O1. - Childhood

150 20 0
                                    

🦋 Happy Reading 🦋

"Gimana kabarnya Bianca?"

Yang ditanya mendongak sebelum akhirnya menaruh spatula di atas tutup wajan. Pemuda itu berjalan kearah meja makan yang dimana terdapat sang ayah yang sedang memotong daun bawang.

"Kenapa gak tanya sendiri? bukannya dia anak ayah?"

Keenan selaku ayah kandung Bian hanya mampu terkekeh, tak jarang dia menanyakan kabar tentang Bianca sahabat kecil anaknya. Tidak bukan dan tidak lain hanya karena khawatir dan juga peduli, teringat bagaimana sulitnya kehidupan Mira, ibu Bianca sejak ditinggalkan oleh suaminya Farhan.

"Bianca baik, cuma akhir-akhir ini lebih sering kerja part time ketimbang angkat telepon Bian." lanjut Bian.

Sang ayah mengangguk, mengikuti langkah Bian yang kini sudah berdiri didepan kompor menyala. Pria paruh baya itu meletakan potongan daun bawang diatas mangkok yang sudah disiapkan oleh sang putra.

"Kapan-kapan ajak Bianca makan sama ayah."

Bian melirik sang ayah, "Bianca doang? Bian nggak?"

Lagi-lagi Keenan tertawa melihat jawaban sang anak yang tidak pernah berubah sejak dulu kecil.

"Ya kamu juga ikut dong, masa anak ayah gak ikut?"

"Bukannya anak ayah Bianca?"

"Bian..."

* * *

Pukul 10 pagi, dimana seluruh murid SMA Harapan berlarian menuju kantin. Beda halnya dengan Bian yang memilih pergi menuju studio broadcast, dimana sang kekasih berada.

Belum sempat sampai ujung lorong, dari kelas 2.8 terdengar suara bising yang berhasil membuatnya penasaran dan beralih tujuan.

"Abi! Adzam!" teriak Bian setelah berhasil menerobos kerumunan kelas 2.8.

Menarik tangan Abidzar dan berdiri tepat didepan tubuh Adzam, dengan wajah lebam dan luka-luka. Adzam berdecih membuang muka, hal itu cukup membuat Bian bosan.

Bukan pertama kalinya dia mendapatkan Abidzar dan Adzam berkelahi seperti tadi, mungkin ini sudah ratusan kalinya dia memisahkan dua musuh bubuyutan itu. Bian melirik Abidzar yang tengah menyeka darahnya, dia membuang napas sebelum akhirnya kembali menatap Adzam.

"Lo ke UKS." ucapnya, "dan lo ikut gue."

Bian menarik Abidzar hingga keluar kelas, membawa sahabatnya itu menuju studio broadcast. Abidzar yang di tarik seperti itu hanya bisa diam tak berkutik, karena dia terlalu bosan diseret oleh Bian.

Pintu studio broadcast terbuka, menampakan 2 pemuda-pemudi yang saling bercengkrama. Dia Alana, kekasih Dimas dan Ravin sang kakak kelas dikenal cukup ramah namun terkesan cuek.

"Bi? Idar kenapa lagi?" tanya Alana seraya mempersilahkan sahabat kekasihnya duduk.

Dirinya beralih pada kotak p3k yang terdapat disamping pintu rekaman. Alih-alih menjawab, Bian justru menatap Abidzar dengan jengah. Abidzar yang ditatap seperti itu tentu merasa risih.

"Stop liatin gue."

Bian memutar kedua bola matanya malas, "Harus gue tonjok dulu biar lo sadar?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret Letter from God [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang