Bab 4 : Keajaiban Duha

34.8K 2.9K 124
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.

Allah ibarat pelampung kala manusia kelimpungan di air laut penuh ombak bernama dunia maka tanpa-Nya mereka akan tenggelam dan binasa.

-Di Waktu Duha-

Kesendirian ini seperti aku yang sedang berada dalam perjalanan dalam kereta, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesendirian ini seperti aku yang sedang berada dalam perjalanan dalam kereta, ya.

Duduk menunggu tanpa kejelasan akan sampai atau berhenti di tengah jalan yang bukan menjadi tujuan.

Di satu sisi aku butuh pemberhentian karena lama-lama berada dalam gerbong membuatku bosan.

Di sisi lain bingung juga apakah perjalanan ini akan selamat hingga akhir?

Tapi aku yakin, masinis kereta ini tahu kapan aku harus turun. Dia yang paling tahu tempat yang tepat kapan aku harus menghentikan perjalanan panjang yang telah dilalui.

Sama dengan kesendirian.

Kadang bosan dan ingin segera mengakhiri. Menyalurkan berahi yang selama ini dipendam dalam sanubari.

Tapi aku yakin Tuhan pun tahu kapan aku bertemu dengan tulang rusuk yang nantinya akan membersamaiku berjuang mendapatkan naungan di hari kiamat karena masuk ke dalam golongan dua orang yang saling mencintai karena Allah.

Juga jangan terlalu berlebihan memikirkan jodoh karena belum tentu jodoh atau maut yang datang dahulu.

Dulu pernah sekali Adnan gagal dalam berhubungan. Yang ia tahu jika jatuh cinta artinya harus menikahi. Adnan takut nafsunya tidak bisa dikontrol hingga ia mengajak perempuan itu ke rumahnya untuk diperkenalkan kepada orang tua. Meminta izin untuk menikah setelah lulus menjadi sarjana.

Nyatanya cinta tidak semudah itu ia dapatkan.

Jatuh cinta lalu menikah tidak sesederhana kata-katanya.

Rumit seperti kegiatan coding yang selalu memunculkan kata 'error'.

Restu orang tua menjadi penghalang. Tembok kokoh itu sulit untuk ia lewati.

Perempuan itu tinggal di Depok, merantau untuk berkuliah di Yogyakarta. Mereka bertemu dan tidak sengaja saling jatuh cinta. Itu untuk pertama kalinya Adnan merasakan debar jantung berbeda pada wanita berkerudung panjang yang menutupi dada dan kaus kaki yang tidak pernah lepas dari anggota tubuh yang biasanya kurang dipahami kebanyakan wanita bahwa itu juga termasuk aurat.

Alasannya sepele.

Ibunya tidak mau Adnan mendapatkan perempuan berada. Kebetulan perempuan itu berasal dari keluarga kaya. Ibunya ingin Adnan punya pasangan selevel.

"Ibu takut kamu direbut sama perempuan itu. Repot, Mas. Ibu takut nanti kamu dilarang pulang kampung dan ngekang kamu. Cewek kota kan ngono kui, manja juga. Apalagi dia kaya, takutnya kamu diinjak-injak."

Di Waktu Duha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang