Tujuh

747 80 16
                                    

"Heh!" Lamunan Samudra buyar begitu Dipta datang dan menggebrak mejanya, "Masih pagi udah kek orang tolol aja lo, senyum-senyum sendiri."

"Iri." Sahut Samudra acuh tak acuh, meraih ponselnya tanpa memperdulikan wajah sinis Dipta.

"Bangsat lo! Geser!" Tubuh Samudra di dorong paksa, "Gue mau duduk samping lo."

Samudra berdecak pelan namun tetap menggeser pantatnya, "Kursi di kelas ini banyak, nempel mulu lo sama gue, suka lo?"

Mendengar itu, Dipta bergidik ngeri, "Gue masih waras buat suka sama lo,"

"Buset!! Tumben amat bapak Samudra dateng pagi, ada apa gerangan nih?" Kata Lucy begitu masuk kedalam kelas.

"Au nih temen lo, mana tadi senyum-senyum sendiri, ngeri kesambet." Dipta menyahut.

Lucy terkekeh, menaruh tasnya di meja belakang Dipta, "Btw... Sam, lo kenal deket sama Edna?"

Samudra terdiam, menoleh pelan kearah Lucy dengan dahi mengkerut, "Kenapa?" Tanya Samudra.

"Kemarin gue engga sengaja ketemu akun secondnya dia kebetulan engga di privat, gue stalk hehe..." Ucap Lucy.

"Terus?"

"Ada muka lo di salah satu foto yang dia upload, kekf foto keluarga gitu soalnya rame terus ada Banyu sama ortu lo juga, jadi gue kepo," Gadis itu menganhkat sebelah alisnya, "Karena yaa... lo sama dia engga terlalu ada interaksi gitu apalagi sama Jehan, emang kalian aslinya deket?"

Samudra diam untuk beberapa saat, kemudian berdehem singkat, "Papi gue adek tingkat
Ayahnya Edna terus sekarang jadi rekan bisnis, yaa gitu lah, intinya kita udah kenal dari kecil cuma dulu engga terlalu akrab aja karena engga satu sekolah, mulai akrab juga 1 tahun kebelakang ini karena satu kampus." Jawab Samudra.

"Oalah anjir... pantesan kek udah kenal satu sama
lain gitu lo, kenapa engga pernah cerita?"

Dipta mencebik mendengar pertanyaan Lucy, "Ya...ngapain anjeng si Samudra cerita begituan ke
elo, bukan urusan lo juga," Lantas pemuda itu menoleh kebelakang, memicing curiga pada Lucy yang kini kebingungan, "Jangan-jangan..."

"Jangan-jangan apa?!" Tanya Lucy.

"Jangan-jangan... lo suka si Jehan ya?" Curiga Dipta. Spontan membuat Samudra ikut menoleh, menatap Lucy dengan raut wajah penasaran, "Makanya sok nanya-nanya Edna, terus sekarang tau Samudra deket sama mereka lo mau di comblangin gitu."

"Ngaco anjing!" Lucy menggeleng panik, "Kaga ada gue suka si Jehan!" Jawab Lucy.

Entah kenapa Samudra menghela nafas lega mendengarnya, "Kalo suka juga engga kenapa-kenapa sih, cuma paling si Jehan engga mau sama lo." Dia mengangkat bahu dengan wajah yang menurut Lucy sedikit menjengkelkan.

"Buset! To the point bener," Ucap Dipta.

"Jehan suka cowok."

Lucy berdecak, "Lagian gue engga suka Jehan monyet, gue sukanya Edna!"

"HAH?!"

"Beneran? Gue malah mikirnya lo bakalan suka Rasyi kalo doyannya cewek, malah si Edna." Heran Dipta, dia sudah menduganya tapi dia pikir gadis itu tertarik pada sahabatnya sendiri.

"Tambah ngaco, selain Edna gue engga doyan cewek, kek cuma dia cewek yang bisa bikin gue suka, Rasyi mah udah kek saudara gue sendiri." Menyibak rambutnya ke belakang, Lucy menatap jengkel pada Dipta.

"Lagian kelakuan lo berdua ambigu, bercandanya cium-ciuman, nepuk-nepuk pantat, apa engga curiga gue," Dipta menggeleng sembari menoleh kearah Samudra, anak itu mengangguk sebab dia sendiri kadang berpikir bahwa hubungan antara Lucy dan Rasyi bukan sebatas sahabat, "Nih... Samudra aja setuju."

𝐒𝐡𝐞𝐮𝐭𝐬𝐯𝐥𝐞𝐥𝐢 | 𝐉𝐚𝐞𝐤𝐨𝐨𝐤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang