DUA PULUH DUA

232 19 2
                                    

Holla Bestie

Maaf banget baru bisa update

Thank u buat 5k pembaca💓

Makasii jugaa udah setia menunggu untuk baca cerita inii

Vote nya dan comment jangan lupaaa

-HAPPY READING-

Raka membantu Ria untuk masuk ke dalam rumah nya, setelah sampai di ruang tamu Ria dan Raka duduk di salah satu sofa panjang berwarna coklat muda yang sudah tersedia.

"Ada obat merah ngga Ri?" Tanya Raka.

"Buat Apa?"

"Kening lo biru, harus di obatin." Ujar Raka, mendengar ucapan dari Raka Ria penasaran perempuan itu memegang kening nya kemudian meringis.

"Jangan di pegang Ria," peringat Raka.

"Lo telat ngasih tau nya!" Ria merenggut kesal saat dirinya sudah memegang nya baru di peringatkan.

Raka terkekeh.

"P3k nya dimana Ri?" Tanya Raka kembali.

"Ngga usah di obatin, memang nya gue perempuan lemah? Cuma luka segini doang,"

Ini ngga seberapa Ka, karna ada luka yang lebih parah dan lebih sakit dari ini. Batin Ria.

***

Raini perempuan itu yang sedang bersantai-santai di ruang tengah rumah nya langsung bergegas membukakan pintu utama ketika ada seseorang yang mengetuk nya beberapa kali.

"Welcome back Indro," kalimat itulah yang pertama kali di ucapkan oleh Raini ketika melihat Indro sudah berdiri di hadapan nya.

"Padahal baru 1 jam yang lalu loh lo pulang dari rumah gue, udah ke sini lagi aja." Memang benar 1  jam yang lalu Indro pamit untuk pulang, setelah selesai belajar bareng Indro segera pulang.

Indro tidak menggubris ucapan Raini, ia melangkahkan kakinya melewati Raini kemudian duduk di sofa yang sudah tersedia di ruang tengah. Melihat Indro sudah masuk ke dalam rumah nya Raini, perempuan itu melangkahkan kaki nya lalu duduk di samping Indro.

"Ada apa si? Cerita dong sama gue," ujar Raini lembut.

Indro menyadarkan punggung nya ke sofa kemudian mendongakan kepala nya menatap langit langit rumah yang berwarna putih. Satu helaan nafas keluar dari mulut Indro.

"Berantem lagi sama Bokap?" Tanya Raini dengan tepat sasaran. Indro mengangguk.

"Ayah gue ngira yang ngga-ngga ke gue, hanya karna gue pulang malam terus." Ucap Indro masih dengan posisi nya.

Raini memegang satu bahu Indro dengan senyuman. "Gue tau, mungkin. Perkataan bokap lo tadi bikin lo sakit hati, tapi percaya deh sama gue. Sebenernya mereka tu sayang sama lo, mereka ngga mau lo kenapa-napa karna lo tu anak satu-satu nya mereka." Ujar Raini dengan lembut.

Indro menatap Raini dengan lekat kemudian laki-laki itu membenarkan posisi duduknya menjadi tegak.

"Tapi kata-kata yang di keluar dari mulut bokap gue itu udah keterlaluan Rai,"

"Indro dengerin gue, mau kata kata sekejam apapun yang keluar dari mulut nyokap atau bokap lo. Gua yakin, mereka pasti sayang sama lo," ujar Raini dengan tulus.

"Sekarang tugas lo tinggal kasih tunjuk aja kalai sebenarnya lo tu ngga kaya yang nyokap lo bilang," lanjut Raini, kemudian perempuan itu memegang kedua bahu Indro dengan senyuman hangat.

"Jangan pernah merasa sendiri, gue selalu ada buat lo Indro."

***

Matahari sudah menyapa bumi, jalanan kota sudah mulai padat namun hari ini tidak secerah di hari sebelum-sebelum nya. Ria perempuan dengan rambut sebahu itu sedang menatap luar jendela mobil dengan tangan kanan menopang dagu.

Hari ini ia lagi lagi tidak berangkat dengan Indro, tadi pagi ia menelfon Sandrinna untuk berangkat bareng. Dan untung nya Sandrinna hari ini berangkat memakai mobil nya.

Selama perjalanan tidak ada obrolan di antara mereka hanya ada lagu kesukaan Sandrinna yang terdengar di dalam mobil itu.

"Pacar lo ngga jemput lo lagi Ri?" Akhirnya Sandrinna bersuara.

Ria menoleh menatap Sandrinna yang sedang melihat ke depan---fokus menyetir, kemudian menggelengkan kepala nya.

"Tu anak kemana si? Lo chat kaga dibales, lo telfon kaga di angkat," ucap  Sandrinna menggebu-gebu.

"Dia lagi sibuk belajar buat olimpiade Sand, makanya dia ngga bales chat dan ngga angkat telfon dari gue." Ujar Ria dengan positif thinking nya.

"Lagian lusa kan dia udah harus berangkat ke Tangerang," lanjut Ria.

Olimpiade yang akan diikuti oleh Indro memang bukan di Kota Jakarta namun di Tangerang, makanya Lusa Indro harus berangkat ke Tangerang.

"Pacar lo lagi sibuk belajar atau lagi sibuk nyari cewe baru?" Tanya Sandrinna.

"Muka pas-pas an sok sok an mau jadi playboy," beo Sandrinna. Ria yang mendengarnya menyenggol lengan Sandrinna yang sedang berada di pangkuannya.

"Ngga boleh gitu, dia memang lagi sibuk belajar ko." Ucap Ria.

"Tau darimana lo?" Sandrinna kembali bertanya.

"Gue---"

Criiiittt

Duk!

Decitan ban mobil depan dikarenakan Sandrinna me-rem mendadak mobil nya, perempuan berambut sepunggung itu baru saja melihat dua orang yang baru saja melintas di depan mobil nya. 

"Aww," Ria meringis karena perempuan itu terjeduk dengan despor mobil yang berada di depan nya.

Ria memegangkan kening nya yang terasa nyeri. "Lo apa-apaan si Sand? Kalau nge-rem pelan pelan apa!" Ucap Ria kesal.

Sandrinna memegang stir mobil dengan kuat, muka nya terlihat sangat merah, kelihatan sekali bahwa dirinya sedang menahan marah.

"Rayensyah Indro Hidayah!"

***
Terimakasii sudah membaca chapter 22!

Tempat dan waktu di persilahkan untuk nge-Vote, Comment dan Follow..

***

My Instagram:
@indhnvtsri_
@wp.inindah_

Terimakasii..

KISAH RIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang