Bekal Sekolah

43 10 5
                                        

Pagi ini Pia sangat heran. Biasanya, saat ia bangun, Rara masih tidur di sampingnya dengan nyeyak. Tapi, kemana Rara saat ini? Waktu dia bangun, Rara sudah tidak ada di kasur.

Pia mengucek matanya, ia mengendus-endus, seperti bau gosong. Pia yang penasaran, beranjak dari kasur Rara. Keluar kamar, lalu turun ke bawah menuju dapur.

Plastik berserakan, toples dan tutup selai coklat ada di bawah, selai coklat yang mengotori lantai, lalu beberapa roti gosong di piring yang menyambut pandangan Pia setelah sampai di dapur.

"Yaampun Rara! Lo lagi ngapain?!" Pia menghampiri Rara yang sedang mengoleskan selai cokelat di roti ke-6 nya yang sudah ia panggang

"Lo buta apa gimana, Pi? Ga liat gue lagi bikin sarapan?" Pia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu ikut-ikutan mengambil roti diplastik lalu memangganya.

"Ya abisnya, lo kesambet apa tiba-tiba nyiapin sarapan sendiri." Rara menghentikan aktivitasnya lalu menoleh pada Pia.

"Ini bukan buat gue. Tapi buat ka Titan!"

"Dih stress! Lo ngga inget ka Titan udah ngehina lo? Gak kapok juga?" Rara menggeleng, ia sedang membentuk roti itu menggunakan cetakan berbentuk hati kemudian menaruhnya di kotak makan warna coklat.

"Mau di hina lagi, ya? Biar kapok?"

"Enggak juga. Gue maunya ka Titan jatuh cinta sama gue." Lamun Rara, ia menghayal bagaimana jika mereka berpacaran. Pasti akan sangat romantis!

"Ngarep!" Pia kemudian mengeluarkan roti dari panggangan setelah ada bunyi ting! Ia juga mengoleskan selai cokelat dirotinya.

"Tapi tumben juga lo udah rapih, Ra?" Tanya Pia sambil mulai memasukan roti ke dalam mulutnya. Pia jorok, ga kumur-kumur dulu.

"Bangun jam berapa emang?"

"Jam setengah lima, hehe." Pia menggeleng, kekuatan cinta emang ga ada lawan!

"Gue ke atas dulu ya. Mau beresin tas." Pia mengangguk. Rara meninggalkan Pia. Ia naik ke atas sambil membawa kotak bekalnya dan masuk ke kamar.

"Telfon ka Titan kali, ya." Rara meraih ponselnya, ia kemudian mengetikan nama My Crush Titan di kontaknya lalu memencet simbol telepon.

Tutt.. tut.. tut..

Sudah beberapa detik, tapi telepon itu tak kunjung diangkat juga. Rara mendesah, Titan lagi ngapain sih sampai gak bisa jawab teleponnya.

"Halo?"

Rara melompat kegirangan, akhirnya panggilannya dijawab juga.

"Haloo Ka Titan! Ini Rara. Bisa jemput gue di rumah gak? Soalnya Pia udah berangkat ninggalin gue!"

"Dapet darimana?"

"Apanya?" Tanya Rara yang bingung, lalu sedetik kemudian ia tersadar, "aah, nomor teleponnya?"

"Hmm.."

"Gue dapet dari ka Sianna. Nomor kak Sianna gue dapet dari ka Laras, sama nomor ka Laras, gue dapet dari Pia," jelas Rara.

"Jemput gue ya, kak?"

"Gue sama Anna."

Tut.. tut.. tut...

Telepon dimatikan sepihak oleh Titan. Rara mendesah kecewa, padahal ia ingin sekali berangkat bersama pujaannya.

"Oh.. jadi Pia ninggalin Rara, nih?" Rara menoleh kesamping, di sana sudah ada Pia yang bersandar di pintu.

Rara menyengir, ia memberikan tanda peace pada Pia.

"Hu!" Pia memalingkan wajahnya. "Berangkat sendiri sana, Pia kan udah ninggalin!"

ELARA | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang