Bab 18 : Rela?

17.5K 2K 675
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.

JANGAN LUPA VOTE YA

Harap sabar baca bagian ibunya Mas Adnan.

Dilarang berkata kasar. Oke? Nanti Adnan tersinggung ibunya dikatain

😂😂😂😂

Meski vote belum memenuhi target, tapi komennya udah, ya udh aku post sekarang.

Aku harap pertahankan yaa..

700 vote + 500 komen lagi

Yuk bisa yuk ✨

.
.
.

Ketika otak memaksa untuk melepaskan, ada hati yang membisikkan bahwa aku masih memiliki harapan.

-Aisha Kinanti Mafaza-

Selesai melaksanakan salat Tahajud, Adnan melanjutkannya dengan tadarus beberapa lembar Alquran sambil menunggu waktu Subuh tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selesai melaksanakan salat Tahajud, Adnan melanjutkannya dengan tadarus beberapa lembar Alquran sambil menunggu waktu Subuh tiba. Jika ada sesuatu yang menekannya, yang membuatnya marah, yang membuatnya tidak bahagia, kesal, akan Adnan lampiaskan dengan membaca kalam-kalam Allah sebagai pereda rasa kecewa yang mendera.

Begitu mendengar azan Subuh berkumandang ia bergegas ke Masjid terdekat. Meski kemarin malam sudah bertengkar hebat dengan ibunya, Adnan tetap berpamitan saat sang ibu baru keluar dari kamar untuk memulai aktivitasnya.

Kemarin sehabis Isya Bu Sekar baru pulang dari rumah tetangga yang akan menggelar hajatan. Ikut membantu memasak dan bergotong-royong menyiapkan acara. Jiwa kekeluargaan di desa ini masih sangat kental. Kebetulan ayah Adnan juga sudah pulang dan heran dengan kepulangan Adnan yang tiba-tiba.

"Bapak udah berusaha membujuk ibu kamu, tetap ndak, bisa, Mas. Katanya dia sudah banyak mengalah saat kamu kuliah jauh ke Yogyakarta, saat kamu kerja di Jakarta, saat melepas Ayu juga yang sekarang kuliah. Sekarang giliran kita yang mengikuti keinginannya."

Itu yang sang ayah katakan saat Adnan meminta bantuan.

Ketika ibunya pulang bapaknya mencoba membujuk lagi. Tapi sepertinya keputusan sang ibu tidak bisa diganggu gugat lagi.

"Orang Jawa Barat gitu rata-rata garis keturunan Sunda. Sudah pasti perempuan yang Adnan lamar itu dari orang Sunda. Bukan apa-apa, Pak. Cuma berjaga-jaga. Ibu ndak mau pernikahan dia nanti banyak masalahnya."

"Itu cuma mitos, Bu. Apakah di Alquran tertera tentang larangan menikah antara lelaki Jawa dan perempuan Sunda?" Adnan menyahut.

"Oh, kamu sudah merasa pintar ya jadi sudah berani mengajari Ibu? Kamu sudah berani melanggar keinginan Ibu?"

Di Waktu Duha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang