Bab 14 : Timbul Curiga

21.9K 2.2K 248
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.

JANGAN LUPA VOTE YA ❤️

Sebelum baca coba jawab dulu pertanyaan ini :

Apa yang membuat kalian tertarik membaca cerita ini bahkan sampai bertahan di bab 14 ini?

Jangan lupa dijawab ya biar tau, aku kan kepo wkwk

Makasih banyak yang udh vote di bab2 sebelumnya 🙏🏻

Untuk bab ini bisa yuk 700 vote lagi ✨

Diliat dari jumlah yg baca bisa kok, yuk kerja samanya ✨

.
.
.

Pepatah mengatakan : jika kita berteman dengan penjual minyak wangi, maka insya Allah kita juga akan ketularan wanginya.

-Di Waktu Duha-

"Mas! Beneran Mas Adnan udah ngelamar Mbak Kinan?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas! Beneran Mas Adnan udah ngelamar Mbak Kinan?!"

"Kamu telepon di waktu nggak tepat, Dek!"

"Ya habis kemarin malam aku capek banget sama tugas kuliah, jadi ketiduran. Aku kepo banget makanya langsung VC begini."

"Tadi Mas lagi sama Masmu, hampir aja ketahuan kalau dia sampai lihat kontak yang nelepon." Fahmi mojok di toilet demi bisa video call bersama Ayu meski harus dengan suara pelan.

"Ya udah nanti aku pakai nomor lain aja khusus komunikasi sama Mas Fahmi, biar ndak ketahuan. Oke. Lupain masalah itu dulu. Eh, Mas! Serius Mas Adnan udah ngelamar Mbak Kinan?"

"Iya dua rius, Dek. Lamarannya diterima dan Masmu tinggal datang lagi sama orang tuanya."

"Wah, bagus, dong. Berarti si Mas emang serius. Apa aku bilang, dia sekalinya serius memang ndak main-main. Tapi dia kok nggak bilang-bilang, sih. Dasar ..."

"Tapi ..."

"Tapi apa?"

"Ibu kamu kayaknya ndak kasih respon bagus, Dek."

"Maksudnya, Mas?"

"Tadi Masmu curhat, ibu loro kayak ndak seneng gitu."

"Apa jangan-jangan Ibu masih ngeyel pengin jodohin Mas Adnan, ya?"

"Kok gitu? Masmu kan bebas pilih pasangannya sendiri. Lagi pula Mas juga yakin kok Mbak Kinan perempuan baik-baik."

"Aku juga tahu, Mas. Keinget aja dulu Mas Adnan pernah mau serius juga sama perempuan, eh tahunya nggak jadi gara-gara Ibu nggak setuju. Padahal ceweknya baik, lho, Mas. Pakek kurudung syar'i gitu. Giliran kemarin yang ndak pakai kerudung dia setuju aja."

Di Waktu Duha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang