"Han-han!" Teriakan cempreng penuh semangat dari luar kamar itu membuat Jehan dan Samudra yang tengah asik netflixan terkesiap, mereka saling menatap sebentar, sebelum Samudra berdecak keras dan Jehan terkekeh kecil.
Jehan baru saja akan bangkit dari ranjang tetapi tangan Samudra mengukungnya, memeluk pinggang Jehan erat agar suaminya tidak bisa kemana-mana.
"Biarin aja," Rengek Samudra menenggelamkan kepalanya di perut Jehan.
Tidak habis pikir dengan kelakuan suaminya, Jehan menggeleng, menyibak rambut Samudra keatas, "Kasihan itu keponakannya, gue samperin sebentar."Ucap Jehan berusaha menyingkirkan tangan Samudra.
"Tuh bocil kalo dikasi hati minta jantung, kalo udah sama dia, gue engga bakalan dibiarin deket-deket sama lo." Samudra mendongak, menatap Jehan dengan wajah kesal.
"HAN-HAN!! kenapa lama sekali sih?" Gedoran dan gerutuan lucu kembali terdengar, menambah kekesalan Samudra.
"Bentar ya, kasihan itu Ladynya." Akhirnya Jehan berhasil lepas dari kukungan Samudra. Berjalan
kearah pintu, meninggalkan Samudra yang kini terduduk lalu mengacak rambutnya frustasi.Jehan membuka pintu kamar, senyumannya merekah kala melihat gadis kecil kini tengah mendongak dengan kedua mata mengedip lucu,
"Haloo!! Sama siapa kesini?" Berjongkok untuk menyamai tinggi badan Lady, Jehan mengusap
rambut halus anak itu."Han-han lama sekali, sakit tenggorokan aku teriak-teriak dari tadi." Adu anak yang baru saja menginjak usia kelima, dua bulan lalu itu dengan bibir mencebik lucu, membuat Jehan terkekeh gemas akan kelakuannya.
"Makanya jangan kesini supaya engga sakit tenggorokannya, kamu ganggu tau." Ucap Samudra mendahului Jehan, menunjukan wajah kesalnya pada Lady.
"Pasti Osam kan yang engga bolehin Han-han buka pintu, Osam nakal ihh..." Anak itu menatap Samudra garang, berkacak pinggang, menantang Om yang selalu bertengkar dengannya setiap mereka bertemu, "Osam tuh kalo ada aku harus bagi-bagi Han-hannya, engga boleh pelit, aku kan kangen sama Han-han, pengen main."
Jehan tertawa mendengar celotehan Lady berbeda dengan Samudra yang kini memutar bola mata malas, "Ngomongnya udah kek orang dewasa aja, diajarin siapa itu? bagi-bagi Han-hannya, emang Han-han barang? Lagian kamu tuh ngapainsih kesini, ribut tau engga, pusing Osam kalo ada kamu." Kata Samudra.
"Ihh... aku cubit ya," Tangan kecil Lady bergerak ingin mencubit kaki Samudra, tetapi belum sempat mencapai Omnya, Samudra sudah menjauhkan diri sembari memeletkan lidah, menambah kekesalan Lady dan berakhir aksi kejar-kejaran pun terjadi. Jehan menggeleng, sungguh heran melihat mereka berdua apalagi Samudra, tidak ingat umur sekali.
"Han-han engga mau sama tukang cubit tau, kalo kamu cubit Osam nanti Han-han marah, engga mau sama kamu lagi, hayo..." Ucap Samudra membuat Lady berhenti seketika, berbalik menatap Jehan memelas, yang mau tidak mau Jehan harus mendekati anak itu.
"Iya Han-han? kalo aku cubit-cubit nanti Han-han engga mau sama aku lagi?" Tanya anak itu.
"He'em... jadi engga boleh ya cubit-cubit, nanti Osam sakit kalo dicubit, emang Lady pernah di cubit?" Tanya Jehan.
Lady mengangguk, "Pernah, sama Mama."
"Sakit engga?"
Lagi-lagi anak mengangguk, "Sakit, tapi Lady di cubit karena nakal."
Jehan tersenyum, mencium pipi merah muda alami Lady, "Karena Osam nakal makanya Lady mau cubit Osam juga?"
"Iyaa."
"Engga boleh ya, kalo nakal cukup pukul kakinya Osam aja, nanti kalo Lady dicubit lagi sama Mama, bilang 'Mama jangan di cubit, dipukul aja kaki aku soalnya kalo di cubit nanti bisa biru' nah kalo dipukul sakit juga kan kakinya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐡𝐞𝐮𝐭𝐬𝐯𝐥𝐞𝐥𝐢 | 𝐉𝐚𝐞𝐤𝐨𝐨𝐤
أدب المراهقينSamudra dan Jehan- dua jiwa diselingi emosi yang tak akan pernah selaras. Persepsi orang-orang si begitu namun tak banyak yang tahu bagaimana hubungan antara dua jiwa itu. - Mengandung unsur LGBT! If you are homophobic or hate LGBT things, you can...