*Piknik*

1.4K 297 67
                                    



⬆️ Play Music : Treasure - Darari ⬆️

"Naura?" Faris menghampirinya dengan rasa penuh kekhawatiran ketika istrinya itu memasang wajah pucat di depan kompor yang mengepul dan mengeluarkan asap hitam.

Laki-laki itu memandang nasi yang menghitam gosong di dalam wajan dengan menahan tawa di hatinya.

"Kamu masak, Naura?"

Perempuan itu menyembunyikan gurat wajahnya yang malu dan hanya mengangguk pelan. Faris mendekatkan dirinya ke arah rak piring dan mengambil sebuah piring kaca.

"Aku makan ya," ujar Faris menyendokkan nasi yang gosong tersebut ke piring.

"Jangan!" Naura menyanggah Faris yang mengambil nasi tersebut. "Mau aku buang saja."

Faris mencegah Naura untuk membuang nasi tersebut dan tersenyum kepadanya. "Kamu tau kenapa nasi ini berwarna hitam?"

Naura terdiam dan tidak mengeluarkan sepatah kata apapun.

"Karena yang putih itu hatimu, Naura. Hehe." Faris mengarahkan dua jarinya kepada Naura yang tidak berkutik. Cepat-cepat ia menyendokkan nasi di dalam wajan ke piring yang diambilnya tadi. Wajah Naura memerah, namun ia berusaha menyembunyikan deru jantungnya yang berdegup.

Sepertinya bagi Faris tiada hari tanpa menggombal.

Faris menaruh piring di atas meja makan dan melahap nasi itu sampai habis tanpa ada beban yang tergambar di wajahnya.

"Benar-benar nasi yang dimasak dengan tangan yang lembut itu berbeda. Masuk sampai ke relung hati," ucap Faris seraya memasang wajah yang kekenyangan dan dipenuhi gurat kegembiraan.

Naura terkejut ketika melihat nasi yang dimasaknya tadi habis di piring Faris. Ia tidak menyangka laki-laki itu memakan habis masakan yang gagal dimasak olehnya.

Sejak kecil, waktunya hanya diisi dengan belajar dan mengejar obsesi yang ditimpakan oleh orang tuanya. Keahlian memasaknya hanya sebatas memasak nasi di rice cooker dan merebus mie. Selain dari dua hal tersebut, ia tidak pernah melakukan hal yang lain dalam memasak.

"Hari ini bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor sembari piknik?" tawar Faris.

"Piknik?"

"Ya, piknik. Kita masak bareng untuk bawa makanan ke sana. Bagaimana?"

"Aku ikut saja."

"Oke, kita belanja bersama ke Pasar beli bahan-bahan makanannya," tutur Faris dengan bersemangat. Ia cepat-cepat mengganti baju koko dan sarung yang dipakainya dengan baju santai.

"Eh, tapi kamu nggak apa-apa ke Pasar becek gitu, Naura? Atau mau belanja di Supermarket saja?"

Naura menggeleng cepat. "Aku ikut saja."

"Baiklah."

*****

Pasar Ciawi, Bogor.

Faris memakirkan motor di tempat parkir dan masuk ke dalam pasar bersama Naura. Suasana pasar pagi itu begitu ramai dengan berbaur kemacetan yang terjadi di jalan raya. Suasana angkot yang berbaris dan deretan mobil serta motor yang mengepulkan asap menambah deru keramaian. Faris menggenggam erat tangan Naura dan berjalan mencari kedai yang ingin dituju masuk ke dalam pasar.

"Hari ini kita masak nasi liwet, oseng cumi teri petai, ayam goreng lengkuas, tempe goreng dan sambal. Kamu suka pakai petai nggak, Naura? Atau skip saja?"

"Terserah saja," jawab Naura, singkat.

"Oke." Faris melangkah menuju penjual ayam dan memesan setengah kilo ayam. "Minta bagian pahanya saja ya,Pak."

Geng Santri Kece S3 [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang