*Psikiater*

1.8K 307 121
                                    



⬆️ Play Music : Ghea - Rasa Cinta ini ⬆️

Fathur menatap laki-laki yang bernama Murat dengan tatapan tajam seakan ingin menghardiknya, namun ia menahan itu untuk melakukan sesuatu hal yang lebih prioritas, yaitu menenangkan Feriha.

"Feriha," tukas Fathur seraya memeluknya di depan orang-orang yang melihat ke arah mereka. Feriha masih berada di luar kontrolnya dengan tangisan yang memuncak.

"Feriha, jangan dengarkan suara selain dari suaraku," bisik Fathur seraya memeluk erat perempuan itu.

"Aku mencintaimu dengan tulus. Tidak mengharapkan apapun, kecuali keridhoan Allah."

Fathur membacakan beberapa ayat Qur'an yang biasa dipakai untuk meruqyah secara singkat ; Al-Baqoroh 1-5, Ayat Kursi, 3 Ayat terakhir surat Al-Baqoroh, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan meniup ubun-ubun Feriha untuk menenangkan suasana hatinya. Sekitar 10 menit setelah itu tangisan Feriha mereda dan hanya terdengar suara nafasnya yang terengah.

Fathur mendekap bahu Feriha dan membawanya menuju ke kamar dengan perasaan sedih yang membekas. Ia merasa dirinya rapuh ketika melihat Feriha dengan penyakit jiwa yang merenggut dirinya.

Ya, Allah. Kuatkan diriku untuk menggenggam erat istriku hingga menuju surgaMu.

Fathur memandang ke arah Feriha yang tertidur pulas di atas kasur dengan mata yang terpejam. Ia memegang keningnya dan merasakan panas menerjang sekujur tubuh istrinya itu.

Aku harus menemui laki-laki bernama Murat itu dan memberinya pelajaran, ujarnya dalam hati dipenuhi kekesalan yang meninggi.

"Hhh..hhh..." Nafas Feriha seketika terdengar naik turun dan ia kembali mengigau memanggil Fathur.

"Fathur, jangan pergi."

Fathur yang sudah berada di depan pintu, tiba-tiba tertegun mendengar kalimat yang diucapkan Feriha. Ia mengurungkan niatnya untuk menemui laki-laki itu dan berdiri dengan tubuh yang bergetar. Laki-laki itu mengeluarkan air mata dari pelupuk mata dan mengepalkan tangannya.

Percayalah, aku benar-benar tulus mencintaimu, Feriha.

Fathur berbalik arah menuju ke arah kasur dan berbaring di samping Feriha. Ia memandang wajah istrinya tersebut dengan goresan luka yang menyeruak di dalam batinnya. Fathur memeluk tubuh Feriha dengan perasaan hancur, seakan dirinya gagal menjaga perempuan itu dengan baik.

"Buatlah Feriha merasa menjadi orang yang paling berharga di sisimu," nasehat Kak Khayra kepadanya.

"Tetap jalankan ikhtiar ukhrowi, seperti diterapi dengan Ayat-ayat Qur'an agar hatinya selalu merasa tenang. Sibukkan dirinya dengan kegiatan dan lingkungan yang positif. Namun, jangan lupakan ikhtiar untuk datang kepada Psikiater agar ditangani dengan terapi kejiwaan. Nanti aku bisa membantu untuk menghubungkan ke teman psikiater agar bisa bekerja sama untuk memberikan terapi dan obat kepada Feriha."

"Memangnya Psikiater dan Psikolog berbeda, Kak Khayra?" tanya Fathur.

"Bukannya sama aja?" ujar Farhat.

Khayra mendelikkan matanya ke arah Farhat. "Jangan merasa paling tau."

Farhat berdehem. "Baiklah. Gimana Ibu Psikolog?"

"Jadi, Psikiater dan Psikolog sebenarnya saling berkesinambungan satu sama lain. Psikiater memeriksa rekam jejak medis pasien dan memberikan resep obat serta terapi, sedangkan Psikolog fokus terhadap memberikan terapi dalam menganalisa perilaku dan bentuk konseling. Dalam hal ini, biasanya kami juga bekerja sama dengan dokter untuk mengetahui kondisi kesehatan fisik pasien karena itu juga dapat saling mempengaruhi dengan kesehatan mental."

Geng Santri Kece S3 [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang