*Rahasia*

1.2K 261 11
                                    



"Jadi, apa yang anda inginkan?" tanya Ustadz Aiman kepada pria paruh baya yang berada di hadapannya. Ia memasang wajah tak gentar walaupun batinnya dipenuhi rasa kekhawatiran.

"Menyerah saja," tukas pria itu sembari menyunggingkan senyum di bibirnya yang membuat Ustadz Aiman dipenuhi rasa muak. "Saya sudah baik hati tidak menghilangkan nyawa anda seperti kejadian Abah anda, Aiman."

"Tapi, anda sudah menyiapkan vonis hukuman mati untuk saya. Bukankah sama saja?"

"Semua bisa ditarik kembali jika anda menghentikan penyelidikan."

"Kenapa harus takut dengan hal itu? Bukankah anda adalah pemegang kekuasaan yang kebal dengan hukum? Anda juga sudah membakar kantor Firma Hukum tim pengacara saya untuk menghilangkan dokumen dan semua bukti?"

"Ya, tapi saya tidak suka dengan orang-orang yang mengusik langkah saya."

Ustadz Aiman menarik nafas pelan dan mencoba mengatur keadaan hatinya yang bergejolak emosi.

"Apa anda tidak ingin memperbaiki pernikahan yang berada di ambang perceraian?" tanya pria itu.

BRAK!

Ustadz Aiman memukul meja yang berada di hadapannya dengan perasaan marah."Anda benar-benar sudah masuk ke ranah pribadi? Kenapa membahas tentang perceraian di sini?"

"Kenapa? Anda khawatir karena publik belum mengetahui hal ini, tapi saya mengetahuinya? Tenang saja." Pria itu membisikkan kalimat ke telinga Ustadz Aiman."Saya akan menjaga rahasia ini. Termasuk tentang pernikahan tanpa cinta."

"Jangan ikut campur!" seru Ustadz Aiman dengan nada penuh kemarahan.

"Jika sejengkal saja anda berani mengganggu Khalisha dan mengusik pesantren, saya tidak akan gentar untuk terus melawan anda. Jika saya harus mati di sini, maka semoga Allah melaknat anda di dunia dan akhirat."

Pria itu tertawa keras mendengar kalimat yang keluar dari lisan Ustadz Aiman. "Jadi, apakah Aiman sudah mencintai istrinya dan Pesantren Darul Wafa' wal Amal setelah menjalankan misi rahasia untuk mengungkap kasus 10 tahun yang lalu dengan berpura-pura membantu pesantren dan menikah tanpa rasa cinta?"

Deg!

Jantung Ustadz Aiman seketika bergetar hebat. Perkataan pria itu rasanya seperti menghujam dan menembus dadanya saat itu. Pikirannya kembali melayang dengan wajah Khalisha yang dipenuhi kesenduan ketika ia mengungkapkan semua kejujuran yang menghantuinya.

"Mari bersama membangun cinta."

Apa kalimat itu benar-benar aku ucapkan dari dalam hati?

"Kenapa tiba-tiba terdiam, Aiman? Apa perkataan saya tadi membuat anda sadar? Atau bagaimana jika saya mengetes anda?"

"Apa maksud anda?"

"Mengetes apakah anda benar-benar mencintai Khalisha dan Pesantren Darul Wafa' wal Amal."

*****

"Apa maksudnya ini?" ujar Fathur menampakkan kegeramannya ketika melihat berita yang menyerang Pesantren Darul Wafa' wal Amal.

"Ana baru mendapatkan informasi, kantor Firma Hukum pengacara Ustadz Aiman juga dibakar. Tim pengacara sudah mengundurkan diri dan sekarang kasus dialihkan kepada tim yang baru," pungkas Farhat.

"Kita harus melakukan sesuatu," ujar Fauzan."Seperti yang disampaikan Ustadz Aiman saat di lapas kemarin, lakukan apa hal yang bisa kita lakukan. Faris dengan kekuatan influence-nya, bisa membuat video pernyataan sebagai alumni dari Pesantren Darul Wafa' wal Amal bahwa tidak ada kurikulum pesantren yang mengajarkan pada hal tersebut. Fathur dengan kekuatan media, bisa menggiring opini masyarakat dengan membuat artikel bantahan berita itu. Farhat dengan ilmu lu yang menguasai sistem IT, pikirkan bagaimana caranya video dan media ini bisa cepat tersebar luas di kalangan masyarakat agar tidak menimbulkan konotasi negatif dan membuat pesantren terancam."

Geng Santri Kece S3 [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang