Chapter 27

452 10 1
                                    

H.A.P.P.Y
R.E.A.D.I.N.G
.
.
.

Raffan terpaksa harus pulang tanpa jawaban dari Viona. Namun wanita yang tengah mengandung calon buah hatinya itu masih membutuhkan waktu dan pendapat dari keluarganya. Akhirnya ia mengalah dan menyetujui permintaan Viona—yang masih sah menjadi istrinya.

Padahal, ia masih ingin berlama-lama bersama istrinya walau hanya sekadar menanyakan keadaan kandungan dan keadaan dirinya selama masalah itu terjadi.

Sore ini, ia memilih untuk tidak pulang ke apartemen, namun ia pulang ke rumah orang tuanya untuk membicarakan kebenaran ini serta keputusan Viona.

"Raffan? Mau apa lagi, hah?" Pertanyaan itu langsung Raffan dapatkan dari sang mama yang tengah merapikan pot bunga di taman rumahnya.

Raffan tak menjawab, melainkan mencium punggung tangan sang mama. "Maafin Raffan," lirihnya pelan. Tak lama kemudian Dara—mamanya melepaskan pelukannya secara kasar. Ia dapat melihat guratan kecewa yang diberikan untuknya. Raffan tahu, perlakuan itu sangat pantas ia dapatkan. Pasalnya itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang diderita Viona selama ini.

"Mau apa lagi, hah?!"

Suara Dara memancing suaminya yang tengah membaca majalah di ruang tamu itu. Angga—papa Raffan bergegas keluar menghampiri adanya kericuhan yang berasal dari taman rumahnya.

"Raffan? Apa lagi?"

Raffan menghela napas pelan saat mendapati respons orang tuanya yang sama-sama kecewa itu. "Izinin Raffan jelasin semuanya. Boleh kan kita bicara di dalam?" pinta Raffan, tanpa babibu mereka masuk bersama dan duduk di ruang tamu.

"Kebenaran apa maksud kamu?" tanya Angga gusar.

Langsung saja Raffan menceritakan semuanya dari awal tanpa celah. Mulai dari pertengkaran pertama kali bersama Viona yang berakhir membuatnya selingkuh dengan Olin, lalu berakhir dengan manipulatif hasil tes DNA Alifia yang terjadi karena dendam di masa lalunya bersama Raffan.

"Pokoknya Mama gak mau tau! Kamu harus bawa kembali menantu kesayangan Mama! Apalagi dia sedang hamil cucu pertama Mama. Kalau sampai ini gagal, Mama gak segan-segan ngusir kamu dan gak akan anggap kamu anak Mama lagi!" murka Dara setelah mendengar semua penjelasan Raffan.

"Mama sama Papa, bantu doain Raffan. Semoga keputusan Viona sesuai sama harapan kita. Maafin Raffan kalau udah buat Mama sama Papa kecewa."

*

Di kediaman keluarga besar Andri Bagaskara, tampak terasa sunyi saat makan malam. Apalagi sosok putri tunggal mereka yang sedari tadi hanya melamun sambil mengacak-acak hidangan makan malam yang sesungguhnya terlihat nikmat. Namun bagi Viona Margaretha, rasaya sangat hambar. Pikirannya tidak lagi berada di ruang makan.

Marisa—mommy Viona melirik ke arah sang suami yang juga dipenuhi oleh tanda tanya. Pasalnya, sepulang dari luar kota, mereka merasa ada perubahan pada Viona.

"Vio?" panggil Marisa.

Viona tersentak, lalu mengerjap pelan, "hah? Iya Mom? Kenapa?"

"Kamu kenapa sayang? Ada masalah? Atau ada keluhan sama kandungan kamu? Bilang sama mommy. Inget, terakhir kita check up kandungan kamu, dokter bilang kalau kondisimu menurun."

H̶a̶p̶p̶y̶ With You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang