part 06

1.1K 107 1
                                    

"kak bantuin gue dong minta maaf ke aga, tuh anak ngambek nya jelek nggak asik".

Gavin terus membujuk sang kakak agar mau membantunya meminta maaf pada aga, karena sejak tadi aga terus menghindarinya bahkan saat dibujuk dengan mainan pun anak itu tetap tidak mau. Disisi lain daffin hanya bisa menggelengkan kepala melihat pertengkaran adik dan putranya, jujur dia tidak punya banyak waktu untuk meladeni rengekkan adiknya. Masih ada pekerjaan yang harus dia selesaikan dengan azka sekarang.

"aga udah gue bujuk vin tapi tetep aja nggak bisa, minta maaf sendiri aja, dulu aga juga ngehindar dari gue waktu pertama kali disini, udah ya gue masih ada kerjaan sama azka".

Sepeninggalan kakaknya gavin memutar otak untuk mencari cara agar aga mau memaafkannya, dia tahu kesalahannya cukup besar apalagi itu kali pertama aga keluar rumah. Dia juga masih beruntung karena aga tidak hilang atau diculik.

Terlalu hanyut dalam lamunannya gavin sampai tidak sadar ponselnya bergetar beberapa kali. Setelah sadar dengan cepat gavin menyambar benda pipih itu, tanpa melihat nama penelpon dia langsung mengangkatnya.

"siapa?! Ganggu aja"sarkasnya.

"mana sopan satun kamu hah?!!".

Hanya dengan nada bicaranya saja gavin sudah tahu siapa sosok yang tengah menjadi lawan bicaranya, gavin terkejut dan reflek memperbaiki posisi duduknya, "eh papa, iya pa ada apa? Tumben nelpon".

"besok pulang kerumah".

"ke-kenapa?"gavin terbata-bata.

Sebenarnya dia tahu kalimat yang diucapkan papanya bukanlah permintaan melainkan sebuah perintah. Perintah yang tidak bisa dibantah.

"jangan banyak tanya, dan satu lagi bawa kakakmu juga".

Setelahnya panggilan terputus, gavin mengumpat dalam hati. Oh ayolah satu masalahnya saja belum selesai dan kini bertambah lagi?. Tidak akan mudah membujuk kakaknya apalagi untuk urusan rumah.

Tapi kalau gavin tidak membawa kakaknya....... Entah apa yang akan terjadi padanya nanti.

Harus bagaimana sekarang? Siapapun tolong bantu gavin.

"dahlah, gini amat hidup gue"gavin mengacak rambutnya frustasi.

***

"totalnya dua ratus enam puluh ribu".

Dengan sangat lihai wanita itu bermain dengan mesin kasir didepannya, wanita itu menerima uang dari pelanggan kemudian memberikan kembalian dan melayani pelanggan dengan wajah yang tak luput dari senyum. Wanita cantik berpenampilan sederhana itu seharian ini sibuk dengan mesin kasir karena banyaknya pelanggan yang datang.

Didalam toko boneka kecil itulah dia manghabiskan waktunya setiap hari, bersama seorang teman yang telah menolongnya diwaktu yang sulit saat itu.

"capek ya ra? Sorry ya gara-gara johan kamu harus jaga toko sendirian".

"nggak papa mbak, aku malah seneng kalau pelanggannya banyak biar gajinya naik"candanya.

Wanita yang lebih tua pun tertawa menaggapi candaan karyawannya. Keduanya memang sangat dekat bahkan bisa dibilang irma sudah menganggap mira seperti adiknya sendiri. Ya, mereka adalah Irma dan mira. Keduanya bertemu dua tahun yang lalu, ada sedikit kisah yang membuat irma sangat ingin menolong mira. Apalagi saat itu mira bersama dengan bayi kecilnya yang malang.

Sejak saat itu juga mira bekerja ditoko boneka kecil milik irma yang berhasil  menghidupi keluarga kecilnya.

"ini tadi mbak beliin kamu makan siang"irma menyodorkan plastik hitam berisi nasi padang pada mira.

Embrace Of The SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang