Ada Harapan

52 10 3
                                    

absen dulu dong! Biar tau ada orang yang mampirrr😆

Koreksi ya kalau ada typo atau ejaan yang salah!
Thankyou❤

Selamat membaca~~

☆☆☆

"Piaa, lo udah ngumpulin formulir pendaftaran eskul?" Tanya Rara pada Pia yang berguling-guling di kasur warna coklat milik Rara. Pia masih menginap di sini, niatnya akan pulang besok saja.

"Lah kan emang udah dikumpulin seminggu yang lalu, Ra." Rara yang sedang di meja belajar mendekat pada Pia. "Emang udah dikumpulin? Kok gue belum ngumpulin ya Pi?"

"Ya gak tauu!" Pia menggeplak kepala Rara. "Sakit tau!"

Pia tertawa, "maaf deh. Besok lo kumpulin formulirnya!"

"Siapp deh!" Pia bangun, ia duduk di samping Rara. "Pinjem kertasnya!" Pia menarik kertas formulir yang ada di tangan Rara, lalu membacanya.

"Ee buset, sejak kapan lo bisa main badminton? Ini eskul buat yang mau ngejar karir kalik, Ra!" Rara menyengir, "ya gakpapa dong! Namanya juga mau latian biar bisa ikut turnamen kayak ka Titan!"

Pia menggeleng dengan tingkah Rara. Ia tidak yakin Rara bakal diterima di eskul badminton, pasalnya, yang mau gabung klub harus ikut seleksi dulu. Sedangkan Rara, megang raket aja gak pernah.

"Mending hapus sekarang aja deh, ikut ini aja, eskul musik! lo kan hoby ngedrum." Rara mengangguk, memang, dia juga akan mendaftar eskul musik di sekolahnya.

"Tapi gue juga mau gabung klub badminton, hehe." Pia menggeleng, jika Rara sudah bertekad, maka ia akan maju terus tak bisa di pengaruhi.

"Iya deh, gue cuma bisa dukung lo. Tapi seenggaknya, lo bisa main badminton, jangan malu-maluin!" Rara kemudian memeluk Pia lalu membisikkan sesuatu, "makanya Pi, beli raket yuk, kita main depan rumah."

"Ogah!! Gue males ah, mending tiduran aja," kata Pia yang melepaskan pelukan Rara dan menjatuhkan dirinya di kasur.

"Ayo dong, Pi. Lo juga suka main kan kalo di rumah? Ya ya.. ajarinn guee." Rara menyusul tiduran di samping Pia, ia juga menoel-noel pipi Pia.

"Hmm. Yaudah deh, itung itung latian juga sebelum ikut seleksi." Rara bengun, "lo ikut eskul badminton juga, Pi?" Pia ikutan duduk, lalu menatap Rara dan memgangguk.

"Ya walaupun cuma bisa sedikit, buat hobi an aja."

"Yes! Ayoook belii rakeett!!" Ajak Rara. Mereka berdua turun dari kasur, lalu meraih tas slempang masing-masing.

Pukul 16:30, Rara dan Pia keluar rumah menuju toko peralatan badminton terdekat untuk membeli raket dan shuttle kock.

"Mau kemana? Udah sore!" Teriak mama Rara dari dalam rumah, melihat anak gadisnya beserta temannya akan keluar rumah, padahal hari sudah sore.

"Keluar bentar, Ma! Mau beli raket!" Balas Rara sembari memasang helm di kepalanya, lalu menaiki motor matic Pia.

"Janji jangan kelamaan!"

"Iya-iya. Bye Ma!" Pia menyetater motornya, lalu melaju dengan kecepatan sedang.

Pia sudah hafal toko badminton yang bagus dan lengkap, karena ia juga hobi bermain badminton di rumah bersama kakak laki-lakinya. Tapi Pia tidak bermimpi untuk jadi atlet badminton, hanya untuk seru-seruan saja.

ELARA | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang