Chapter 8 #1

499 18 0
                                    

H. A. P. P. Y.

R. E. A. D. I. N. G

🍁

Hati Viona mendadak gelisah. Entah kenapa tubuhnya tiba-tiba menjadi lemas. Rasanya seperti sewaktu kejadian di ruang kerja Raffan beberapa minggu lalu.

Seminggu sudah, Raffan tidak muncul di hadapannya.

Ada apa dengan pria itu? Apakah baik-baik saja?

Yang Viona tahu selama ini, kelakuan Raffan menjadi brutal kalau dia bertengkar dengannya.

Ia berdecak, lalu menggeleng cepat. "Bisa enggak sih? Gak usah mikirin tuh orang!!" ucapnya geram pada dirinya sendiri.

Tarik napas dalam-dalam, buang napas.

Ketukan pintu membuat pikiran dibenaknya buyar. "Iya?!"

"Vio, ada tamu nih!" Terdengar suara Reygan dari balik pintu utama rumahnya.

Viona mengernyit, apa jangan-jangan Raffan?

"Argh! Apaan sih aku?" Viona melangkahkan kakinya keluar sambil menghilangkan pikirannya itu.

Pintu terbuka bersamaan dengan senyum Reygan yang merekah. Setelan baju kantor masih melekat di badan kekar pria itu. Benar, sepulang dari kantor, Reygan langsung ke sini. Karena biasanya, Reygan berkunjung saat malam. Untung saja Bu Mila sudah pulang dari kampung, jadi rasa khawatirnya sedikit berkurang.

"Sore Cantik!"

Viona tersenyum—sedikit terpaksa. "Kamu belum ganti baju?"

Reygan menggeleng. "Belum, aku tiba-tiba kangen sama Lifia. Dia udah mandi, kan?"

"Udah, dia lagi di kasur," jawab Viona. "Siapa emang tamunya?"

"Kamu lihat aja sendiri. Aku mau sama Lifia dulu, boleh?"

"Tapi harus cuci tangan, dan badan kamu harus steril!" Ucapan Viona yang sudah Reygan hafal setiap saatnya. Berhari-hari bersama Viona dan Alifia, membuat sifat kebapakan melekat pada dirinya.

"Iya-iya. Aku udah hafal sama ucapan kamu," balas Reygan membuat Viona terkekeh kecil.

Istri idaman banget sih, kamu Vio!

🍁

Marisa mengelus punggung tangan Viona yang bergetar. "Mommy! I really miss you!" seru Viona memeluk erat pinggang Marisa saat keduanya sudah duduk bersebelahan. Di hadapannya, ada sang Papi—Andri yang penuh haru melihat adegan pelukan rindu anaknya dengan istrinya.

"Mommy juga kangen putri cantik Mommy," balas Marisa semakin merasakan punggung Viona yang bergetar, tanda putrinya tengah terisak pelan.

Sebagai ibu, dirinya ikut merasakan luka dihati putri tunggalnya.

Marisa adalah saksi ketulusan cinta Viona pada Raffan. Tapi.... Ketulusan itu berakhir dengan pilu.

"Maafin Mommy dan Papi yang baru pulang sekarang. Maaf Mommy tidak ada saat putri cantik Mommy terluka," ujarnya semakin membuat Viona terisak.

Melihat kedua perempuan yang paling berharga di hidupnya, Andri bangkit lalu duduk di sebelah kanan Viona. Menjadikan Viona berada di tengah-tengah orang tuanya.

"Papi juga minta maaf. Andai saja Papi tidak merestui hubungan ka—

Ucapan Andri terpotong karena tatapan sendu dari putrinya. "Papi enggak salah. Ini sudah takdir cinta Viona. Mungkin, Raffan bukan jodoh Viona," ucapnya, lalu melihat keduanya secara bergantian. "Jadi, Mommy sama Papi jangan saling menyalahkan, ya?"

H̶a̶p̶p̶y̶ With You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang