Chapter 10

554 19 8
                                    

H. A. P. P. Y.
R. E. A. D. I. N. G

🍁

Setiba Reygan di rumahnya, pria itu merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Hari itu raut wajahnya terlihat kusut sekali.

Reygan tidak habis pikir bagaimana bisa dia begitu dalam mencintai wanita yang sudah jelas-jelas tidak mencintainya. Pria itu menangkupkan wajahnya tak kuasa.

"Reygan... sadar diri Rey!! Lo itu harusnya tau kalo Viona nggak mungkin cinta sama lo. Apalagi nerima lo!" Pria itu sudah berdiri dan mondar-mandir di depan sofa itu.

"ARRGHHH!!"

"Tapi gue nggak bisa bohong. Gue cinta sama Viona dari dulu!" Reygan merutuki dirinya. Dan pria itu kembali merebahkan tubuhnya kasar di sofa tadi.

"Apa sekarang gue harus bener-bener ngelepasin Viona? Ah! Tapi gue nggak bisa ngebiarin Viona sama Raffan. Cowok itu brengsek! Bajingan!!! Raffan gak pantes dapetin cewek bidadari seperti lo, Vio." Reygan tetap memaksakan kehendaknya.

Pikirnya, hanya dirinyalah yang pantas untuk mendampingi Viona Margaretha.

"Tenang, Rey!!! Oke. Besok lo harus ke luar kota. Lo ada proyek penting di sana. Tolong fokus dulu sama itu Rey! Mungkin dengan gue pergi ke luar kota buat kerja, gue bisa lupa sama kejadian ini. Iyah..." ucap Reygan pada dirinya sendiri dengan sedikit senyum di bibirnya.

Entahlah. Senyum rasa sakit nampaknya.

Sedetik kemudian pria itu tersentak dengan ingatannya sendiri.

"Oh iya! Mommy Marisa! Gue harus kabarin kalo gue sama anaknya, Viona, nggak bisa ikut pergi ke Bali lusa."

Dicarinya kontak bernamakan Mommy Marisa di daftar kontak pada ponselnya.

"Hallo, Mom. Ini Reygan."

"Iya Gan. Bagaimana, kamu jadi ikut kan lusa ke Bali?"

"Maaf, Mom. Saya nggak bisa ikut, soalnya saya ada proyek dadakan di luar kota. Dan rencananya nanti sore berangkat, Mom."

"Oh begitu, ya. Ya sudahlah kalau begitu, Mommy nggak bisa maksa kamu, ya, Gan."

"Sepertinya Viona juga nggak bisa ikut ke Bali, Mom."

Reygan menghela napasnya berat, mengingat pertemuan dirinya bersama Viona di rumah sakit pagi tadi.

"Kenapa Viona tidak bisa ikut?"

"Viona harus menjaga Raffan di rumah sakit, Mom."

Reygan tertunduk pasrah dibalik telepon itu. Sementara Marisa ikut tersentak mendengar jawaban dari Reygan.

"Tolong jelaskan ke Mommy, Reygan. Ini ada apa? Kamu dengan Viona sedang bertengkar? Mengapa Viona bisa bersama Raffan lagi? Mommy maunya Viona bersama kamu, Reygan!"

Terdengar jelas, bahwa suara Marisa dibalik telepon sangat khawatir dan panik. Sudah pasti. Kini wanita paruh baya itu sedang mengkhawatirkan anak perempuannya. Naluri seorang ibu sangat baik untuk masa depan anak-anaknya.

"Saya nggak tau pasti, Mom. Saya tadi dihubungi sama Bu Mila kalau Viona sedang berada di rumah sakit Jakarta Medika. Lalu saya langsung menuju ke rumah sakit itu. Sesampainya saya di sana. Viona sedang bersama Raffan yang lagi di rawat di sana, Mom. Lalu Viona bilang sama saya, kalau dia tidak bisa ikut ke Bali lusa."

Marisa terhenyak. Wanita paruh baya itu terdiam.

"Mom?"

"Terima kasih ya, Reygan, sudah menjelaskan ke Mommy. Kamu take care ke luar kotanya. Semoga lancar ya, proyek kamu di luar kota."

H̶a̶p̶p̶y̶ With You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang