Raib akhirnya kembali ke kamar setelah menidurkan anaknya yang baru berumur satu tahun. Ali sudah menunggu di atas ranjang, menatap langit-langit kamar dengan mata kosong.
Ranjang sedikit bergerak saat Raib masuk ke dalam selimut. Udara malam di Klan Bulan memang sangat dingin. Apalagi mereka berada di rumah-rumah balon di atas tiang. Angin berhembus kencang.
"Raib, apa kamu benar-benar menganggapku sebagai suamimu?" tanya Ali tiba-tiba.
"Heh?" Raib yang hendak menutup matanya malah melotot. "Apa maksudmu?"
"Begini..." Ali berbaring menghadap Raib, "Kamu tidak pernah minta apapun kepadaku."
Dahi Raib mengerut tidak mengerti.
"Aku tahu kalau aku memang memberikan separuh gajiku untukmu, dan kamu juga punya gaji sendiri. Tapi kamu membeli apapun dengan uang itu, termasuk pajak, kebutuhan Lia, baju kita, bahan makanan, peralatan rumah..."
"Bukankah memang itu gunanya uang yang kamu berikan? Lagian itu masih cukup kok, Mas Ali. Bahkan aku masih bisa menabung dari uang itu."
Ali menghela nafasnya. Sebenarnya dia tidak pernah memberikan separuh gajinya kepada Raib. Dia memberikan hampir seluruh gajinya pada Raib. Tapi tetap saja, dia kan juga mau Raib minta sesuatu padanya. Apalagi kalau sambil dipeluk, pasti akan langsung Ali belikan.
"Apa kamu bilang begini karena tadi lihat Seli minta sepatu ke Ily?" Raib menebak.
Si biang kerok itu tidak menjawab.
"Ah, ternyata kamu mau istri yang seperti itu ya..."
"Eh, tidak-tidak," Ali buru-buru menggeleng. "Hanya saja... Teman-teman kerjaku juga bilang kalau istri mereka selalu minta sesuatu, sedangkan kamu tidak pernah minta. Kamu hanya sering memintaku untuk makan dan mandi."
Raib terkekeh pelan, "Tapi intinya, kamu ingin aku minta sesuatu ke kamu, kan?"
"Hm..."
"Baiklah, kebetulan juga besok adalah Hari Sabtu." Raib memeluk lengan Ali, kemudian mengecup pipinya singkat, "Mas Ali, aku besok ingin pergi belanja ke mall di Klan Bumi. Beli baju Lia, dan bajuku juga. Mas Ali mau antar, kan?"
Hehe. Ali mendadak nyengir lebar sekali. Wajahnya memerah. "Iya, buat Raib, apa sih yang enggak."
Raib tertawa lebar. Memeluk lengan Ali sampai tertidur.
***
"Lia, kita mau ke rumah siapa?" tanya Raib.
Sore hari di Klan Bulan, mereka membuka portal menuju Klan Bumi. Mereka naik ILY, dan sedang berada di dalam portal.
"Nenek! Nenek!" Anak mereka yang baru berusia satu tahun berseru.
"Aduh pintarnyaaa!" Raib tertawa, merapikan rambut Lia.
"Mama! Mama! Mama!" Lia berceloteh, memegangi wajah Raib.
"Apa, Sayang?"
"Papa! Papa!" Gantian, Lia menunjuk Ali yang sedang memegang kemudi.
"Lia mau menyetir kapsul ILY dengan Papa? Sini," Ali menepuk pahanya.
Lia berseru senang, mengangkat kedua tangannya. Ali tertawa, mengambil Lia dari pangkuan Raib, "Ini, pegang yang benar ya, Lia!"
"Eh, Mas Ali?" Raib menatap khawatir.
"Tenang, Sayang. ILY dalam mode autopilot. Meski setirnya diputarbalikkan oleh Lia kapsulnya akan tetap melaju dengan stabil. Lagian kita sudah berada di ujung portal," Ali menunjuk depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
raib ali as | bumi series fanfiction
Fanficdisini, kapal raib dan ali berlayar tanpa hambatan <3 sebagian besar karakter milik Tere Liye. ©alisseuuu