Chapter 9

301 61 7
                                    

Disclaimer :

Naruto : Masashi Kishimoto

Selamat membaca semuanya 🤗

.

.

.

.

.

.

.

Menu makan malam ini sangat special berbeda dari hari biasanya karena jika biasanya yang memasak adalah Sasori tapi tidak untuk hari ini karena Pein berencana mengadakan pesta Yakiniku, yang mana artinya teman-temannya akan makan daging tentu saja rencana Pein langsung disambut penuh suka cita terutama oleh Kakuzu, si pecinta makanan enak tapi maunya selalu gratisan, tidak heran setiap makan siang tiba pemuda penyuka uang tersebut selalu menempel bak perangko kepada Itachi karena membawa bekal makanan enak serta mewah buatan sang ibu tercinta.

Pesta Yakiniku yang dibuat Pein semata-mata bukan ingin membuat teman-temannya senang malinkan demi menyambut kedatangan kekasih tercinta, sebab nanti malam akan datang berkunjung setelah beberapa hari lalu Hidan pulang membawa seorang gadis ke rumah bahkan sampai menginap, jika saja waktu itu Pein tidak berjanji pada Hinata untuk tidak marah bukan tak mungkin sekarang Hidan pasti sedang berada di rumah sakit menerima perawatan intensif gara-gara dihajar habis-habisan oleh Pein.

Sebab jika Pein marah sangat menyeramkan lebih menakutkan dari apapun.

Yakiniku adalah istilah bahasa Jepang untuk daging yang dipanggang atau dibakar di atas api. Dalam arti luas, yakiniku juga mencakup berbagai masakan daging sapi, babi, atau jeroan yang dipanggang, seperti bistik, panggang daging domba, dan barbeque. Daging dipanggang di atas api dari arang atau gas dengan memakai kisi-kisi dari besi atau di atas plat dari besi (teppan). Potongan daging berbentuk segi empat sering ditusuk dengan tusukan dari logam sebelum dipanggang. Kenapa Pein memilih mengadakan pesta Yakiniku sebab menurutnya sendiri makanan tersebut terbilang cukup mewah dan membuat Hinata sedikit terkesan padanya.

Menyadari sikap Hinata yang dirasa aneh, dengan cemas bercampur rasa sedih Pein bertanya, "Raut wajahmu kenapa seperti itu?"

"Hah?!" seru Hinata bingung.

"Apa ada yang sedang kau pikirkan atau ada orang yang mengganggumu?" tanya Pein menghentikan langkah kakinya karena ternyata sudah berada di stand daging.

"Tidak ada," sanggah Hinata dengan nada suara pelan.

Mata Pein menilik kea rah Hinata yang terlihat seperti orang sedang gelisah, "Lalu kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Pein dipenuhi rasa penasaran tinggi.

Manik bulan Hinata menatap lurus wajah Pein, "Bagaimana kalau kita pergi belanja di tempat lain saja, aku tahu tempat murah yang menjual daging dan sayuran," ujarnya mencoba memberi saran sambil melirik syok harga barang-barang disini.

"Daging disini terkenal bagus juga fresh,"

"Tapi disini harganya sangat mahal, bagaimana nanti kita membayarnya?" mimik wajah Hinata yang cemas bercampur takut membuat Pein gemas.

Jadi ternyata sejak tadi Hinata melamunkan hal itu, bukan tidak merasa senang jalan bersamanya atau semacamnya.

Tangan Pein mencubit gemas pipi Hinata dengan senyuman menghias wajah, "Jangan mencemaskan hal itu, jika mau aku bisa membeli semua barang di supermarket ini untukmu," tukasnya santai seolah apa yang dibicarakan adalah hal sepele seperti membeli sebuah permen saja.

My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang