berbaring tanpa sedikit pun bergerak.

Anak itu... benar-benar damai dalam beristirahat.

🍁

Hari berlalu.

Dari detik ke menit lalu jam, hari kemudian minggu dan bulan.

Anak itu... yang sebelumnya tak pernah menunjukkan tanda-tanda akan bangun akhirnya membuka mata untuk yang pertama kalinya. Mengejutkan seorang perawat yang kebetulan sedang bertugas untuk melakukan pemeriksaan.

Perawat yang merupakan seorang wanita muda berusia 30 tahunan itu dengan tergesa memanggil dokter, menekan tombol merah yang berada tepat di sebelah kiri bangsal lalu melalui interkom ia mengabarkan bahwa anak yang selama hampir lebih dari dua tahun koma telah bangun.

DON'T DIE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang