*Hancur*

1.2K 258 6
                                    



Khalisha masih bisa merasakan debaran jantungnya bergetar begitu cepat ketika mendengar suara Fauzan yang menyampaikan ceramahnya saat di Masjid tadi.

"Semua akan menjadi sia-sia dan penyesalan."

Perempuan itu mengatur nafasnya yang terasa sesak melanda dan mengambil obat di atas meja. Ia dengan cepat meminumnya dan menghembuskan nafas pelan.

"Ini cincin yang disiapkan Fauzan untuk melamarmu, Khalisha."

Apa Fauzan kecewa dan merasa semua perjuangannya sia-sia?

Apa jadinya jika ia mengetahui aku akan berpisah dengan Ustadz Aiman?

Apa ia akan menganggapku sebagai seorang perempuan yang tidak mempunyai prinsip dan gampangan?

Apa yang kamu pikirkan, Khalisha?

Mengapa di saat seperti ini, kamu memikirkan laki-laki lain?

Memangnya Fauzan masih mencintaimu?

Apa yang kamu harapkan? Membuka kembali hubungan dengan orang lain setelah berpisah dan disakiti?

Dasar bodoh.

Bukankah kamu sudah tidak berniat memikirkan tentang percintaan lagi setelah ini?

Khalisha memejamkan mata dan merasa kepalanya terus berputar. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan keadaan batin yang begitu mengguncang.

"Carilah kebahagiaanmu setelah ini. Maaf, telah membuatmu menderita, Khalisha."

Perempuan itu bisa merasakan getaran jantungnya begitu mengguncang batin dan membuat sesak jiwanya. Ia berusaha menguatkan dirinya yang seakan terhuyung dan bangkit dari tempat tidurnya. Sebuah dokumen yang berada di atas meja bertuliskan IZIN EDAR BPOM TEH DAISY ELEVEN tertata rapi bersebelahan dengan beberapa berkas lainnya.

"Izin edarnya bukan P-IRT?" tanya Ustadz Aiman.

Izin edar P-IRT adalah singkatan dari Pangan Industri Rumah Tangga yang biasanya tercetak pada kemasan makanan dan minuman.

"Jadi, untuk saat ini izin edar untuk produk minuman atau obat herbal, adalah MD BPOM, tidak bisa dengan izin P-IRT,"jelas konsultan teknologi pangan kepada Ustadz Aiman dan Khalisha kala itu.

MD adalah singkatan dari Makanan Dalam, sedangkan BPOM adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan.

"Kira-kira berapa lama izin edar ini akan keluar?" tanya Ustadz Aiman.

"Normalnya dua minggu. Tapi, kita juga tidak bisa memastikan mengingat ustadz tahu sendiri birokrasi perizinan di negara kita bagaimana,"jawab orang tersebut.

"Sebelum izin edar keluar, apa bisa untuk dijual dalam skala orang-orang sekitar?" tanya Khalisha."Minimal untuk memperkenalkan produk ini sebelum menunggu izin tersebut keluar."

"Bisa, Ustadzah. Tapi, tetap harus diperhatikan dari segi hyginie dan kualitas produknya. Untuk pencantuman khasiat dari teh di label sebaiknya dihindari terlebih dahulu."

Khalisha mengangguk pelan, setelah itu mengarahkan pandangan ke arah Ustadz Aiman. Beberapa saat setelah itu, pria yang menjadi konsultan teknologi pangan itu meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan.

"Kenapa harus olahan teh daisy? Kenapa bukan produk lain seperti skincare atau dekorasi makanan?" tanya Khalisha.

Ustadz Aiman masih tertuju kepada kertas yang digenggamnya, setelah itu berdehem pelan."Olahan teh daisy masih banyak yang belum membidik ke arah sana. Ada banyak peluang yang bisa kita lakukan untuk segmen pasar kesehatan nasional, bahkan bisa kita ekspor untuk pasar internasional."

Geng Santri Kece S3 [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang