part 08

933 103 4
                                    

Jam makan siang telah tiba, para karyawan meninggalkan kursi kebanggaan sejenak untuk mengisi perut mereka yang kosong. Seharian bekerja membuat seluruh tubuh kaku, menatap layar komputer seharian terkadang membuat pandangan mereka menjadi berkunang-kunang. Tapi memang tak dapat dihindari karena dari situlah mereka berhasil mengumpulkan pundi-pundi rezeki untuk menghidupi keluarga dan dirinya sendiri.

Saat jam istirahat tak banyak juga dari mereka yang memilih untuk menghabiskan waktu dengan berolahraga. Sedikit peregangan dengan alat gym sederhana membuat tubuh mereka kembali bugar dan siap untuk berperang dengan ribuan pekerjaan.

Ej Group merupakan perusahaan yang besar. Mereka menyediakan berbagai macam fasilitas untuk para karyawan, seperti cafeteria, gym, kantin, bioskop sederhana dan masih banyak yang lainnya. Perusahaan itu memanjakan para karyawan, karena dengan begitu kinerja mereka bisa semakin meningkat. Tapi, tidak ada yang gratis didunia ini. Ketika mau menerima sesuatu mereka juga harus bisa membayarnya dengan bayaran yang setimpal. Benar?.

Dikantin perusahaan sekarang terlihat sangat ramai. Hampir tidak ada satu pun tempat duduk yang tersisa. Sedari tadi daffin dan azka berdiri ditengah keramaian para karyawan yang sedang menikmati makan siang. Mereka mengedarkan pandangan kesetiap penjuru kantin, berusaha mencari celah untuk mereka duduk.

Memang daffin adalah ceo diperusahaan tapi sepertinya fakta itu tidak bisa dikalahkan oleh rasa lapar yang mereka rasakan apalagi rasa makanan yang terasa sangat lezat dilidah mereka, buktinya tak ada yang mau mengalah tempat untuk atasannya itu.

Dikantin, mereka menyediakan berbagai macam menu seperti, sup, ayam bakar, sate, tumis sayur-sayuran, daging, ikan bakar, kepiting asam manis dan lain-lain. Selain itu menu setiap hari juga berubah-ubah agar para karyawan tidak merasa bosan dengan rasa yang itu-itu saja. Tujuan dibukannya kantin didalam perusahaan sendiri adalah agar para karyawan lebih menghemat waktu karena jarak perusahaan dengan tempat makan cukup jauh dan juga disaat jam seperti ini pasti sangat ramai. Apalagi EJ Group dikenal sebagai perusahaan tersibuk jadi setiap detiknya dianggap sangat berharga.

Setelah berdiri cukup lama akhirnya sekumpulan orang yang duduk dimeja paling pojok mulai berdiri dan pergi satu persatu. Melihat ada kesempatan daffin pun segera bertindak, dia menghampiri meja kosong itu dan akhirnya bisa duduk menikmati makan siang bersama dengan azka.

"nggak sopan banget ya karyawan lo, liat ceo nya lagi berdiri cari tempat duduk tetep aja pada nggak peduli" kesal azka karena sudah menahan perutnya yang terus berbunyi sejak tadi. Sesulit itukah dia ingin makan? Padahal azka juga selalu menempel pada daffin agar hidupnya lebih mudah tapi nyatanya tidak.

Tak seperti azka yang terus mengumpat pada orang-orang yang tidak tahu sopan itu, daffin justru hanya menampilkan senyuman yang sudah jelas sekali memiliki arti dimata azka, "lo juga nggak sopan sama gue".

"kenapa?" azka mengernyit memikirkan ucapan daffin. Apa alasan daffin mengatakan itu? Selama ini azka selalu mengikuti perintahnya dengan baik entah itu sebagai atasan atau sebagai sahabat. Azka merasa sudah cukup baik memperlakukan daffin, dia juga tidak pernah mengumpat dihadapan daffin.

"ini di kantor dan lo ngomongnya pake lo gue didepan atasan, sama aja kan nggak sopan" jelas daffin sambil menegaskan setiap kalimatnya.

Jadi hanya itu? Azka terkekeh mendengar penjelasan daffin. Tapi tak lama dia mencebik kesal karena baru ingat kalau bicara informal pada daffin bukanlah keinginannya dan daffin sekarang memprotesnya, oh mungkin daffin lupa bahwa dialah yang meminta azka untuk tidak bicara formal karena itu membuatnya geli, "ya sorry, udah biasa gitu soalnya, lagian lo sendiri yang bilang kalau gue ngomong formal lo nya ngerasa geli" ucapnya dengan nada sedikit kesal.

Daffin tertawa mendengar penuturan azka. Terkadang daffin dibuat gemas dengan tingkah azka apalagi saat kesal seperti ini. Kedua iris kelam azka selalu berembun saat dia bicara dengan perasaan kesal. Azka itu baik bahkan bisa dibilang sangat baik. Hatinya terlalu rapuh untuk ukuran orang dewasa dengan kehidupan yang keras. Azka mudah sekali meneteskan air mata saat melihat adegan sedih didepan matanya.

Embrace Of The SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang