Aku tersenyum senang di pinggir lapangan, menonton Seli yang sedang nge-dance di tengah lapangan dengan beberapa temannya.
Sahabat baikku itu memang suka sekali menari, dia juga ikut ekskul dance. Banyak anak juga menonton anak dance berlatih. Seperti biasa, aku menunggui Seli selesai ekskul. Dia tidak mau aku tinggal pulang.
"Seli kelihatan semangat sekali, ya..." salah satu anak yang sedang menonton mengeluarkan komentarㅡsebenarnya dia tidak menonton anak dance, melainkan menonton anak basket yang sedang melakukan pemanasan.
Jadwal ekskul dance dan basket memang sama. Hari Kamis sore. Mereka sama-sama melakukan kegiatan di lapangan. Karena lapangan sekolah luas, jadi mereka tidak saling ganggu satu sama lain (kecuali kalau anak basket tidak sengaja melempar bola ke anak dance).
"Dengar-dengar, Seli itu suka Ali, kan," teman satunya menimpali.
"Iya. Kelihatannya Ali juga suka Seli. Si Ali nempel mulu ke Seli."
Aku mengangkat alis. Eh, sebenarnya, kalau boleh jujur, aku sudah menyukai Ali sejak awal masuk SMA. Dia adalah anak yang keren. Baik hati, suka membantu, dan nilainya selalu bagusㅡkecuali nilai bahasa, tentu saja. Nilaiku lebih bagus.
Namun, beberapa bulan lalu, Seli mengatakan bahwa dia sepertinya suka pada Ali. Laki-laki itu juga sering mendekati Seli. Kalau mereka berdua memang sama-sama suka, aku akan mengalah saja. Seli lebih penting.
Sepuluh menit kemudian, Seli dan teman-temanya bubar, istirahat. Gadis dengan rambut sebahu itu berlari dengan ceria sambil melambaikan tangan ke arahku. Aku tersenyum lebar, balas melambaikan tangan sambil menyodorkan botol air minum.
"Hai, Seli. Kamu terlihat manis hari ini," salah seorang kakak kelas mendekat, duduk di dekatku.
Aku sedikit minggir, merasa tidak nyaman saat kakak kelas itu menatapku. Yang diajak bicara kan Seli, kenapa malah melihatku?
Sambil menyodorkan botol air minum yang masih terbuka padaku, Seli tertawa, "Kak Ily bisa saja sih, aku kanㅡ"
Buk!!
Tanpa aba-aba, sebuah bola basket melayang ke tanganku. Botol minum Seli yang belum sepenuhnya tertutup itu tumpah ke seragamku.
Aku kaget, spontan berdiri. Aduh, mana hari ini aku pakai seragam putih abu-abu. Kalau basah begini, bisa-bisa dalamanku terlihat.
"Ra, kamu baik-baik saja?" Seli bertanya khawatir.
Aku tersenyum, mengangguk, "Aku baik-baik saja, Seli."
"Maaf," ujar sebuah suara, dia mengambil kembali bola basket yang tergeletak di dekatku.
Adalah Ali. Dia menatapku lekat sambil memegang bola basket di satu tangannya. Wajahnya terlihat sangat menawan di bawah sinar matahari sore.
"Aku minta maaf," Ali berjalan menuju tasnya yang diletakkan di pinggir lapangan bersama dengan tas anggota basket lainnya, mengambil jaket berwarna hitam dari dalam tasnya, "Nih, pakailah."
"Eh?" Aku menatap Ali tanpa berkedip.
Di bawah tatapan semua anak yang sedang berada di lapangan, aku akhirnya memakai jaket Ali. Menghela nafas kesal. Pantas saja Ali memberikan jaketnya. Hari ini aku pakai dalaman merah. Pasti terlihat jelas.
Wajahku mendadak memanas, pasti warnanya semerah dalamanku.
"Bawa pulang saja, Raib. Kamu tidak akan pulang dengan seragam basah, kan?" Ali tersenyum lebar, masih menatapku lekat.
"Iya, terima kasih, eh, Ali," aku balas tersenyum. Kemudian patah-patah menoleh pada Seli, "Aku pulang dulu, Sel. Tidak apa-apa kan?"
Seli tersenyum, mengangguk. "Pulang saja, Ra. Hati-hati ya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
raib ali as | bumi series fanfiction
Fanficdisini, kapal raib dan ali berlayar tanpa hambatan <3 sebagian besar karakter milik Tere Liye. ©alisseuuu