09. RINDU DIA

77 18 26
                                    

suatu saat kamu akan mengingatku, entah sebagai orang bodoh yang berhasil kamu tipu atau sebagai orang baik yang kamu sia-siakan.

.

.

.

.

.

09. JULI

langit terlihat sangat teduh, dengan kabut tebal menghalangi penglihatanku, angin semilir yang menyiksa tubuh, namun suasana yang sepi membuat hati terasa damai, aku berdiri entah di mana tempat itu, yang pasti banyak pepohonan dan perumahan yang sangat asing bagiku

area itu begitu luas dan tidak ada satu orangpun disana, kabut tebal membuat langit bertambah gelap, tubuhku bertambah dingin bulu kuduk mulai berdiri, berpelukkan dengan diri sendiri, aku benar-benar takut saat itu juga

"MAMAAA!!"

deg..

Jantung ku berdegup bertambah cepat, saat sosok anak kecil terduduk jatuh ditanah tepat di depan mataku, dia menangis merintih memanggil ibunya, namun ibunya tak kunjung datang, aku lihat sekelilingku, lagi lagi tidak ada orang

dengan ragu, aku mendekat mencermati setiap lukanya, hanya ada luka kecil di lutut dan tangan kirinya, tangisnya berhenti saat aku senderkan dia di dekatku, aku usap tangannya dan aku tiupi lukanya

"cup.. cup.. jangan nangis, gapapaa nanti sembuh kok", ucapku berusaha menenangkan

"mamaa...", dia menggelengkan kepalanya, matanya yang jernih masih terdapat air disana

"emang mama kamu dimana dee?", lagi-lagi dia menggelengkan kepalanya

aku benar-benar tidak tahu harus apa sekarang, aku hapus air mata itu di wajahnya, aku usap berulangkali punggungnya yang kecil itu, aku pandangi wajah imutnya, dia terlihat sangat sangat lucu ketika manyun, aku jadi tidak tega membiarkan dia sendiri

tak lama terdengar suara langkah kaki dari belakang, langkah kaki yang begitu pelan, entah kenapa tiba-tiba tubuhku merinding, dengan cepat aku peluk anak kecil yang ada di pangkuan ku itu dengan sangat erat, aku tutupi matanya dengan tanganku, dan aku dekatkan keningku ke keningnya, berharap suara itu cepat menghilang, dan tidak terjadi apa-apa setelahnya

namun suara itu semakin jelas, dia benar-benar mendekat ke arah ku, entah dia sudah lewat atau berhenti didepanku, suara langkahnya berhenti tepat saat suara itu terdengar jelas, aku benar-benar takut untuk membuka mataku, Ya Allah tolonglah kami berdua

"Nina.."

suara seorang lelaki memanggil namaku dengan sangat halus, dengan segera aku membuka mataku, sandal gunung berwarna coklat yang mengingatkan ku pada seseorang..

"Nina kan??"

dengan cepat aku mendangak, begitu terkejutnya aku, seseorang yang sangat aku kenali, tepat di atas pandanganku dia menatapku, wajah yang sangat aku rindukan berbulan-bulan

"Aghitsny?!"

dia tersenyum padaku, senyuman manis khasnya, lama kita bertatapan aku baru sadar dia menangis, entah menangis karena apa, tangis itu benar-benar dalam, tanpa suara, tapi senyum manisnya masih merekah, dia seperti menahan sakit..

"AA-Aghitsny kk-kenapa nangis..?", tanyaku sebisa mungkin

aku segera berdiri berhadapan dengannya, sungguh aku tidak kuat jika melihat dia menangis seperti ini, ingin sekali rasanya aku menghapus air matanya, namun entah kenapa tanganku kaku benar-benar tidak berani melakukannya

Senandika Where stories live. Discover now