Siapa sangka sudah hampir satu minggu daffin tinggal bersama dengan putranya, tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Tapi selama itu pula daffin tidak pernah bicara dengan putranya. Bukan tidak mau daffin sudah mencoba tapi aga selalu menghindar saat dia mencoba untuk mengajak bicara entah itu pergi ke taman belakang ataupun pergi ke kamar bi inah.
Menurut aga daripada tidur dikamar papanya yang mewah aga memilih tidur bersama dengan bi inah dilantai satu dengan kamar dan ranjang yang kecil. Bi inah sampai merasa tidak enak pada daffin.
Tapi apa boleh buat berulang kali dibujuk pun percuma, aga itu tipe anak yang cuek dan keras kepala sama seperti mira. Jika wajahnya mirip daffin maka sifatnya sangat mirip dengan mira.
Hari ini adalah pertama kalinya aga bisa keluar dari kamar dengan bebas karena aga dengar dari bi inah bahwa papanya memiliki jadwal keluar kota. Dengan langkah kecilnya aga berjalan menyusuri setiap sudut rumah, dia mencari keberadaan bi inah dan pak diman tukang kebun tapi tak dapat menemukannya.
Mungkin aga lapar, entahlah tidak ada yang tahu apa yang sedang ada di pikiran anak itu.
Setelah berkeliling kesana kemari aga merasakan lelah di kakinya kemudian memutuskan untuk duduk disofa ruang keluarga dengan tv yang dalam keadaan mati dihadapannya.
Beberapa menit kemudian aga mendengar suara langkah kaki, dia berharap itu adalah bi inah, sambil tersenyum aga berbalik, "BI INAH"pekiknya.
Tapi senyum itu seketika luntur saat bukan bi inah lah yang dia lihat melainkan daffin yang masih rapi dengan kemeja putih oversizenya dan tas ransel hitam yang berada digendongannya.
Bak melihat hantu aga berlari sangat kencang menuju kamar bi inah, tapi belum berhasil sampai daffin sudah menghadangnya.
Alasan daffin kembali adalah karena beberapa berkas dan juga laptopnya tertinggal, tapi siapa sangka dia menemukan momen yang tepat untuk bertemu dengan putranya.
"kenapa lari?".
Aga bungkam, dia menunduk sambil memainkan jemarinya takut.
"kenapa menghindar?".
Lagi dan lagi tak ada jawaban membuat daffin gemas, dia mendekat lalu berjongkok dihadapan putranya dan meraih kedua tangan putranya. Aga sedikit berontak dia hendak menarik tangannya tapi daffin terlalu menggenggamnya terlalu kencang. Terlihat aga yang meringis kesakitan saat mencoba menarik tangannya.
"aga mau pulang?".
Mendengar kalimat itu membuat aga berbinar dan menatap daffin penuh harap.
"aga mau lihat mama sedih?"tanyanya dan langsung mendapat gelengan dari aga.
"aga tahu nggak alasan mama bawa aga kesini?".
Aga mengangguk.
"apa coba?".
Beberapa saat diam, mata keduanya saling beradu dengan daffin yang menanti jawaban dari aga dan aga yang ragu untuk membuka mulutnya.
"mama nggak bisa beliin aga mainan sama jajan?"jawabnya penuh tanya.
Daffin tersenyum mendengar jawaban polos aga, "mama bawa aga kesini karena mama mau aga punya hidup yang lebih baik, bisa sekolah, bisa beli mainan, bisa beli jajan, bisa jalan-jalan, mama cuma pengen aga bahagia"jelasnya.
"tapi aku mau mama".
"kita bisa ketemu mama nanti, tapi aga harus janji jadi anak yang baik, jangan menghindar lagi dari papa".
Mendengar kata 'papa' aga nampak terkejut, sontak aga menarik tangannya dari genggaman daffin. Dan berhasil karena daffin mulai lengah.
"aku punya mama".
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace Of The Son
FanfictionBagaimana jika tiba-tiba mantan istrimu datang ke rumah dan membawa seorang anak kecil yang diperkenalkan sebagai putramu?. itulah yang sedang dialami seorang pria 24 tahun bernama Daffin Eza Januartha, pertemuannya dengan anak yang disebut sebagai...