11. Perkara Yang Seharusnya Kencan

81 15 7
                                    



Nata jarang sekali pakai maskara.

Bulu matanya memang pendek dan cenderung turun, sudah dijepit berkali-kali-sebelum dan sesudah mengusapkan maskara di helai-helai bulu matanya-pun tidak bertahan lama. Akhirnya, Nata selalu melewati langkah maskara dalam acara berdandannya. Cukup eyeshadow primer, eyeshadow, dan segaris tipis eyeliner tepat di garis tumbuhnya bulu mata. Efek eyeliner yang tipis di antara bulu matanya cukup 'membuka' matanya yang cenderung sipit. Susah payah dia belajar menggaris eyeliner tipis ala Korea karena selalu gagal memakai maskara. Namun, setelah latihan berbulan-bulan, Nata tidak lagi kesulitan menggambar tight eyeliner sesuai keinginannya.

Kali ini, Nata memakai eyeliner kesukaannya. Satu-satunya eyeliner tahan badai, air mata, keringat, dan semua huru-hara lainnya. Sejak masih koas, eyeliner itu selalu menemaninya. Dari zaman Nata masih terobsesi wing eyeliner setajam tatapan tetangga julid hingga sekarang garis tipis di sepanjang bulu mata ala Korea jadi tren, Nata tidak pernah berpaling dari eyeliner berkemasan cewek anime itu.

"Sekalian maskaranya coba, Ta." Jeanne, si ratu racun kosmetik, berulangkali mengingatkan Nata setiap kali Nata checkout isi keranjangnya di salah satu marketplace. "Sama kayak eyeliner-nya, anti badai!" Begitu selalu promosi Jeanne. Nata yang terlalu lelah menghadapi bulu matanya yang bandel tetap bersikeras tidak mau beli. Buat apa capek-capek beli maskara anti luntur kalau bulu matanya tidak mau jigrak spidery seperti di wajah beauty influencer Instagram?

Sejak setengah jam lalu, Nata sudah selesai bermain-main dengan produk kosmetiknya, cukup puas dengan no makeup-makeup look hasil kreasinya. Berkaca, dia, di cermin setengah badan di kamar, sekaligus mematut outfit hari ini.

Terusan sepanjang lutut berwarna krem dipadukan jaket jins yang lengannya digulung hingga ke siku. Berbeda dengan cewek-cewek yang kalang-kabut memilih pakaian untuk pergi kencan, Nata tidak. Noel bahkan sudah melihatnya kucel dalam balutan baju rumah sakit saat operasi usus buntu di tingkat tiga kuliah, kenapa dia harus pusing memikirkan pakaian?

Nata tahu kok, Noel tidak akan ilfil hanya karena dia tampil jelek.

Tapi, entah kenapa hari ini Nata merasa riasan matanya kurang on point. Rasanya ... ada yang kurang. Padahal alisnya sudah cukup oke, hasil gambar-hapus-gambar-hapus sampai menghabiskan empat cotton bud. Eyeshadow-nya juga sudah berhasil menggunakan teknik blending dengan sedikit butir-butir gemerlap gliter lembut. Meski keseluruhan penampilannya cukup kasual untuk ukuran acara kencan yang diniatkan semiformal, Nata ingin sesuatu yang lebih wow untuk bagian matanya.

Sesuatu seperti ... maskara.

"Kak, aku pinjam maskara, dong!"

Tanpa ketuk pintu, tanpa menanyakan apa Runa boleh diganggu sekarang, Nata langsung nyelonong masuk ke kamar kakak nomor duanya. Tidak aneh lagi melihat Runa dengan ponsel menempel di telinga, sedang mengobrol dengan seseorang. Tebakan Nata: Andre, calon iparnya. Hadah, sore-sore sudah pacaran. Aneh baginya sering teleponan kalau pacaran, apalagi yang sekota. Tinggal ketemu saja kalau kangen, beres kan? Paling banter, Nata berkirim chat dengan Noel kalau sedang tidak sempat pergi bareng. Kakaknya sedari dulu memang lebih suka teleponan berjam-jam dengan pacarnya, termasuk dengan mantan-mantannya.

Diabaikannya kerut kesal di tengah kening Runa. Nata langsung menuju ke meja rias kakaknya yang rapi dan penuh berbagai macam peralatan perang. Koleksi makeup Runa memang tergolong banyak untuk ukuran orang yang hanya punya satu muka. Kira-kira lima belas tabung lipstik ada di sana, padahal bibir Runa cuma satu. Palet eyeshadow juga ada minimal lima, itu yang terlihat di meja rias. Yang di dalam kotak storage Runa di lemari, siapa yang tahu. Hampir lupa tujuan awalnya ke kamar Runa, Nata segera menelusuri meja rias kakaknya dan menemukan apa yang dia cari.

LIFE (Living Is Full of Effort)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang